Jaga Kerukunan Bangsa
Setelah pengumuman resmi KPU terhadap hasil Pemilu Presiden 2019, kemarin, harapannya situasi politik menjadi tenang dan adem. Sudah terlalu lama masyarakat cemas dan gundah menghadapi berbagai kegaduhan.
Memang benar, hak berserikat dan berpendapat dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945. Namun, tidak elok apabila kebebasan ini dimanfaatkan sewenang-wenang, tanpa memedulikan suasana batin rakyat yang lelah didera berbagai ketegangan selama kampanye pilpres.
Bukankah ada nilai-nilai yang harus dijaga, ada kepentingan lebih besar yang harus dikedepankan, yakni kerukunan, persatuan, dan kedamaian bangsa?
Suasana panas tidak akan terjadi jika para elite politik mau menahan diri, berhemat ucapan yang tidak menyulut emosi dan sentimen permusuhan. Budaya masyarakat Indonesia yang paternalistik membuat segala sikap dan ucapan para elite politik bagaikan komando.
Tak ada yang diuntungkan dengan situasi seperti ini, apalagi energi, pikiran, dan perhatian rakyat sudah terkuras habis selama tujuh bulan masa kampanye lalu. Rakyat jenuh dengan berbagai kegaduhan, apalagi bulan suci Ramadhan 1440 H sudah berlangsung.
Inilah momentum yang sangat baik bagi kita semua untuk berefleksi dan introspeksi terhadap berbagai hal yang pernah kita lakukan. Masih memendam permusuhan dan rasa kebencian akibat perbedaan politik dalam pilpres mengurangi kekhidmatan berpuasa dan beribadah.
Klaim kemenangan merupakan dinamika politik, kalau tidak mau dibilang representasi dari ambisi kekuasaan. Maka, sikap terbijak saat ini adalah menerima pengumuman resmi KPU atau menempuh jalur hukum, bukan malah menganjurkan politik jalanan yang berpotensi menimbulkan perpecahan. Mari menjaga kesucian bulan Ramadhan sebagai keutamaan kita dalam beribadah.
Budi Sartono Soetiardjo
Graha Bukit Raya, Cilame,
Kabupaten Bandung Barat
Jalan Rusak
Saya ingin melaporkan hal kecil yang mulai mengganggu aktivitas saya dan mungkin mereka yang lewat Jalan Gunung Sahari Raya, dari Senen menuju Ancol.
Sejak awal tahun 2019, kondisi Jalan Gunung Sahari Raya dari arah Senen menuju Ancol rusak di beberapa tempat. Tadi pagi, Kamis (2 Mei 2019), saya melihat sedan Toyota Camry Hybrid harus berjibaku, zig- zag untuk menghindari jalan yang berlubang-lubang dan bergelombang karena tambalan yang tidak rata, seadanya, dan sepotong-sepotong.
Saya khawatir, kondisi jalan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu kecelakaan, apalagi jika pengendara berkendara cukup kencang dan tidak hafal medan. Semoga Pemprov DKI segera memperbaikinya.
Natar Sinaga
Jl Lampiri, Pondok Kelapa
Jakarta
Jambret Merajalela
Masih segar dalam ingatan kejadian penjambretan di Jl Rasuna Said, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. Kejadian ini menewaskan pelaku dan juga korban penjambretan.
Istri saya dan saya juga pernah dijambret dalam waktu yang berbeda. Istri saya di jambret di Jl Pramuka, Jakarta Pusat. Pagi hari di pertengahan Februari, istri saya memegang HP sambil menunggu pesanan Grabcar, di pinggir jalan. Hanya dalam hitungan detik HP dijambret pengendara motor berboncengan.
Saya dijambret akhir tahun lalu di lokasi yang tidak jauh dari TKP penjambretan istri saya, tepatnya di depan RS Carolus. Saya luka di tangan dan dengkul karena menahan tubuh saya yang jatuh.
Saya juga menyaksikan beberapa penjambretan di kawasan Jl Pramuka-Proklamasi-Salemba dalam waktu yang berbeda.
Kejadian terakhir menimpa anak remaja pada Sabtu, 27 April, malam, minggu lalu. Saat itu dia berjalan dari arah Kramat Raya ke Salemba.
Kesimpulannya, penjambretan sudah marak dan tidak bisa ditoleransi lagi. Perlu diupayakan pencegahan dan pemberantasannya.
Teguh Prasetyo
JL H Murtadho-Pramuka, Jakarta Pusat