Pernyataan dua pasangan calon presiden, menyusul pengumuman hasil rekapitulasi suara Pemilu 2019 oleh KPU pada Selasa (21/5/2019) dini hari, cukup menyejukkan.
Pasangan calon presiden-calon wakil presiden Joko Widodo-Ma’ruf Amin menyatakan, sudah tiba saatnya bangsa Indonesia bersatu padu membangun bangsa. Mengekspresikan niat baik, Jokowi-Amin menyatakan keinginan untuk terus bersahabat dan bersilaturahmi dengan pesaingnya, pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Prabowo-Sandi pun menyatakan menolak hasil rekapitulasi KPU dan memutuskan mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK). Prabowo menyerukan kepada semua komponen masyarakat dan pendukungnya agar aksi menyampaikan pendapat dilaksanakan dengan damai, berakhlak, dan konstitusional.
Mestinya dengan pernyataan kedua pasangan di atas bangsa Indonesia bisa mengharapkan kondisi politik yang sejuk dan damai. Setelah pengumuman oleh KPU tak perlu lagi menyisakan kekhawatiran apa pun.
Sayang, harapan tersebut tak terpenuhi. Seperti kita ikuti beritanya sepanjang hari Rabu (22/5), kita tahu ada unjuk rasa yang berlangsung hingga malam hari. Di kawasan Petamburan, Jakarta, aksi berkembang menjadi pembakaran.
Mahfud MD, mantan Ketua MK, menegaskan, yang terjadi di Petamburan dan kerusuhan lain tak lagi dalam konteks kontestasi politik. Hal itu sudah masuk dalam kategori gangguan keamanan. Jika aparat keamanan pada satu titik harus menindak tegas, hal itu bisa diterima demi menyelamatkan kepentingan dan keselamatan rakyat.
Terjadinya kerusuhan di Petamburan amat kita sesali dan amat mengecewakan. Namun, kita tetap percayakan ketertiban dan keamanan di Jakarta dan seluruh Tanah Air kepada TNI dan Polri yang telah memberikan jaminan bahwa warga Jakarta dan sekitarnya dapat beraktivitas biasa pada 22 Mei.
Penghargaan kita yang tinggi untuk TNI dan Polri yang senantiasa tampil memberikan pengayoman kepada masyarakat setiap kali negara dihadapkan pada situasi sulit. Kita berharap, situasi tidak kondusif bisa segera ditanggulangi dan negara bisa kembali ke kehidupan normal.
Yang terakhir ini kita garis bawahi mengingat di tengah hiruk-pikuk kita mengikuti pemberitaan pemilu, di dunia sedang berlangsung perang dagang memanas antara Amerika Serikat dan China, yang juga mengimbas perekonomian Indonesia. Melemahnya rupiah menjadi salah satu wujudnya.
Sekali lagi kita mengetuk hati para elite untuk mempertegas komitmen kenegarawanan dengan berupaya keras dan berkontribusi bagi segera pulihnya iklim dan kondisi politik di Tanah Air sebagai wujud nyata kecintaan pada NKRI.
Baik kita dengar pesan sesepuh bangsa, wakil presiden ke-6 Try Sutrisno, agar setelah pemilu bangsa Indonesia segera bisa konsolidasi. Dengan bersatu padu kita menjadi kuat dan sebaliknya, kita akan lemah serta itu berbahaya. Kita berharap, cinta kita pada NKRI bisa mengatasi kekerdilan yang tersisa.