Tekanan AS terhadap Iran ikut meningkatkan ketegangan di Yaman, terutama antara kelompok pemberontak Houthi dan koalisi Arab pimpinan Arab Saudi.
Hari Rabu (21/5/2019), TV Al Masirah melaporkan bahwa pesawat tanpa awak Houthi menyerang Bandara Najran di Arab Saudi. Serangan ke bandara itu menargetkan hanggar pesawat, tetapi sejauh ini belum ada laporan kerusakan atau korban. Belum ada komentar dari Arab Saudi atau koalisi pimpinan Arab Saudi.
Al Masirah adalah stasiun televisi yang didirikan kelompok Ansarullah di Lebanon, yang dekat dengan Iran. Tak heran jika Al Masirah juga menjadi corong kelompok Houthi.
Sejak beberapa hari lalu, Houthi merencanakan ratusan serangan ke sejumlah instalasi militer Arab Saudi. Houthi memakai pesawat nirawak Qasef2K untuk menyerang Bandara Najran, dekat perbatasan Arab Saudi dan Yaman (Kompas, 22/5/2019). Najran, yang terletak sekitar 840 kilometer barat daya Riyadh, telah berulang kali menjadi sasaran kelompok Houthi. Tahun lalu, bandara itu dilaporkan menjadi pangkalan analis intelijen Amerika Serikat (AS) di Arab Saudi.
Serangan ke Najran terjadi saat Iran mengumumkan telah meningkatkan kapasitas produksi pengayaan uraniumnya empat kali lipat di tengah ketegangan dengan AS. Pengayaan uranium itu dilakukan hingga sebatas 3,67 persen, yang hanya dapat digunakan untuk pembangkit listrik, jauh di bawah yang dibutuhkan untuk senjata atom.
Presiden Iran Hassan Rouhani, seperti dikutip oleh kantor berita Iran, IRNA, mengatakan sedang mencari kekuatan eksekutif masa perang untuk menangani lebih baik ”perang ekonomi” yang dipicu oleh penarikan diri Presiden AS Donald Trump dari perjanjian nuklir dengan meningkatkan sanksi dan pengerahan kapal induk AS ke kawasan.
Houthi diduga banyak mendapat suplai senjata dari Teheran. Di tengah ketegangan AS dan Iran, pejabat di Uni Emirat Arab (UAE) menuduh Iran menyabotase empat kapal minyak di perairan Teluk Parsi. Teheran juga menetapkan batas waktu sampai 7 Juni 2019 bagi Eropa untuk menetapkan persyaratan baru untuk kesepakatan nuklir Paris itu.
Houthi adalah satu dari beberapa kelompok pemberontak negara-negara di kawasan yang setia pada Iran. Tekanan AS membuat Iran memanfaatkan proksi, seperti Houthi, untuk melawan AS dan sekutu AS di kawasan.
Perang saudara di Yaman dimulai ketika pemberontak Houthi berhasil mengusir Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi keluar dari San’a. Pertempuran itu menyebabkan puluhan ribu warga meninggal, krisis kemanusiaan yang ditandai 3,3 juta kehilangan rumah, dan sekitar 24,1 juta warga atau setara 2/3 penduduk Yaman membutuhkan bantuan.
Pengerahan militer AS ke kawasan Teluk akan membuat penderitaan rakyat Yaman kian parah. Houthi harus membela kepentingan Iran, yang geraknya kian dibatasi oleh AS dan sekutunya di kawasan. Keinginan hidup damai di Yaman pun kian jauh atau jangan-jangan itu hanya impian semata.