Pembangunan ekonomi hanya bisa jalan pada iklim yang damai, stabil. Damai dan stabil ini pun harus berkesinambungan. Entah sistem politiknya komunis entah sosialisme, damai dan stabil adalah conditio sine qua non, syarat mutlak, harus ada. Bebas dari rasa takut adalah fondasi kemanusiaan hingga PBB menyatakan kebebasan dari rasa takut itu sangat penting. Ini soal hak asasi manusia juga.
Lagi, teori ekonomi pembangunan manapun menekankan suprastruktur terpenting ini. Kestabilan adalah yang pertama dan utama. Segala perencanaan membutuhkan pemikiran saksama dan pelaksanaan. Pemikiran memerlukan kedamaian. Dalam dunia nyata misanya, pasokan bahan baku produksi pun harus mengalir dengan aman, lancar dan wajib terus menerus seperti itu.
Kestabilan pasca-Perang Dunia II adalah pilar utama kemakmuran global yang dimulai di Barat. Atas dasar ini juga PBB berdiri, perdamaian di antara bangsa-bangsa. Negara-negara makmur dan kaya memiliki cira khas utama, stabil dan damai.
Saat menyusun peringkat daya saing negara-negara (World Competitiveness Report) tahunan, World Economic Forum selalu memasukkan unsur kestabilan politik ini sebagai faktor terdepan. Ketika investor asing mau datang berinvestasi di satu negara, kestabilan adalah hal yang paling dilirik, bukan sistem politiknya.
Oleh karena inilah China yang bukan liberal tetapi komunis terus saja diserbu investor global. China sangat saksama menjaga kestabilan ini. Potensi kerusuhan setelah tragedi Tiananmen 1989 ditangani saksama sehingga tidak mengganggu jalannya reformasi ekonomi yang dimulai sejak 1978.
Presiden Xi Jinping rutin menekankan pentingnya kestabilan dan kedamaian ini. “Selalulah waspada akan ancaman pada stabilitas dan reformasi,” kata Presiden Xi di hadapan para kader Partai Komunis.
Trilogi pembangunan
Indonesia sendiri menyadari hal ini dengan mengumandangkan trilogi pembangunan sejak dekade 1960-an. Pembangunan Indonesia menekankan kestabilan, pertumbuhan dan pemerataan. Kestabilan membuat Indonesia menikmati pembangunan ekonomi.
Adalah pembangunan ekonomi yang membuat Asia terhindar dari status hunian negara-negara miskin. China paling terdepan soal ini. Pengikisan kemiskinan di China mendapatkan pujian dari Bank Dunia. Presiden Bank Dunia David Malpass menyebutkan, pengurangan kemiskinan adalah pencapaian luar biasa China. Pertumbuhan adalah alasan utama pengurangan kemiskinan di China.
Indonesia juga mencatatkan penurunan jumlah warga miskin. Sukses ini wajib berlanjut sebab masih begitu banyak warga miskin. Penurunan tingkat ketergantungan (dependency ratio) bagi pekerja juga sangat tergantung pada pertumbuhan, yang selanjutnya menciptakan kesempatan kerja. Dengan makin banyaknya warga bekerja, tingkat ketergantungan warga pada pekerja, yang menanggung banyak orang, akan menurun. Beban pekerja menurun, terutama mereka yang menanggung beberapa orang.
Citra
Indonesia ada di tengah bangsa-bangsa dengan jaringan berita yang mudah menyebar dalam hitungan detik. Serupa dengan kisruh di negara lain, mudah masuk ke dalam negeri dan sebaliknya. Berita kedamaian akan membentuk citra.
Dan citra baik sangat diperlukan sebuah negara jika urusannya adalah kedatangan investor asing. Negara-negara di dunia juga maju karena kehadiran investasi asing.
Tidak ada negara yang suka masuk ke dalam daftar pariah, kacau dan miskin yang sekian lama merupakan citra melekat pada beberapa negara di Benua Afrika. Benua ini pun kini makin stabil, dan ekonominya makin menggeliat.
Dengan kedamaian, masalah bangsa yang begitu banyak akan terurai dengan sendirinya. Seperti trilogi itu sendiri, kestabilan adalah pilar pertama. Kestabilan yang mendorong pertumbuhan. Ini menciptakan situasi kondusif menuju jalan pemerataan.
Mudah memahami kaitan antara kestabilan dan pertumbuhan. Masalahnya kadang beberapa negara sulit meraih kedamaian. Argentina pada dekade 1920-an setara Perancis kemajuannya. Argentina setelah itu tertinggal dari posisi Perancis.
Filipina hanya kalah dari Jepang soal kemakmuran di Asia pada dekade 1960-an. Untuk Filipina, ketidakstabilan menjadi salah satu penyebab gangguan pembangunan.
Para ekonom AS Alberto Alesina, Sule Ozler, Nouriel Roubini, Phillip Swagel melakukan riset atas 113 negara selama periode 1950-1982. Ditemukan, negara-negara tak stabil memiliki pertumbuhan relatif lebih rendah.
Editor:
prasetyoeko
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.