”Lorem Ipsum”, Pelajaran Berharga untuk Kompas
”Lorem ipsum” tiba-tiba menjadi pembicaraan hangat warga internet di media sosial Indonesia, Rabu (10/7/2019). Pemicunya adalah koran Kompas yang terbit dengan kesalahan desain pada halaman utama: navigasi pada kanan atas terisi teks ”
Lorem ipsum tiba-tiba menjadi pembicaraan hangat warga internet di media sosial Indonesia, Rabu (10/7/2019) lalu. Pemicunya adalah koran Kompas yang terbit dengan kesalahan desain pada halaman utama: navigasi pada kanan atas terisi teks ”Lorem ipsum”, padahal semestinya diisi cuplikan artikel halaman dalam. Bagaimana Kompas belajar dari sini? Apa sih "lorem ipsum" itu?
”Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Integer non magna vitae tellus. OLAHRAGA/HLM 22”. Demikian teks yang nyasar di bagian navigasi halaman depan Kompas, berdampingan dengan foto petenis Roger Federer melambaikan tangan. Padahal, bagian itu semestinya berisi informasi yang mempromosikan artikel olahraga di halaman 22.
Kesalahan itu terjadi akibat kekhilafan, tanpa kesengajaan. Desainer halaman depan harian Kompas terlupa mengisi ruang navigasi (kadang disebut ruang balkon) dengan teks yang seharusnya. Kekeliruan itu juga lolos dari amatan penyunting akhir sehingga tercetak pada pagi harinya. Hasil cetakan itu kemudian sampai di tangan pelanggan.
Menerima koran dengan navigasi ”Lorem ipsum”, pembaca Kompas pun protes. Sebagian lantas mengunggah protes itu di media sosial (medsos), terutama Twitter dan Instagram. Mereka menyesalkan kesalahan teks tersebut sambil menambahkan berbagai komentar, sebagian bernada simpati atas kekhilafan itu.
Menyadari kesalahan ini, Redaksi Harian Kompas serta-merta mengakui kesalahan tersebut. Pernyataan diunggah Departemen Media Sosial Kompas lewat akun Twitter @hariankompas. ”Terima kasih atas masukan Anda, para pembaca Kompas semua. Terdapat keteledoran pada edisi Rabu (10/7/2019) bagian beranda sehingga tampak seperti di bawah ini. Kesalahan ini tidak kami sengaja dan kami berharap tidak terulang lagi di masa mendatang.”
Rabu siang, Redaksi Kompas merilis revisi koran dalam format PDF (Portable Document Format), yang juga diunggah melalui akun Twitter @hariankompas. ”Kami telah memperbaiki beranda pada edisi e-paper yang bisa dilihat dengan berkunjung melalui situs epaper.kompas.id serta aplikasi.”
Atas permintaan maaf dan revisi tersebut, ternyata pembaca Kompas merespons dengan baik. Sebagian dari mereka menerima keteledoran itu dan berharap Kompas lebih cermat sehingga kesalahan serupa tidak terulang. Meskipun ada juga yang menganggap kesalahan itu sangat fatal, apalagi buat media nasional yang sudah berusia lebih dari 50 tahun.
Antusiasme warganet dalam membicarakan soal ini cukup kencang. Pada awalnya, publik saling memberi tahu bahwa ada kesalahan cetak pada navigasi halaman muka Kompas.
Mereka mengikuti permintaan maaf Redaksi Kompas, juga peluncuran koran edisi revisi dalam format PDF. Percakapan itu berlangsung ramai sehingga lorem ipsum dan Kompas kemudian menjadi salah satu topik yang cukup banyak dibicarakan (trending) di Twitter Rabu siang itu.
Apa sih ”lorem ipsum”?
Tren percakapan di Twitter, juga Instagram, akhirnya membuat publik penasaran, apa sesungguhnya lorem ipsum? Kenapa teks itu banyak digunakan dalam desain? Bagaimana sejarahnya?
Dalam dunia desain grafis, lorem ipsum sangatlah populer. Paragraf itu lazim digunakan untuk mengisi ruang teks yang masih kosong untuk memperlihatkan dan menguji elemen grafis, terutama font (jenis huruf), tipografi (penataan huruf), dan tata letak (penempatan huruf). Ini juga mencakup bentuk kalimat, paragraf, dan halaman.
Dengan teks standar itu, desainer diharapkan tidak terlalu fokus pada rincian kata-kata dan artinya, tetapi pada sosok, bentuk, dan komposisi desainnya. Penggunaannya bersifat sementara atau sebagai semacam template (format acuan). Begitu teks asli sudah tersedia, desainer tinggal memasukkannya dalam rancangan yang sudah disiapkan. Praktik ini lumrah di dunia grafis, cetak, dan penerbitan.
Ada beberapa versi yang menjelaskan bagaimana tradisi itu bermula. Selama beberapa waktu, teks ini pernah dianggap sekadar kata-kata acak yang mirip dengan bahasa Latin meski tak sepenuhnya Latin. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, hasilnya cukup mengesankan.
Salah satunya, sebagaimana disebutkan laman https://loremipsum.io, penggunaan lorem ipsum terdeteksi sejak abad ke-15 Masehi dengan tujuan uji coba tipografi pada percetakan. Seorang peneliti bahasa Latin dari Hampden-Sydney College, Virginia, Amerika Serikat, Richard McClintock, menemukan rujukan asli teks lorem ipsum, yaitu catatan Marcus Tullius Cicero, filsuf asal Romawi kuno dari abad pertama sebelum Masehi. Lebih khusus, kalimat tersebut merupakan gubahan dari kitab De Finibus Bonorum et Malorum (Sisi Ekstrem dari Kebaikan dan Kejahatan) pada bagian 1.10.32 dan 1.10.33.
Ini teks dari lorem ipsum yang populer dalam desain grafis. ”Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.”
Teks tersebut merupakan gubahan (sebagian teks hasil utak-atik, cuplikan penggalan, tidak seluruhnya diambil) dari teks utuh Cicero sebagai berikut. ”Neque porro quisquam est, qui dolorem ipsum quia dolor sit amet, consectetur, adipisci velit, sed quia non numquam eius modi tempora incidunt ut labore et dolore magnam aliquam quaerat voluptatem. Ut enim ad minima veniam, quis nostrum exercitationem ullam corporis suscipit laboriosam, nisi ut aliquid ex ea commodi consequatur?”
Seorang penerjemah, Harris Rackham, kemudian menerjemahkan teks itu ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1914. ”Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain of itself, because it is pain, but because occasionally circumstances occur in which toil and pain can procure him some great pleasure. To take a trivial example, which of us ever undertakes laborious physical exercise, except to obtain some advantage from it?”
Dalam bahasa Indonesia, teks itu lebih kurang dapat diartikan seperti ini. ”Demikian pula, tidak ada orang yang mencintai atau mencoba penderitaan karena itu rasa sakit itu sendiri, tetapi kadang-kadang terjadi, kerja keras dan rasa sakit dapat memberikan rasa senang. Sebagai misal sederhana, siapakah di antara kita yang pernah melakukan pekerjaan fisik yang berat, selain untuk mendapat manfaatnya?”
Pemaknaan serupa disampaikan akun @idwiki (Wikipedia bahasa Indonesia). "... tetapi karena sesekali terjadi keadaan di mana susah-payah dan penderitaan dapat memberikan kepadanya kesenangan yang besar. Sebagai contoh sederhana, siapakah di antara kita yg pernah melakukan pekerjaan fisik yg berat, selain untuk memperoleh manfaat daripadanya? ..."
Jika dicermati, penggalan kutipan itu memaparkan peringatan Cicero, bahwa manusia mampu bekerja keras dan atau menahan penderitaan bukan lantaran mau menenggelamkan diri dalam rasa sakit dari penderitaan itu sendiri. Semua kesulitan itu dijalani demi mencapai manfaat di balik rasa tidak nyaman tersebut. Meski tidak sama persis maknanya, hal ini mengingatkan kita pada perumpamaan lama di Indonesia. ”Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.
Teks itu demikian filosofis karena memang Cicero dikenal sebagai negarawan, cendekiawan, dan filsuf dengan pemikiran jernih. Berbagai sumber mencatat, sosok ini diperkirakan hidup pada masa Romawi, tepatnya tahun 106-7 sebelum Masehi. Selain orator ulung, dia juga menulis banyak catatan, puisi, pidato, dan surat. Perhatiannya cukup luas, mulai dari politik, militer, filsafat, sampai bahasa Latin.
Beberapa karyanya, antara lain, antologi puisi berjudul Consulatu Suo dan de Temproribus Suis serta catatan berjudul Pro Murena, Somnium Scipionis, de Re Publica, de Legibus, de Officiis, dan de Fibinus. Karya de Fibinus inilah yang memuat teks lorem ipsum. Teks itu menekankan pentingnya manusia untuk bekerja keras, bahkan rela menahan sakit dan derita, demi mencapai tujuan mulia.
Prinsip itu sejalan dengan pokok pikiran Cicero dalam politik. Dia mendorong lahirnya sosok-sosok negarawan sebagai manusia yang mampu menekan kepentingan pribadi demi memperjuangkan kepentingan publik lebih luas. ”Alam dengan hukumnya menetapkan bahwa seorang manusia harus bersedia mempertimbangkan kepentingan orang lain, siapa pun ia, dengan alasan mendasar, yakni karena ia adalah manusia,” katanya dalam de Officiis.
Percobaan tipografi
Bagaimana bisa penggalan catatan Cicero nyantol begitu saja dalam percobaan tipografi? Penjelasannya kembali pada geliat gerakan Renaissance (Pencerahan) di Eropa pada abad ke-15. Para intelektual saat itu bersemangat untuk kembali menghidupkan kekayaan ilmu pengetahuan dari masa klasik, Yunani dan Romawi. Catatan Cicero termasuk teks yang cukup digemari dan banyak bertebaran dalam percakapan di antara kaum cerdik pandai.
Saat itu, mesin percetakan diandalkan untuk menerbitkan buku-buku tentang pemikiran Renaissance. Masih merujuk pada temuan McClintock, diperkirakan ada seorang penata huruf yang mengacak bagian de Finibus karya Cicero sebagai serangkaian percobaan tipografi untuk mengenali jenis, ukuran, dan tata letak huruf sebelum dicetak. Rupanya, metode ini dilanjutkan oleh para penata huruf berikutnya.
Pada masa modern, lorem ipsum sebagai standar teks percobaan tipografi semakin populer berkat Letraset, perusahaan asal Perancis. Sejak tahun 1960-an hingga beberapa dekade berikutnya, perusahaan ini memproduksi seperangkat lembaran transfer kering yang menyertakan teks lorem ipsum dalam berbagai font, ukuran, dan tata letak. Lembaran huruf ini dengan cepat diadopsi oleh seniman grafis, printer, arsitek, dan pengiklan untuk kebutuhan tampilan desain.
Ketika kemudian teknologi digital mengambil alih sistem percetakan manual di seluruh dunia, lorem ipsum masih dibawa serta lewat program Aldus PageMaker yang diproduksi Aldus Corporation (yang kemudian bergabung dengan Adobe Systems). Kebiasaan itu berlanjut bahkan sampai sekarang. Lorem ipsum pun kerap menjadi bagian dari mockup atau preview (pratinjau) desain huruf.
Para desainer perwajahan Kompas juga menggunakan lorem ipsum sebagai standar demonstrasi tipografi teks. Jika sudah ada, teks asli akan dimasukkan untuk menggantikan teks berbahasa Latin itu.
Pelajaran berharga
Bagi Redaksi Kompas, kesalahan lorem ipsum itu diterima sebagai pelajaran berharga. Kecermatan dan ketelitian tidak boleh dikendurkan dalam situasi apa pun, termasuk saat menghadapi berbagai tekanan, katakanlah seperti deadline (tenggat) cetak yang kadang dimajukan dari biasanya. Untuk mengantisipasi agar tidak terulang kekeliruan serupa, desainer di media ini memutuskan untuk mengosongkan teks yang belum terisi ketimbang menampilkan teks lorem ipsum, tetapi rentan menyaru dengan teks yang semestinya.
Jika memang belum ada teks yang semestinya, seperti pada balkon halaman depan koran, tidak akan lagi diisi lorem ipsum, tetapi akan dibiarkan kosong saja. Tujuannya, agar desainer tetap menyadari bahwa ruang itu kosong dan perlu diisi dengan teks yang benar. ”Meski dipakai sebagai template tipografi dalam desain, ternyata lorem ipsum bisa mengecoh desainer dan akhirnya lupa untuk mengganti dengan teks sesungguhnya. Kami tidak mau ambil risiko lupa lagi,” kata Wakil Manajer Produksi Bidang Artistik Kompas Rianto, Jumat (12/7/2019).
Selain itu, tim desain Kompas akan lebih memperketat ketelitian dalam tiap bagian terkait perwajahan koran. Setiap lini yang dilewati aliran lay out yang sudah ditetapkan mesti bekerja lebih tekun, serius, dan cermat. Bagaimanapun, desain koran adalah hasil kerja bersama.
Sebagai bentuk permintaan maaf atas kesalahan lorem ipsum, bagian pemasaran Kompas kemudian menawarkan diskon 30 persen untuk semua transaksi lewat gerai di Kompas.id pada Rabu itu. Kode kupon belanjanya: KOMPASLOREMIPSUM. Tawaran ini lantas dipendarkan Departemen Media Sosial Kompas lewat beberapa akun resmi.
Publik menyambut tawaran tersebut dengan positif. Selain dibicarakan, sejumlah pembaca memang kemudian melakukan transaksi dengan kode khusus pada hari itu. Terima kasih. (BONDAN WIBISONO)