Siaran Langsung Piala Dunia
Rubrik ”Arsip” Kompas, 8 Juli 2019, mengulas berita ”Jerman Barat Juara Piala Dunia” (Kompas, 8 Juli 1974). Berita peristiwa 45 tahun lalu itu melaporkan tim sepak bola Jerman Barat menjadi juara Piala Dunia 1974. Dalam final di Stadion Olimpiade Muenchen, Jerman Barat mengalahkan Belanda, 2-1.
Dalam ulasan tentang berita tersebut (”Saat Para Legenda Jerman Juara Dunia”) disebutkan bahwa final Piala Dunia 1974 adalah laga final Piala Dunia pertama yang disiarkan TVRI secara langsung.
Sebetulnya, TVRI sudah menyiarkan langsung laga puncak Piala Dunia 1970 di Meksiko. Pertandingan final Piala Dunia 1970 berlangsung pada 21 Juni 1970 siang hari waktu Meksiko (di Indonesia menjelang dini hari 22 Juni 1970), antara dua tim terkuat, Brasil dan Italia. Pertandingan di Stadion Azteca, Meksiko City, itu disiarkan langsung TVRI, masih dalam suasana berkabung karena wafatnya Sang Proklamator, mantan Presiden Soekarno, 21 Juni 1970.
Pertandingan, yang dikenang sebagai salah satu final Piala Dunia terbaik, itu dimenangi Brasil dengan skor 4-1. Babak pertama berakhir imbang (gol Brasil dicetak ”Si Mutiara Hitam” Pele, Italia membalas melalui Roberto Boninsegna). Pada babak kedua, Brasil tak tertahankan lagi (lewat gol-gol Gerson, Jairzinho, dan Carlos Alberto).
Eduard Lukman
Jl Warga, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta 12510
Catatan Redaksi:
Terima kasih atas informasinya.
Tantangan 2019-2024
Ada tiga buku yang, menurut saya, patut menjadi bahan pertimbangan untuk menakhodai 260 juta rakyat Indonesia agar kesejahteraan bisa merata. Yang pertama buku Future Shock karya Alvin Toffler, kedua Megatrends: Ten New Directions Transforming Our Lives (John Naisbitt), dan Disruption (Rhenald Kasali).
Yang paling signifikan adalah perubahan yang amat cepat pada berbagai aspek. Toffler menggambarkan: Too much change in too short a time. Terlalu banyak perubahan dalam waktu terlalu singkat. Naisbitt meramalkan munculnya beberapa hal yang terbukti kemudian, misalnya masyarakat informasi serta desentralisasi.
Visi pemimpin yang jauh melihat ke depan sangat diperlukan saat ini. Prioritas dalam kebijakan perlu dijabarkan dengan jelas. Budiman Tanuredjo menulis, ”Fokuslah pada Isu Korupsi”. Fokus adalah kata kunci penting untuk menetapkan prioritas. Korupsi penting ditangani karena Indeks Persepsi Masyarakat masih di bawah sasaran.
Wawancara khusus Presiden Jokowi bersama Ninuk M Pambudy, Pemimpin Redaksi Kompas, 1 Juli, juga menyampaikan pandangan menjalankan periode kedua. Infrastruktur yang dibangun mulai dikaji pemanfaatannya dan ada penekanan pada pembangunan sumber daya manusia, yang patut diapresiasi. Namun, eksekusi harus jelas.
J Kristiadi pada Kompas edisi 4 Juli mengemukakan, tantangannya bukan sekadar mewujudkan generasi muda melek teknologi, melainkan juga paham ideologi. Hal ini mengingatkan saya pada ucapan almarhum Rosihan Anwar: ”Bangsa ini tidak memiliki ideologi, apalagi partai politik”.
Ada contoh menarik dikemukakan oleh Kasali. Kebiasaan mengimpor, sampai garam dan ikan laut juga diimpor. Ironisnya, Kompas, 4 Juli, memuat berita ”Garam Rakyat Menumpuk”. Bahan baku obat Indonesia, kedelai, minyak mentah, 90 persen juga diimpor. Rupanya ini pemicu upaya mengembangkan energi terbarukan tersendat. Pemimpin yang visioner akan prihatin melihat hal ini.
Kasali merumuskan, kini berlangsung ekonomi berbagi. Ekonomi kembali ke tangan rakyat, tanpa perantara. Gojek, Grab, Airbnb, mengubah drastis kehidupan.
Lima tahun pemerintahan jilid II tidak akan penuh madu, tetapi banyak duri. Karena itu, Pak Jokowi memang harus bekerja keras. Kita ikut mengawasi dan bersikap kritis, tetapi tetap beradab.
Hadisudjono Sastrosatomo
Jalan Pariaman, Pasar Manggis, Jakarta, 12970