Surat Kepada Redaksi
Apresiasi Inovasi Petani
Menurut petugas Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bogor, banyak petani cerdas yang berinovasi di bidang pertanian dan hortikultura, termasuk di antaranya memuliakan padi.
Mereka diapresiasi dan didukung Pemerintah Kabupaten Bogor. Bahkan, di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, perkumpulan petani diketuai oleh petani yang ahli pemuliaan padi walau hanya lulusan sekolah dasar.
Oleh karena itu, sungguh memilukan membaca petani pemulia padi, Munirwan, dilaporkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Utara ke polisi karena dianggap memalsu jenis padi IF8, padahal dia pemulia benih padi yang kreatif (Kompas, 26/7/2019).
Ini jelas suatu kemunduran yang memalukan karena Presiden Joko Widodo mengimbau agar inovasi berupa kreativitas bangsa harus ditingkatkan melalui kreativitas nyata. Langkah Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Utara itu akan membunuh kreativitas petani cerdas.
Seharusnya pejabat justru becermin diri, bukan asal melapor ke polisi, melainkan harus persuasif dengan pendekatan kekeluargaan. Maju bersama petani!
Suyadi Prawirosentono
Selakopi, Pasir Mulya, Bogor
Barang Hilang
Sabtu (27/7/2019) sekitar pukul 14.00, saya keluar dari Terminal 3 Bandara Soekarno- Hatta. Setelah membeli tiket bus Damri jurusan Bekasi Barat, saya yang membawa tiga barang bagasi dari pesawat Garuda dan satu tas kabin berjalan menuju bus Damri jurusan Bekasi Barat.
Saat berjalan menuju bus, saya dibantu porter berpakaian Damri. Dia membawa
dua barang bagasi saya: tas ransel oranye dan kardus oleh-oleh.
Ia menyerahkan barang-barang saya kepada petugas Damri lain yang memasukkan barang ke bagasi bus. Waktu itu saya bilang bahwa saya hendak membawa barang-barang tersebut ke atas bus karena saya turun di Jatibening.
Pengemudi bernama Jon Perdi S dari bus CB:5235 bilang dari pintu bus bahwa barang saya akan diturunkan di Jatibening. Mengingat semua yang terlibat adalah petugas Damri, setelah barang masuk bagasi, saya naik ke bus.
Saat turun di Jatibening, pengemudi membuka bagasi bus dan hanya ada koper dan kardus oleh-oleh. Tas ransel oranye saya hilang. Karena sudah cukup lama mencari dan tak ketemu, pengemudi minta saya ikut sampai ke pul Damri di Jalan Kayuringin.
Setelah sekitar sejam menunggu tanpa kepastian, saya pulang dengan meninggalkan nomor HP dan mencatat nomor HP pengemudi.
Menurut info dari pengemudi, petugas Damri di Terminal 3 sudah aplus (habis bergilir jaga) sehingga baru besok bisa dicek. Besoknya saya tanya lagi kepada pengemudi, tetapi belum juga ditemukan.
Dia menyarankan saya lapor ke call center Damri 1500825. Saya menghubungi call center dan diterima oleh Ibu Lita. Setelah melaporkan kejadian sampai detail, saya berharap tas segera didapat.
Namun, setelah lapor hari itu, hari-hari selanjutnya tidak ada kabar dari Damri. Pada 28 Juli itu juga saya menghubungi Pak Juoro yang menurut pengemudi adalah penanggung jawab operasional Damri di bandara. Tujuannya meminta nama semua porter di Terminal 3 pada waktu kejadian hilangnya tas saya.
Hampir setiap hari saya menghubungi untuk menanyakan tas saya karena semua yang ada dalam tas itu sangat saya perlukan dan berharga. Namun, respons sangat minim dan tidak bertanggung jawab.
Jelas terlibat dua oknum petugas Damri di waktu dan lokasi. Namun, sudah hampir dua minggu tidak ada niat baik dan tanggung jawab dari pihak Damri. Apakah penumpang harus pasrah kehilangan barang jika naik transportasi umum?
Damri adalah perusahaan yang sudah lama berkiprah semestinya tahu bagaimana menangani permasalahan pelanggan dengan baik. Apalagi punya slogan ”Smile”: dengan etik dan tanggung jawab dalam berkarya, tetapi ternyata masih sebatas slogan.
Ita Margaretha Nainggolan
Jalan Swakarsa RT 003 RW 004, Jatibening Baru,
Bekasi, 17412