Investor Berhati-hati, Usaha Rintisan Dag-dig-dug…
Kasus WeWork dan kondisi ekonomi global membuat investor usaha rintisan makin berhati-hati dan tak mudah mengalirkan dananya. Akibatnya, banyak usaha rintisan yang tengah membutuhkan pendanaan bakal ”sesak napas”.
Oleh
Andreas Maryoto
·4 menit baca
Ketika kita masuk ke laman Google dan mengetik ”SoftBank”, maka daftar pilihan pencarian pertama yang muncul adalah ”SoftBank Struggles”. Perusahaan pendanaan ini tengah mengajak investor lain untuk mengumpulkan uang bagi investasi putaran kedua.
Pada putaran pertama, Masayoshi Son, bos SoftBank, berhasil mengumpulkan dana hingga 100 miliar dollar dan disalurkan ke berbagai usaha rintisan global. Ia harus berjuang untuk mendapatkan kembali dana sebesar itu bagi investasi putaran kedua.
Kali ini tidak mudah, banyak masalah menghadang. Usaha rintisan pun berdebar-debar.
Pasca-kegagalan penawaran saham perdana WeWork, usaha rintisan di properti dengan fokus penyewaan ruangan kantor, SoftBank yang telah menaruh dana 7 miliar dollar AS di usaha itu menemui kesulitan untuk menggalang dana investasi yang diberi nama Vision Fund 2. Partner lama yang telah bergabung dalam Vision Fund 1 agak mengetatkan investasi. Mereka tak akan mengucurkan dana lebih besar lagi.
Akibatnya, sejauh ini Masayoshi baru bisa mengumpulkan sekitar 38 miliar dollar AS dari target Vision Fund 2 sebesar 108 miliar dollar AS. Angka itu pun masih diragukan karena beberapa kalangan mempertanyakan asal-usul pendanaan itu.
Kasus WeWork dan kondisi ekonomi makro global membuat investor usaha rintisan makin berhati-hati dan tak mudah mengalirkan dananya. Valuasi yang terlalu besar dan ketidakjelasan arah bisnis WeWork membuat para investor meneliti makin mendalam usaha rintisan yang hendak dibiayai.
Kasus WeWork juga membuat mereka akan menanyakan jalan menuju profit dan juga menangani berbagai beban keuangan di usaha rintisan. Kehati-hatian akan dipegang investor agar tak terperosok ke kerugian. Maklum saja, WeWork yang sempat mendapat valuasi 46 miliar dollar AS akhirnya rontok menjadi hanya sekitar 12 miliar dollar AS setelah investor pasar (market investor) meragukan langkah usaha rintisan itu menangani beban jangka panjang dan profit yang akan didapat.
Kalangan usaha rintisan di sejumlah negara mengakui, waktu yang dibutuhkan investor untuk mendalami usaha rintisan lebih lama ketimbang sebelumnya. Perbincangan dan pertemuan dengan investor masih terus terjadi, tetapi beberapa investor cenderung menunda kesepakatan bisnis.
Sentimen pascakasus WeWork menyebar hingga ke sejumlah negara. Beberapa usaha rintisan juga merasakan kecemasan sulit mendapatkan pendanaan pada masa depan.
Kondisi ekonomi global juga telah membuat kalangan investor lebih berhati-hati. Ancaman perang dagang dan beberapa perubahan geopolitik global membuat ekonomi lesu sehingga investor makin mencari berbagai alternatif investasi yang aman.
Perusahaan pendanaan dari Amerika Serikat pada triwulan ketiga mengucurkan dana 26 miliar dollar AS. Angka ini lebih rendah 15 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada periode yang sama, volume transaksi turun 16 persen menjadi 1.304 transaksi.
Beberapa investor memilih strategi memecah investasi di sejumlah tempat dengan angka yang lebih kecil dibandingkan dengan angka besar dan hanya di sedikit usaha rintisan. Mereka berusaha mengurangi risiko dengan tidak lagi bertumpu pada sedikit usaha rintisan.
Akan tetapi, sepertinya semua tengah melihat langkah yang akan dilakukan oleh Softbank yang diakui sebagai patron dalam dunia investasi usaha rintisan. Apabila perusahaan asal Jepang ini gagal mengumpulkan dana lagi, maka investor lain akan makin berhati-hati. Aliran dana akan makin ketat ke usaha rintisan.
Akibat yang lebih luas adalah banyak usaha rintisan yang tengah membutuhkan pendanaan bakal ”sesak napas” dan risiko paling gawat adalah mereka luluh lantak (bubble). Banyak usaha rintisan yang masih dalam tahap ”bakar uang” sehingga jika dana segar tidak masuk, usaha mereka bakal terengah-engah.
Tidak ada jalan lain selain usaha rintisan harus segera membenahi bisnis mereka dengan cara secepat mungkin menemukan jalan profit agar mereka bisa selamat. Apabila mereka terlambat, masalah besar akan segera muncul.
Investor sendiri telah berkali-kali diingatkan agar mereka segera kembali menilai usaha rintisan dengan jalan melihat peta jalan menuju profit. Semua bisnis pada akhirnya bicara profit, bukan lagi menaikkan valuasi. Masa emas valuasi dengan berbagai kehebohan telah berakhir.
Usaha rintisan mungkin bisa mencari pendanaan baru meski agak sulit. Mereka masih bisa mengais sejumlah uang yang masih dikucurkan oleh beberapa pemodal. Meski demikian, ujung dari semuanya adalah kreativitas para pemilik usaha rintisan yang bakal menyelamatkan mereka.
Kondisi sulit tak harus menjadikan mereka terpuruk. Ujian selama ini menjadi modal mereka untuk bisa selamat mengarungi masa sulit. Kita berharap usaha rintisan bisa selamat dan tetap menjadi usaha yang membuka banyak kesempatan kerja.