”Menang Tanpa Ngasorake”
”Menang Tanpa Ngasorake”
Sah sudah secara ketatanegaraan dengan dilantiknya presiden-wakil presiden RI terpilih 2019-2024, Joko Widodo-Ma’ruf Amin, pada Minggu, 20 Oktober 2019.
Kontestasi pemilihan presiden yang begitu panas serta menegangkan diakhiri dengan pelantikan presiden-wakil presiden terpilih, yang berlangsung dengan aman, damai, dan kondusif. Kehadiran dua sosok capres-cawapres yang belum beruntung memenangi kontestasi semakin melengkapi kekhidmatan acara pelantikan tersebut.
Dalam falsafah Jawa dikenal ungkapan ”menang tanpa ngasorake”, yang artinya kemenangan bisa dicapai tanpa harus mempermalukan. Jiwa besar Jokowi yang mengajak Prabowo masuk ke dalam biduk Kabinet Indonesia Maju memperlihatkan jiwa besar, sikap kenegarawanan seorang presiden terpilih. Demikian pula kesediaan seorang Prabowo menerima amanah dan tugas membantu presiden adalah sikap mulia yang harus kita teladani.
Jiwa besar demi persatuan-kesatuan serta pengabdian kepada bangsa dan negara menjadi modal moral dan sosial dari keduanya untuk bekerja sama. Tak ada yang tak mungkin—tak ada yang abadi dalam politik—kecuali demi kepentingan lebih besar serta mulia bagi bangsa dan negara. Hal itulah yang menyatukan, yang menjadi pijakan kedua negarawan ini bergandeng tangan untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik-lebih maju guna menggapai Indonesia Emas tahun 2045 kelak.
Budi Sartono Soetiardjo
Graha Bukit Raya, Cilame, Bandung Barat
Untuk Kabinet Indonesia Maju
Teka-teki siapa yang bakal diangkat menjadi menteri terjawab sudah setelah Kabinet Indonesia Maju dilantik.
Presiden Joko Widodo kembali menunjukkan kepiawaian dalam menyusun kabinet, menggunakan strategi di luar kebiasaan (think out of the box) berani dan optimistis.
Hal yang menarik adalah masuknya Prabowo Subianto dalam jajaran kabinet. Tidak mudah mengambil keputusan berani seperti ini dan baru kali ini terjadi di Indonesia.
Hanya Presiden dan Prabowo yang tahu alasan masing-masing mengapa mau mengajak dan mau diajak. Kedua pendukung tokoh ini tentu ada yang setuju atau tidak setuju. Salut kepada kedua tokoh yang sudah menunjukkan pelajaran berharga bagi rakyat bahwa rivalitas harus berakhir dengan usainya kontestasi.
Meski demikian, euforia setelah pelantikan tidak perlu berlama-lama karena rakyat menunggu dan ingin tahu apakah program pemerintah kali ini juga masih berpihak kepada rakyat. Kemajuan harus ditingkatkan dan kekurangan harus diperbaiki.
Untuk menolak lupa, satu hal yang perlu menjadi pelajaran berharga adalah unjuk rasa besar-besaran menolak RKUHAP dan revisi UU KPK. Kepolisian berhasil menangani meski di beberapa daerah ada ekses mahasiswa yang menjadi korban.
Pemerintah dan DPR harus lebih terbuka dan komunikatif dalam bidang perundang-undangan. Banyak warga yang tidak memahami seutuhnya pasal-pasal yang ada pada RKUHAP, misalnya. Sebaliknya, pemerintah dan DPR juga tidak menjelaskan maksud dan latar belakang pasal-pasal yang kontroversial. Saat itu rasanya hampir tidak ada penjelasan resmi, baik dari DPR maupun pemerintah, untuk menenangkan situasi.
Saat ini informasi dan perkembangan media daring sangat cepat sehingga media cetak ataupun daring perlu dilibatkan dalam sosialisasi perundang-undangan berikut latar belakangnya. Jangan sampai masyarakat yang tidak baca secara lengkap dimanfaatkan menjadi lahan subur bagi mereka yang memang ingin membuat kegaduhan. Betulkah, misalnya, ada pasal yang membuat wanita ditangkap aparat jika pulang malam?
Sekali lagi, selamat buat Presiden Joko Widodo dan kabinetnya. Semoga sesuai dengan nama kabinetnya, Indonesia jadi semakin maju!
Pangeran Toba P Hasibuan
Sei Bengawan, Medan