Lima isu utama yang sedang dihadapi umat Islam di dunia menjadi agenda pada Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur, 19-21 Desember 2919.
Oleh
·2 menit baca
Kelima isu itu ialah masalah pengungsi Rohingya, perang di Yaman, Uighur di bagian barat China, kesetaraan jender, dan ketimpangan ekonomi antarnegara berpenduduk Islam. Direktur Emir Research, lembaga penelitian independen di Malaysia, Rais Hussin, mengatakan, KTT itu harus berlangsung genuine dan tidak untuk kepentingan beberapa negara. Ia juga mengingatkan, KTT tidak boleh dibajak oleh kelompok-kelompok nasionalis-agama.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menyatakan, tidak ada niat untuk mendiskriminasi atau menyingkirkan siapa pun pada KTT Kuala Lumpur 2019. ”Kami berkumpul di sini bukan untuk membahas agama, melainkan keadaan dunia Muslim,” ujarnya.
Arab Saudi dan beberapa negara di Timur Tengah menilai pelaksanaan KTT Kuala Lumpur kurang tepat. ”Jika ada persoalan dunia Islam yang harus dibicarakan bersama, kita sudah punya OKI (Organisasi Kerja Sama Islam),” kata Raja Arab Saudi Pangeran Salman bin Abdulazis.
Namun, Mahathir berpendapat, pemikir, cendekiawan, dan pemimpin negara Islam akan bertemu guna mencari solusi mengapa terjadi pengusiran Muslim dari tanah air mereka, mengapa Islam dikategorikan sebagai agama teroris, mengapa sebagian negara Islam nyaris jatuh menjadi negara gagal. ”KTT akan mengumpulkan para pemimpin, intelektual, dan cendekiawan Muslim bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dunia Muslim dan menemukan solusinya,” kata Mahathir.
Kami berkumpul di sini bukan untuk membahas agama, melainkan keadaan dunia Muslim.
Menurut panitia, akan hadir 250 wakil dari 52 negara dan 150 delegasi dari Malaysia. Sekitar 1,7 miliar warga Muslim, atau sekitar 25 persen penduduk dunia, hanya memberi sumbangan 5 persen terhadap produk domestik bruto dunia.
Ada sekitar 730.000 warga Rohingya yang terusir dari negaranya dan kini tinggal di Bangladesh. Investigasi PBB menyebutkan, militer Myanmar telah melakukan kekerasan kepada warga Rohingya, yang mengarah pada genosida. Di Xinjiang, ribuan pemeluk Islam dari suku Uighur dan Turki Muslim, ditahan di sebuah kamp, yang menurut versi Pemerintah China: sedang dilatih berbagai keterampilan.
Yang mencolok, sebagian negara Islam seperti Qatar menikmati pendapatan per kapita tinggi, di sisi lain Niger jauh tertinggal. Qatar memiliki pendapatan per kapita 128.000 dollar AS per tahun, Niger cuma 990 dollar AS per tahun.
Benar bahwa ketimpangan antarnegara berpenduduk Muslim masih lebar, tetapi demi menjaga kekompakan, perlu hati-hati untuk membuat konferensi di luar organisasi yang ada. Menlu RI Retno LP Marsudi menyatakan, RI berharap semua perbedaan dituntaskan melalui dialog. ”Isu inklusivitas menjadi isu sangat penting. Kita tak ingin melihat eksklusivitas yang tidak akan menyatukan umat, malah akan menjauhkan satu sama lain,” kata Retno.