Kebuntuan pembicaraan nuklir antara Korea Utara dan Amerika Serikat membuat tahun 2019 diakhiri dengan situasi yang agak mengkhawatirkan.
Oleh
·2 menit baca
Sejumlah negara di kawasan Pasifik dilaporkan bersiap menghadapi kemungkinan terburuk. Langkah itu dilakukan setelah Korea Utara memperingatkan Amerika Serikat pada awal Desember tentang potensi adanya ”hadiah Natal”. Diduga, yang dimaksud dengan ”hadiah Natal” ialah peluncuran rudal jarak jauh. Selama lebih dari dua tahun terakhir, Korut memang belum menggelar lagi peluncuran rudal jarak jauh.
Pada pertemuan Partai Pekerja akhir pekan lalu, Pemimpin Korut Kim Jong Un pun memberi sinyal yang dapat mengundang penafsiran cukup luas, termasuk akan dimulainya lagi uji coba rudal dan nuklir oleh negara tersebut.
Seperti dikutip media Pemerintah Korut, Senin (30/12/ 2019), Kim dalam pertemuan partai meminta pejabat negara mempersiapkan ”langkah ofensif” guna menjaga keamanan dan kedaulatan negara. Seruan disampaikan dalam rangka mengantisipasi batas waktu negosiasi nuklir pada akhir tahun ini yang diberikannya kepada Presiden AS Donald Trump.
Pernyataan tentang ”hadiah Natal” serta seruan agar pejabat Korut menyiapkan ”langkah ofensif” merupakan respons Kim atas kebuntuan negosiasi nuklir dengan Trump. Kim dan Trump melakukan pembicaraan nuklir pada 2018 di Singapura dan tahun 2019 di Vietnam, tetapi gagal mencapai kesepakatan. Inti perbedaan mereka, Kim ingin tekanan sanksi dikurangi sebagai imbalan atas kesediaannya menghentikan sebagian uji coba nuklir dan rudal, sedangkan Trump menghendaki Korut mengakhiri terlebih dahulu semua pengembangan senjata sebelum sanksi dikurangi.
Bagi Korut, pencabutan sanksi, yang memungkinkan negara itu menjual barang, mengimpor bahan bakar, dan mengirim pekerja ke luar negeri merupakan hal penting guna meningkatkan perekonomiannya. Dengan kata lain, Kim sangat membutuhkan dana segar. Namun, negara lain melihat Korut berpotensi memanfaatkan dana ini untuk mengembangkan persenjataan yang mengancam hingga daratan AS.
Setelah kegagalan pembicaraan Kim dengan Trump, diadakan pertemuan tim khusus dari kedua negara pada Oktober. Namun, kebuntuan tetap tak teratasi. Setelah pertemuan inilah, kekecewaan ditunjukkan Kim secara terbuka. Ia lalu menggelar uji coba peluncuran rudal jarak pendek.
Jika tenggat negosiasi nuklir dengan AS pada akhir tahun ini terlampaui, bisa jadi Korut kembali melakukan langkah provokasi seperti melakukan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh. Hal inilah yang sedang diantisipasi oleh negara-negara tetangganya dan AS. Namun, ada analis melihat Korut tak akan kembali bersikap provokatif seperti sebelum tahun 2018.
Kini dunia menunggu langkah yang akan diambil Korut setelah negosiasi nuklir gagal menemukan terobosan. Pidato yang akan disampaikan Kim pada awal tahun diperkirakan bakal memberi sinyal yang lebih jelas.