"Istilah ini terlalu rumit untukku," kata seorang rekan pendekar bahasa ketika kepadanya saya tanya makna khas big dalam big data. Yang jelas, katanya, big data harus diterangkan sebagai sebuah ungkapan; big di sana tidak bisa dijelaskan tersendiri.
Lalu dia mengirimkan dari lumbung informasi terbuka seabrek bahan tertulis--panjang dan padat--yang kuyup dengan istilah teknis. Ia menyayangkan terjemahan Indonesia bahan-bahan berbahasa Inggris itu yang jauh dari akurat. Katanya, si penerjemah kurang menangkap skop dan fitrah istilah big data.
Menghadapi bahan yang panjang padat dan serba teknis itu, sempat ciut niat mengindonesiakan istilah big data yang setakat ini beredar dengan pesat di kalangan para profesional pengolah data. Tapi, Big Crunch belum tiba. Masih miliaran tahun nanti. Selalu ada guna usaha mahakecil untuk sesuatu yang maharumit. Mari kita berangkat dari titik nol, nun di Sabang sana.
Big data, bila takrifnya disederhanakan, adalah suatu bidang kajian yang secara sistematis menggali informasi dari berkelompok-kelompok data yang masing-masing berukuran amat besar atau sangat kompleks, yang tak mampu lagi dilakukan dengan perangkat lunak pengolah data tradisional. Sebuah teks menyebutkan bahwa pada mulanya big data terkait dengan tiga konsep pokok: volume, keragaman, dan kecepatan. Saya kira ketiga unsur yang "memprakarsai" ungkapan big data itu bisa menjadi titik nol dalam usaha membumikan istilah itu di ranah bahasa Indonesia.
Jauh sebelum big data, kita mengenal istilah Big Bang dalam ilmu pengetahuan alam. Istilah ini menyedot perhatian para ahli kosmologi modern, pakar fisika teori, sampai awam sekalipun karena menyangkut permulaan alam semesta dan segala isinya. Kita tahu bahwa tak satu pun usaha bersama di kalangan fisikawan maupun kosmologiman domestik untuk membakukan versi Indonesia istilah Big Bang itu. Wartawan iptek setali tiga uang. Ada yang mengindonesiakannya sebagai Dentuman Besar atau Ledakan Besar, berpatokan pada salah satu pantaran big dalam bahasa Indonesia, \'besar\', yang dikenal semua golongan umur. Ada yang mengindonesiakannya berlandaskan konteks: Dentuman Dahsyat. Saya berpihak pada Dentuman Dahsyat sebab unsur-unsur penting dalam peristiwa Big Bang itu berat kepada dahsyat ketimbang besar.
Big data? Pada mulanya ia menyangkut volume, keragaman, dan kecepatan yang dalam kosakata Indonesia itu terangkum dalam satu kata: bandang, sebuah adjektiva yang, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, berarti \'besar dan deras (tentang arus air)\'.
Mengapa big data tak kita padankan saja dengan data bandang sambil berharap yang bandang cukup sampai di data, jangan sampai pada air di musim hujan yang natural ini?