Hanya dalam 1,5 bulan setelah pertama kali muncul, kasus virus korona jenis baru meluas dengan cepat. Dunia berpacu dengan waktu mencegah penyebarannya.
Sejak pasien pertama yang diyakini positif terkena virus itu pada 8 Desember 2019 dan hasil uji laboratorium dalam kasus tersebut diumumkan Pemerintah China pada 8 Januari 2020, jumlah warga yang terinfeksi virus tersebut terus bertambah. Komisi Kesehatan Nasional China mengungkapkan, hingga Selasa (21/1/2020), sudah enam orang meninggal dan 291 orang di China terinfeksi virus korona jenis baru itu.
Penyebaran virus tersebut bahkan telah merambah empat negara dan teritori lainnya, yakni Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Taiwan. Filipina juga telah melaporkan satu kasus terduga pertama. Adapun Australia dilaporkan tengah mengarantina seorang pria yang baru pulang dari Wuhan, China, kota tempat virus itu diketahui muncul pertama kali.
Dunia, kini, dalam siaga penuh mencegah penyebaran virus tersebut. Seperti diberitakan harian ini, Selasa (21/1/2020), para pengelola bandar udara di banyak kota di dunia meningkatkan pengawasan, terutama terhadap para penumpang penerbangan dari Wuhan. Kesiagaan serupa dicanangkan banyak negara, mulai dari Amerika Serikat, Nigeria, India, Bangladesh, Singapura, Malaysia, dan juga Indonesia.
Kesiagaan dan upaya kolektif dunia untuk mencegah penyebaran virus tersebut mutlak harus dilakukan. Apalagi, Pemerintah China telah mengonfirmasi penularan antarmanusia dalam kasus virus baru itu. Ditambah dengan momentum libur Tahun Baru Imlek di akhir pekan ini, yang kerap dirayakan sebagian warga China dengan bepergian ke luar negeri, mutlak dibutuhkan kesiagaan tersebut.
Kejadian ini mengingatkan pada kasus penyebaran virus penyebab sindrom pernapasan akut parah (SARS) tahun 2002-2003. Saat itu, virus itu menyebar dari China ke puluhan negara, menjangkiti lebih dari 8.000 orang, dan menyebabkan hampir 800 orang meninggal. Mengamati kecepatan respons Pemerintah China dan negara lain, penanganan kasus ini lebih baik dibandingkan dengan kasus SARS.
Dunia masih ingat, bagaimana dulu saat SARS mulai menjangkiti warga di China selatan. Beijing pada awalnya berusaha menutup-nutupinya. Kali ini, mereka bertindak dengan respons cepat. Begitu menyadari kemunculan kasus virus baru itu, otoritas kesehatan China pada 1 Januari 2020 langsung menutup sebuah pasar ikan Huanan yang diyakini sebagai pusat penyebaran virus.
Mereka mengisolasi sampel virus, yang kemudian diketahui adalah virus korona, pada 7 Januari. Pada 12 Januari, China merilis karakter genetik virus itu sehingga para dokter di negara lain bisa mengamati kasus yang mungkin serupa. Presiden China Xi Jinping pun telah memerintahkan jajarannya mempererat kerja sama internasional. Saat dunia tak lagi tersekat-sekat, kerja sama internasional sangat vital guna mencegah penyebaran virus baru tersebut.