Memasuki bulan ketiga sejak virus korona baru muncul di China dan menyebar, perhatian tertuju pada dampak ekonominya. Beijing cepat bergerak mengurangi dampak itu.
Oleh
·2 menit baca
Lembaga ekonomi dunia mengeluarkan prakiraan dan skenario tentang pertumbuhan ekonomi China setelah berjangkitnya virus korona tipe baru. Besarnya perhatian pada China terkait erat dengan makin besarnya posisi ekonomi negeri itu bagi ekonomi global.
Ekonomi China saat ini menyumbang sepertiga pertumbuhan ekonomi dunia, lebih besar daripada gabungan Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang. Apalagi, kontribusi China pada produk domestik bruto global, menurut Bank Dunia, kini mencapai 16 persen atau jauh lebih besar daripada kontribusinya saat wabah SARS menghantam tahun 2002-2003 (4 persen).
Hampir semua lembaga ekonomi memperkirakan penurunan pertumbuhan ekonomi China akibat penyebaran virus korona tipe baru, yang juga dikenal dengan virus 2019-nCoV. Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, memperkirakan pertumbuhan ekonomi China turun dari 6,1 persen pada 2019 menjadi 6 persen tahun ini.
Perkiraan Oxford Economics menyebutkan, penurunan itu bahkan lebih besar, yakni menjadi 5,6 persen. Hal itu akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global tahun ini sebesar 0,2 persen menjadi 2,3 persen—perlambatan terbesar sejak krisis keuangan global satu dekade silam (The New York Times, 4 Februari 2020).
Dalam situasi sekarang, seperti diberitakan koran ini, Selasa (4/2/2020), pejabat dan pengambil kebijakan di China tengah mengkaji perlukah menurunkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2020 yang diproyeksikan sekitar 6 persen. Dengan alasan darurat nasional, penurunan target pertumbuhan bisa saja diumumkan secara terbuka pada Maret mendatang dalam pertemuan tahunan Kongres Rakyat Nasional. Sumber pengambil kebijakan di China, yang dikutip kantor berita Reuters, memperkirakan, wabah virus korona baru berdampak pada pertumbuhan kuartal pertama.
Dalam menangani wabah itu, Pemerintah China menerapkan langkah karantina dan pengisolasian—yang belum pernah terjadi sebelumnya—atas wilayah Provinsi Hubei, tempat kota Wuhan, lokasi asal mula virus korona tipe baru muncul. Transportasi dihentikan dan warga dilarang bepergian guna mencegah penyebaran virus.
Di sejumlah area industri utama China, termasuk Shanghai, Suzhou, Guangdong, dan Shandong, masa liburan tahun baru Imlek diperpanjang 7-10 hari. Lebih dari 40 maskapai penerbangan asing juga menghentikan layanan ke China.
Disrupsi ekonomi di China dipastikan mengganggu rantai pasokan global. Beijing dilaporkan tengah menyiapkan langkah menopang daya tahan ekonominya, yakni dengan konsentrasi pada sektor ritel, katering, logistik, transportasi, dan pariwisata, yang diperkirakan terpukul hebat. Di bidang keuangan, Bank sentral China dalam dua hari terakhir mengalirkan dana stimulus Rp 1,7 triliun (242,74 miliar dollar AS) lewat operasi pasar terbuka. Dengan langkah itu, kita berharap dampak virus korona baru bagi ekonomi global berkurang.