Penanggulangan Wabah Penyakit
Media massa sedang sibuk memberitakan wabah virus korona baru di Wuhan yang terdeteksi pada Desember 2019. Tidak hanya Pemerintah China yang sibuk, hampir semua negara ikut peduli dan berusaha untuk mencegah wabah terseb
Media massa sedang sibuk memberitakan wabah virus korona baru di Wuhan yang terdeteksi pada Desember 2019. Tidak hanya Pemerintah China yang sibuk, hampir semua negara ikut peduli dan berusaha untuk mencegah wabah tersebut menginfeksi warga negara atau masuk ke negara mereka.
Laporan WHO menunjukkan, pada 30 Januari 2020 virus ini sudah menular di 18 negara dan jumlah yang terkena penyakit sudah mencapai 7.817 dengan 170 kematian. Meski jumlah kasus terbanyak masih di China, banyak warga negara lain ikut gelisah, takut virus tersebut menyerang mereka.
Media sosial menyebarluaskan data mengenai virus korona baru ini, tetapi juga sekaligus memuat berbagai opini dan spekulasi yang menambah kekhawatiran masyarakat. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan anjuran cara menghindarkan diri dari penyakit ini dan juga telah melakukan berbagai upaya pencegahan agar virus ini dapat dicegah masuk ke Indonesia.
Sejumlah pihak mendesak pemerintah untuk mengevakuasi warga negara Republik Indonesia yang ada di Wuhan agar dipulangkan ke Tanah Air. Mereka bukan tak percaya pada kemampuan Pemerintah China, tetapi mereka membayangkan bagaimana kekhawatiran warga negara kita jika sampai sakit jauh dari keluarga di Tanah Air.
Saya percaya bahwa wabah penyakit telah berulang kali terjadi di beberapa bagian dunia ini. Bahkan, kita sendiri pernah menjadi pusat perhatian dunia karena wabah flu burung yang tingkat kematiannya amat tinggi.
Ketika itu, jumlah orang yang terinfeksi flu burung terbanyak di Indonesia dan angka kematian akibat flu burung ini amat tinggi. Badan Kesehatan Sedunia, WHO, memberi berbagai bantuan kepada kita sehingga bersama-sama flu burung yang juga berjangkit di Vietnam sekarang dapat dikendalikan.
Dapatkah Dokter jelaskan bagaimana mekanisme kerja sama yang ada dalam penanggulangan wabah di dunia ini? Apakah negara kita juga mengikuti standar penanggulangan yang ada? Apakah korona, virus baru 2019 ini, juga mungkin masuk ke negeri kita. Apa yang akan terjadi jika sampai virus baru ini masuk?
M di J
Anda benar wabah penyakit sudah berulang-ulang terjadi di bumi ini. Dulu Eropa pernah dilanda penyakit kolera, penyakit cacar, dan lain-lain. Korbannya tidak sedikit. Namun, berkat perbaikan lingkungan, pencegahan, dan layanan kesehatan, wabah tersebut dapat tertanggulangi. Kolera dan cacar sudah jarang dijumpai di muka bumi ini.
Korban wabah yang besar adalah wabah flu yang dikenal dengan flu Spanyol, yang konon menelan korban hampir 30 juta orang di dunia ini. Kemudian kita kenal juga flu Hong Kong yang sebarannya juga cepat dan luas, tetapi angka kematiannya tidak setinggi flu Spanyol.
Virus korona sendiri sedikitnya telah tiga kali menimbulkan wabah, yaitu wabah SARS di China, Hong Kong, Singapura, dan beberapa negara lain, kemudian MERS di Timur Tengah. Untunglah keduanya dapat cepat dikendalikan. Bagaimana proses penetapan wabah ini di suatu negara sampai menarik perhatian WHO, dan kemudian WHO ikut aktif mengendalikan penanggulangannya?
Setiap negara mempunyai sistem pemantauan penyakit (surveillance). Jika kekerapan suatu penyakit meningkat dua kali lipat, ini dianggap sebagai wabah (outbreak). Wabah yang bersifat lokal ini akan segera ditangani dinas kesehatan setempat dan dilaporkan ke tingkat nasional. Kementerian Kesehatan akan memantau perkembangan wabah tersebut dan akan bertindak untuk menghentikan wabah tersebut.
Kita masih ingat tahun 2017 terjadi wabah difteri di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Kementerian Kesehatan segera melakukan upaya pencegahan dengan meliburkan sekolah serta melakukan imunisasi difteri yang disebut sebagai respons imunisasi pada wabah.
Tindakan tersebut harus segera dilakukan karena akan memengaruhi kehidupan orang banyak. Pada waktu itu, kita sedang bersiap menjadi tuan rumah pesta olahraga Asian Games. Untunglah wabah dapat dikendalikan dan kehidupan masyarakat kembali ke sediakala.
Penyebaran virus baru korona di Wuhan ini tampaknya masih terus meningkat meski sebagian besar di China. Namun, jumlah negara yang terpapar virus ini juga bertambah. Para pejabat WHO memperhatikan dengan saksama perkembangan ini dan memberi panduan pada setiap negara untuk mengurangi penularan virus ini.
WHO juga siap membantu China dalam memadamkan wabah virus korona baru ini. Kerja sama internasional dalam memadamkan wabah amat penting. Karena itulah, setiap negara harus bersikap terbuka, melaporkan data yang benar, sehingga besar masalah dapat dinilai dengan baik. Jika memungkinkan, lembaga ilmiah akan mencoba membuat vaksin untuk wabah yang ada.
Kita pernah membaca tentang wabah Ebola yang berlangsung di Afrika. Para pakar kesehatan berhasil membuat vaksin Ebola sehingga dapat digunakan untuk mencegah penularan Ebola. Pembuatan vaksin Ebola termasuk amat cepat karena biasanya untuk membuat vaksin baru diperlukan waktu sekitar 10 tahun.
Penyakit yang ada, tetapi bukan merupakan wabah di suatu negara, juga dicegah agar jangan meluas ke negara lain. Untuk itulah, diperlukan upaya pencegahan penyakit dalam perjalanan. Jika kita ingin berkunjung ke Senegal, kita diwajibkan menjalani imunisasi yellow fever. Sementara jika kita akan menjalankan ibadah umrah dan haji, kita diwajibkan menjalani imunisasi meningitis.
Semua ini diatur untuk menjaga kesehatan pelancong dan mencegah penularan penyakit dari satu negara ke negara lainnya. Agar tindakan imunisasi ini dapat dipantau dengan baik, dikeluarkan surat tanda vaksinasi internasional yang sering juga disebut buku kuning. Mereka yang sudah diimunisasi tercatat di buku kuning tersebut dan pencatatan tersebut adakalanya diperlukan sebagai syarat untuk memperoleh izin masuk (visa) ke negara yang mengalami penyakit tersebut.
Jadi, kita harus memahami dengan baik bahwa kewajiban untuk menjalani imunisasi tersebut merupakan upaya untuk mencegah agar pelancong tidak sakit dan membawa penyakit ke negaranya. Dengan demikian, tak ada lagi pelancong yang mau mendapat buku kuning tanpa diimunisasi karena berisiko membahayakan kesehatannya serta keluarganya jika dia pulang nanti.
Jika terjadi wabah secara meluas, semua negara wajib bekerja sama. Misalnya, jika suatu negara kehabisan vaksin, negara lain akan membantu. Kita hidup bersama di bumi ini dan kita semua ingin hidup dengan aman, sehat, dan bahagia.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan wabah penyakit lambat diatasi. Sering terjadi pemantauan penyakit tidak berjalan dengan baik sehingga yang dilaporkan tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, kasus difteri ada 500, yang terlaporkan hanya 40 saja. Sudah tentu data tersebut tidak menarik perhatian pihak berwenang untuk melakukan upaya pencegahan wabah. Faktor lain adalah lambatnya pelaporan karena birokrasi. Selain itu, dukungan masyarakat juga diperlukan untuk melaporkan anggota keluarganya yang sakit.
Penderita yang berobat ke layanan kesehatan akan mendapat terapi sekaligus data pelayanan kesehatan akan dilaporkan ke lembaga yang memantau penyakit. Kita tentu berharap agar virus korona baru tidak masuk ke negara kita. Namun, jika sampai masuk, kita tidak perlu panik karena sudah lebih dari 18 negara yang mengalami hal yang serupa. Pemerintah kita akan melakukan upaya seperti yang dilakukan oleh negara lain.