logo Kompas.id
OpiniKampus Merdeka
Iklan

Kampus Merdeka

Saya tidak percaya bahwa kualitas pendidikan tinggi di Indonesia semakin jelek, hanya saja membutuhkan akselerasi dan upaya yang lebih strategis dan inovatif untuk mengatasi ketertinggalan dari negara-negara lain.

Oleh
Ketut Buda Artana
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/bfVZRNub5G--0Bju1TjW-o6PdDk=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2Fbda729ec-d0c9-4cca-8cf9-e6b3621d2c65_jpg.jpg
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN

Mendikbud Nadiem Makarim saat meluncurkan kebijakan "Kampus Merdeka" di Jakarta, Jumat (24/1/2020).

Mengawali tulisan ini, saya mengakui bahwa saya adalah bagian dari orang yang terkejut dan ”exciting” terhadap penunjukan Nadiem Makarim, seorang anak muda (setidaknya lebih muda dari saya) sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jabatan yang selama ini dianggap sakral milik mantan rektor atau sekurang- kurangnya dosen.

Beberapa bulan setelah penunjukannya, keriuhan muncul sesaat setelah Mas Menteri (sebutan yang membuat saya tak nyaman, tapi begitu sebagian besar orang menyebutnya sekarang) menyampaikan pokok-pokok gagasannya tentang kampus merdeka. Empat pokok gagasan Mas Menteri bergulir menjadi wacana, mulai dari diskusi serius hingga guyonan ala grup Whatsapp saat ini.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000