Membaca tulisan ”Konsep Keesaan Tuhan Menyatukan” di harian Kompas (Kamis, 30/1/2020) di halaman Pendidikan & Kebudayaan, saya setuju jika pemahaman dan implementasi sila pertama tuntas, maka empat sila lainnya akan terpayungi. Saat kita memahami dan mengimplementasikan Tuhan itu esa (satu), maka kita seyogianya menghormati agama dan keyakinan yang berbeda, karena Tuhan itu satu.
Sering kali kita meyakini Tuhan itu satu, tetapi dalam implementasinya kita menghina Tuhan yang disembah orang lain. Dalam implementasinya kita menganggap orang lain menyembah Tuhan yang berbeda, menyembah Tuhan yang lain.
Dengan demikian, kita sebenarnya tidak sadar bahwa dengan menganggap orang lain menyembah Tuhan yang berbeda, itu berarti kita menganggap ada Tuhan lain. Berarti kita menganggap Tuhan itu lebih dari satu. Padahal, kita meyakini Tuhan itu satu.
Indragung Priyambodo Bumi Sentosa RT 008 RW 009, Nanggewer Mekar, Cibinong, Bogor
Anak dan Alam Bebas
Di kota-kota besar, pusat-pusat perbelanjaan megah menarik konsumen untuk berbelanja. Orangtua mengajak anak-anak wisata kota ke tempat itu dengan biaya murah. Cepat dan praktis. Zaman sudah berubah. Dahulu, di luar jam sekolah, anak-anak bebas bermain di halaman atau lapangan dekat rumah. Bebas bergerak. Anak-anak mudah bergaul dengan teman-temannya.
Kini, di tengah arus modernisasi, orangtua perlu bijak memperhatikan tumbuh kembang anak. Salah satu caranya, mengenalkan anak kepada alam bebas; mengunjungi taman kota, taman hutan rakyat, cagar alam, tempat wisata alam, suaka margasatwa, atau taman nasional.
Biarkan anak bergerak bebas dan meningkatkan aktivitas fisik serta menghirup udara segar. Biarkan anak mengenal alam bebas untuk melepaskan stres. Biarkan anak belajar mencintai alam dan lingkungan sejak dini.
Vita Priyambada Jl Bendungan Siguragura, Malang 65145
Banjir di Sekitar Ciliwung
Banyak keluhan bernada nyaris putus asa terkait masalah banjir yang belum tuntas ditangani. Kami warga sekitar Ciliwung masih saja pusing. Untuk itu, saya mengimbau kepada Pemprov DKI Jakarta untuk menindaklanjuti keluhan penduduk di sekitar Sungai Ciliwung ini.
Saya pribadi mengusulkan beberapa cara untuk menanggulangi banjir Sungai Ciliwung, mulai dari pembentukan petugas pengawas kebersihan, perbaikan infrastruktur, pengerukan sungai, hingga penyuluhan masyarakat. Petugas pengawas kebersihan bisa meniru petugas di negeri sakura, Jepang, yang tiap hari memunguti sampah.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI sebaiknya untuk kepentingan hajat orang banyak, seperti membuat kantong-kantong air raksasa. Dapat dibuat sekarang, mumpung curah hujan masih tinggi. Lokasi bisa di kawasan antara Bogor, Depok, Jakarta. Pengerukan tanah dasar sungai secara rutin sepanjang Sungai Ciliwung di Kampung Melayu Kecil dan Besar harus dilanjutkan. Perbaiki dan kelola pintu air Manggarai agar saat diperlukan bisa berfungsi optimal.
Terapkan moto ”Lebih baik mencegah kerusakan daripada memperbaiki”. Jadi, mencegah banjir dengan pengerukan rutin, konsisten dengan Undang-Undang Lingkungan dan peraturan tata ruang, adalah suatu keharusan. Awasi dan beri sanksi mereka yang membuang sampah sembarangan.
Pemprov DKI perlu memberikan penyuluhan rutin dan berkoordinasi dengan penduduk tentang solusi mengatasi dan mengantisipasi banjir.
Mudah-mudahan yang berwenang terketuk hatinya.
Abdul Munaf Mutalib Kp Melayu Kecil RT 013 RW 010, Bukit Duri, Jaksel