Kebangkitan kekuatan baru serta kemunculan Asia Pasifik sebagai pusat pertumbuhan dunia menempatkan Eropa dalam situasi yang tidak mudah.
Oleh
·2 menit baca
Kehadiran China sebagai kekuatan penting dan berpengaruh, tidak hanya di Asia Pasifik, tetapi juga di dunia, merupakan salah satu indikasi dari perubahan tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya penyesuaian prioritas dan strategi berdasarkan kepentingan negara masing-masing. Negara-negara di Eropa pun perlu merumuskan ulang strategi dan posisi mereka di dunia sekarang.
Upaya Eropa merumuskan kembali posisi dan peran mereka tampak, antara lain, dalam Konferensi Keamanan Muenchen, di Jerman, akhir pekan silam. Perhelatan ini dihadiri pejabat penting, seperti Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper.
Dalam pertemuan itu, Macron menyampaikan gagasan penting kiranya bagi Eropa untuk memperkuat pertahanan, tanpa harus mengandalkan AS. Hal ini diungkapkan Macron di tengah hubungan AS dan Eropa yang tidak seharmonis dulu.
Terkait dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Presiden AS Donald Trump pernah mendesak negara Eropa yang tergabung dengan blok pertahanan itu untuk menaikkan belanja pertahanannya. Trump merasa AS terlalu banyak berkorban bagi NATO, yang juga berfungsi untuk melindungi Eropa.
Kebijakan Trump yang menarik AS dari Kesepakatan Nuklir Iran 2015 serta dari kesepakatan iklim Paris dinilai telah mengacaukan prioritas yang disusun Eropa. Adapun kebijakan AS yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel telah melemahkan diplomasi Eropa.
Hubungan erat AS dan Eropa meningkat sejak perang Dunia II berakhir, dan berlanjut hingga Perang Dingin. Kedua pihak sama-sama merasa perlu membendung pengaruh Uni Soviet. Setelah Perang Dingin berakhir dan China muncul sebagai kekuatan baru, terjadi penyesuaian yang dilakukan AS.
Dalam Konferensi Keamanan Muenchen, Menhan AS Mark Esper menyatakan, keprihatinan AS terhadap ekspansi China di bidang militer dan perdagangan seharusnya juga menjadi keprihatinan negara-negara Eropa. Pernyataan ini memberikan petunjuk jelas tentang bagaimana AS menyikapi perkembangan terakhir dunia.
Tentu AS tidak akan pernah meninggalkan Eropa, tetapi tantangan yang berubah membuat strategi dan prioritasnya perlu dikalibrasi lagi. Sejumlah kebijakan yang telah diambil Trump beberapa waktu terakhir dapat memandu negara-negara Eropa dalam merumuskan posisi dan langkah mereka pada masa mendatang. Hengkangnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit juga menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan.
Bagaimanapun, masyarakat dunia berharap negara-negara Eropa mampu merumuskan posisi dan strategi yang tepat sehingga mereka tetap dapat memberikan kontribusi berarti bagi kemajuan serta perdamaian dunia.