Sesium dalam bentuk stabil terdapat pada batuan, tanah, dan debu dalam konsentrasi rendah. Mineral ini menjaga keseimbangan muatan listrik di bagian dalam dan luar sel tubuh. Sementara sesium 137 adalah zat radioaktif.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·3 menit baca
Berita tentang sesium-137 (Cs-137) yang mencemari lapangan di perumahan Batan Indah, Tangerang Selatan, Banten, mengagetkan masyarakat. Meski warga sekitar mengaku tidak terganggu dan tidak merasakan dampaknya, tak pelak hal itu menimbulkan sejumlah pertanyaan. Apakah sesium-137 berbahaya, apa akibatnya bagi kesehatan, serta berapa banyak zat itu dapat menyebabkan dampak buruk.
Laman Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat menyebutkan, sesium adalah unsur alami yang ditemukan di batuan, tanah, dan debu pada konsentrasi rendah dan dalam bentuk stabil. Granit mengandung konsentrasi sesium rata-rata sekitar 1 bagian per sejuta bagian granit (ppm) dan batuan sedimen mengandung sekitar 4 ppm.
Konsentrasi sesium alami di udara umumnya kurang dari 1 nanogram (1/1.000.000.000 gram) per meter kubik udara (ng/m3). Jumlah sesium dalam air minum biasanya sekitar 1 mikrogram (1/1.000.000 gram) per liter air (μg/l). Tumbuhan dan hewan mengandung sesium 1-300 ng/g. Rata-rata, seseorang menelan sekitar 10 μg sesium stabil per hari dari makanan dan air, serta dari bernapas sekitar 0,025 μg per hari.
Sesium stabil aman bagi tubuh. Mineral ini beredar ke seluruh tubuh lewat darah. Sesium menjaga keseimbangan muatan listrik antara bagian dalam dan luar sel sehingga sel dapat melakukan fungsinya. Misalnya, sel otot dan sel saraf membutuhkan perubahan muatan listrik agar berfungsi dengan baik dan memungkinkan Anda untuk berpikir dan bergerak.
Sesium dikeluarkan dari darah oleh ginjal, kemudian dibuang melalui urine dan tinja. Proses ini bisa berlangsung cepat. Ada pula yang perlu waktu berbilang minggu hingga bulan.
Zat radioaktif
Sementara sesium 137 (Cs 137) adalah zat radioaktif yang tidak stabil yang meluruh menjadi barium 137. Atom Cs 137 memancarkan radiasi dalam bentuk sinar gama energi sedang. Ada pula sejumlah kecil partikel beta berenergi tinggi yang mengganggu molekul dalam sel dan menyimpan energi dalam jaringan tubuh sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Sesium 137 digunakan antara lain dalam terapi radiasi untuk mengobati kanker, alat pendeteksi aliran cairan, iradiator makanan, serta alat pengukur ketebalan bahan, seperti kertas, film, atau lembaran logam.
Sesium yang digunakan saat ini diproduksi dari fisi nuklir plutonium dan uranium.
Sumber sesium di alam adalah mineral yang dikenal sebagai pollucite. Batuan ini mengandung 5-32 persen sesium oksida (Cs2O). Namun, sesium yang digunakan saat ini diproduksi dari fisi nuklir plutonium dan uranium. Cs 137 juga merupakan salah satu produk sampingan dari proses fisi nuklir pada reaktor nuklir dan pengujian senjata nuklir.
Dalam makalah Colin Wessells dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, disebutkan, waktu paruh Cs 137 adalah 30 tahun. Karena itu, benda dan daerah yang terkontaminasi Cs 137 berbahaya bagi manusia selama satu generasi atau lebih.
Menurut CDC, dampak paparan Cs 137 sama dengan paparan zat radioaktif lain tergantung pada dosis, durasi, dan cara kontaknya. Faktor lain yang berpengaruh adalah usia, jenis kelamin, riwayat kesehatan keluarga, gaya hidup, pola makan, dan kondisi kesehatan. Paparan radiasi dosis tinggi dalam waktu singkat menyebabkan sindrom radiasi akut (ARS) dalam bentuk mual, muntah, diare, rambut rontok, luka bakar, perdarahan, koma, bahkan kematian. Dosis yang dimaksud, lebih dari 0,7 Gray atau 70 rads (satuan zat yang terserap dalam jaringan tubuh).
Gambaran penderita ARS adalah orang-orang yang selamat dari bom atom Hiroshima dan Nagasaki, petugas pemadam kebakaran yang merespons ledakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl ataupun orang yang terkena radiasi dalam jumlah besar dari peralatan yang bocor.
Zat biru prusia (ferric ferrocyanide) dapat diberikan pada penderita untuk memblokir penyerapan radioisotop dari saluran cerna. Zat tersebut mampu mengikat sesium secara kimiawi dan mengurangi waktu paruh biologis jadi 30 hari.