Mencegah Kematian Bayi
Kematian bayi dan ibu hamil bukan semata-mata masalah kesehatan. Banyak faktor lain memengaruhi kematian bayi dan ibu, termasuk pendidikan dan pendapatan keluarga
Meski saya adalah guru Bahasa Inggris, saya rajin mengikuti berita kesehatan, termasuk informasi kesehatan dari Kementerian Kesehatan. Sebagai ibu dari dua anak yang masih kecil (usia 5 dan 3 tahun), saya juga mengikuti informasi mengenai kesehatan keluarga.
Informasi yang disediakan Kementerian Kesehatan dalam ruang Kesehatan Keluarga (Kesga) amat bermanfaat. Informasinya amat komprehensif, mulai dari pengasuhan bayi, anak, remaja, persiapan pernikahan, kehamilan, sampai melahirkan. Bahasanya juga mudah dicerna, mudah dimengerti.
Saya baru saja membaca data kematian bayi dan ibu di negeri ini tahun 2019. Ternyata masih tinggi, yaitu 305 per 100.000, sedangkan angka kematian bayi (neonatal) 15 per 1.000 kelahiran hidup. Masyarakat mungkin membayangkan yang biasanya meninggal adalah orang berusia lanjut. Ternyata bayi baru lahir dan anak berusia di bawah lima tahun juga berisiko lumayan tinggi menghadapi kematian di negeri kita.
Pemerintah telah membangun banyak puskesmas dan rumah sakit. Dokter dan tenaga kesehatan lain terus disebarkan ke seluruh Tanah Air. Peralatan kedokteran untuk diagnostik ataupun terapi diadakan. Obat-obat juga dilengkapi sesuai perkembangan. Bahkan, sejak lima tahun ini, kita menerapkan sistem asuransi kesehatan nasional yang memungkinkan peserta mendapatkan jaminan apabila berobat atau dirawat di rumah sakit.
Menurut perkiraan saya, jika layanan kesehatan dipermudah aksesnya, tenaga dan peralatan kesehatan mencukupi, serta pembiayaan kesehatan dijamin, mestinya angka kematian bayi dan ibu dapat diturunkan secara nyata. Memang angka-angka itu menurun, tetapi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain, tampaknya angka kematian bayi dan ibu kita masih tinggi.
Saya menyadari, upaya menurunkan angka kematian bayi dan ibu tidak hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Apa yang dapat dilakukan masyarakat agar angka kematian bayi dan ibu di Indonesia dapat diturunkan serendah-rendahnya? Mohon penjelasan Dokter. Terima kasih.
J di M
Angka kematian bayi dan ibu merupakan salah satu cerminan taraf kesehatan masyarakat. Pemerintah telah menaikkan anggaran kesehatan dan memprioritaskan kesehatan ibu dan anak. Baik upaya penyuluhan melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) maupun upaya pencegahan dan pemantauan di layanan kesehatan primer digalakkan. Jaminan pembiayaan kesehatan memungkinkan anggota masyarakat yang tak punya uang mendapat layanan kesehatan, termasuk kesehatan ibu hamil.
Kematian bayi dan ibu hamil bukan semata-mata masalah kesehatan. Banyak faktor lain memengaruhi kematian bayi dan ibu, termasuk pendidikan dan pendapatan keluarga. Gizi ibu yang kurang selama kehamilan dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan ibu atau kesanggupannya membeli bahan makanan yang dibutuhkan.
Ibu hamil yang kurang gizi akan melahirkan bayi yang bermasalah, baik berupa bayi berat badan lahir rendah, kelainan kongenital pada bayi, maupun terjadi keguguran. Pemberian imunisasi untuk bayi harus diperhatikan. Bayi dan anak harus mendapat imunisasi yang lengkap dan sesuai dengan waktunya.
Angka cakupan imunisasi kita memang tinggi pada suntikan pertama DPT, tetapi pada suntikan kedua dan ketiga mulai menurun sehingga secara nasional berisiko terjadi kejadian luar biasa. Kita pernah mengalami kejadian luar biasa difteri pada tahun 2017 yang menyebabkan anak-anak sakit, bahkan meninggal.
Ibu hamil telah diusahakan agar tak tertular penyakit menular, seperti hepatitis B, HIV, dan sifilis. Semua ibu hamil diperiksa untuk kemungkinan terkena ketiga penyakit tersebut. Jika positif, diobati agar bayinya tak tertular. ASI (air susu ibu) eksklusif amat penting. Setiap bayi hendaknya mendapatkan kesempatan memperoleh ASI eksklusif, yaitu hanya mengonsumsi air susu ibu selama enam bulan tanpa ada makanan tambahan lain.
Masyarakat perlu memahami manfaat ASI eksklusif yang dapat mencegah kurang gizi serta diare akibat makanan tambahan. Ibu juga harus memahami makanan tambahan di samping ASI. Dua tahun pertama umur anak merupakan masa penting dalam menjaga kesehatan anak sampai dewasa. Masa ini disebut juga sebagai seribu hari pertama kehidupan.
Kita semua perlu peduli pada seribu hari pertama kehidupan tersebut, dan memberikan perhatian dan dukungan agar ibu dan anak mendapatkan kesempatan untuk hidup sehat, serta bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan baik. Berbagai program telah diluncurkan pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi dan ibu hamil.
Layanan untuk pemeriksaan ibu hamil tersedia di mana-mana dan dapat diakses dengan cuma-cuma atau biaya yang amat minimal. Pemerintah juga menyediakan banyak layanan persalinan. Sebagian puskesmas ditingkatkan layanannya menjadi rumah sakit tipe D sehingga mampu melayani persalinan normal ataupun yang ada komplikasi. Kematian ibu di antaranya disebabkan darah tinggi, perdarahan, komplikasi pada persalinan, serta infeksi.
Adapun kematian bayi biasanya disebabkan oleh komplikasi pada persalinan, infeksi saluran napas, kurang gizi, dan kelainan kongenital. Kita sekarang masih kekurangan fasilitas perawatan bayi secara intensif, seperti neonatal intensive care unit (NICU), karena peralatan dan pemeliharaan ruangannya cukup mahal. Masyarakat harus beralih pada upaya pencegahan.
Ibu hamil perlu melakukan asuhan kehamilan yang teratur. Jangan baru datang ke layanan kesehatan ketika akan melahirkan. Tanpa pemeliharaan asuhan kehamilan, risiko terjadinya hipertensi yang tak terdeteksi, kencing manis, dan anemia meningkat. Suami dan anggota keluarga lain perlu memberikan dukungan kepada ibu hamil. Ibu hamil harus mendapatkan peluang untuk memenuhi gizinya.
Suami hendaknya menghentikan kebiasaan merokok untuk mencegah istri yang hamil terpapar asap rokok. Biaya untuk membeli rokok dapat dialihkan untuk memperbaiki gizi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Suami dan anggota keluarga juga harus siap mengantar ibu hamil jika sudah waktunya bersalin. Dalam era modern sekarang ini, masih ada ibu hamil yang melahirkan dalam perjalanan menuju layanan kesehatan.
Seperti yang dijelaskan dalam informasi kesehatan keluarga, pemerintah telah melakukan penyuluhan dan menyediakan layanan kesehatan yang semakin mudah dicapai, pembiayaan kesehatan juga sudah dijamin asuransi kesehatan nasional. Kewajiban anggota masyarakat adalah memanfaatkan berbagai informasi serta kemudahan layanan yang ada.
Ibu hamil jangan segan memeriksakan kehamilannya. Keluarga harus peduli kepada ibu hamil dan menjamin ibu hamil agar tetap sehat serta gizinya baik. Upaya pencegahan penyakit menular dengan pemeriksaan laboratorium perlu dimanfaatkan. Untuk mencegah kematian bayi, kita harus peduli pada kesehatan ibu hamil, bahkan seharusnya lebih dini lagi, yaitu pada kesehatan remaja putri yang dalam perjalanan hidupnya akan menjadi ibu hamil dan mengasuh anak.
Setiap anak Indonesia berhak sehat dan tumbuh kembang dengan baik. Kita harus menurunkan angka kematian bayi agar sampai pada tingkat yang amat rendah.