Presiden Amerika Serikat Donald Trump disambut meriah oleh Perdana Menteri Narendra Modi di tengah perbedaan kedua negara dalam bidang perdagangan.
Oleh
·2 menit baca
Kunjungan dua hari Trump di India diawali pada Senin lalu dengan kegiatan pengerahan massa di sebuah stadion di kota besar Ahmedabad, Negara Bagian Gujarat. Dalam acara yang dihadiri lebih dari 100.000 orang tersebut, baik Trump maupun Modi dielu-elukan warga. Situasi ini seolah ”memberi penegasan” pada hasil survei yang dilakukan Pew Research.
Seperti dikutip The Wall Street Journal, Trump lebih populer di India daripada di puluhan negara lain yang disurvei lembaga itu. Menurut Pew Research, porsi warga India yang tak menyetujui kebijakan luar negeri Trump hanya 15 persen, terendah dari 32 negara yang disurvei. Senada dengan itu, India juga memiliki tingkat kepuasan publik tertinggi kelima terhadap kebijakan luar negeri Trump, yakni 56 persen.
Meskipun demikian, selain menikmati kemeriahan sambutan yang disajikan Modi bersama warga India, ada juga hal penting yang dikerjakan Trump. Ia datang untuk membahas isu perdagangan yang sangat sensitif dengan India.
Sejak 2018 terjadi friksi di bidang perdagangan antara AS dan India. Lebih kurangnya, AS ingin India lebih membuka pasar domestiknya untuk AS, tetapi hal tersebut tidak terwujud. Pada 2019, AS memutuskan untuk mengakhiri status khusus India dalam hubungan dagang negara itu dengan AS. Hal ini diikuti langkah New Delhi menerapkan tarif 120 persen terhadap 28 produk AS.
Pembicaraan Trump dan Modi pada Selasa kemarin merupakan bagian dari rangkaian panjang negosiasi perdagangan kedua negara. Seusai pertemuan, tidak ada detail pembicaraan yang disampaikan Trump, selain optimismenya bahwa tim negosiasi AS pada waktunya bakal mampu mencapai hasil menggembirakan dalam pembicaraan dengan India. Modi dan Trump kini terutama berusaha mengurangi perbedaan di bidang perdagangan untuk isu produk pertanian, peralatan kesehatan, perdagangan digital, dan usulan tarif baru.
Selain di bidang perdagangan, kedua pemimpin itu juga membahas kesepakatan di bidang pertahanan. Hal ini menarik mengingat secara tradisional India merupakan pembeli persenjataan buatan Rusia. Trump menyatakan, India menandatangani kesepakatan untuk membeli peralatan militer canggih, termasuk helikopter buatan AS senilai 3 miliar dollar AS (sekitar Rp 42 triliun).
Kehadiran Trump dan sambutan hangat Modi perlu ditempatkan pula dalam konteks bahwa kedua negara sama-sama menaruh perhatian besar terhadap kebangkitan China. Kekuatan militer dan ekonomi China telah memberikan tantangan baru terhadap AS dan India, negara tetangga China. Di satu sisi, kebijakan Trump yang berupaya menekan defisit perdagangan dengan mitranya membuat Washington menjalani relasi tak mulus dengan India. Namun, di sisi lain, keduanya mempunyai kesamaan keprihatinan.