Pada era Presiden BJ Habibie pernah dicanangkan moto pembangunan berwawasan kesehatan. Sekarang terbukti bahwa pembangunan perlu mempertimbangkan dampak kesehatan.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Sebagai seorang mantan wartawan, saya merasa gelisah menyaksikan situasi masyarakat menghadapi kemungkinan menjalarnya Covid-19 di Indonesia. Saya masih ingat, pada era Presiden BJ Habibie pernah dicanangkan moto pembangunan berwawasan kesehatan. Sekarang terbukti bahwa pembangunan perlu mempertimbangkan dampak kesehatan.
Bahkan, ternyata dengan Covid-19, kita menyadari masalah kesehatan dapat menghambat pembangunan. Dunia sekarang sedang disibukkan dengan upaya memadamkan wabah Covid-19 yang menjalar ke luar China. Saya juga mencatat, kita berhasil memadamkan kejadian luar biasa flu burung dan juga berhasil mencegah kasus baru polio. Karena itu, saya berharap kita juga akan mampu menghadapi Covid-19 bersama-sama.
Untuk menghadapi Covid-19, kita harus meningkatkan kebersamaan, mengubah sikap merasa benar dan menyalahkan orang lain, serta memilih sikap menyelesaikan masalah secara bersama. Pemerintah juga harus lebih terbuka dalam program penanggulangan Covid-19 ini. Jika perlu, diadakan pertemuan nasional yang melibatkan tidak hanya unsur kesehatan, tetapi juga tokoh-tokoh masyarakat untuk mencegah masuknya Covid-19 di negeri kita.
Diambil pula langkah-langkah yang dapat dilakukan sekiranya Covid-19 menjalar di negeri kita. Masalah masker dapat menjadi contoh bagaimana masyarakat tidak memahami fungsi masker. Rasa kekhawatiran masyarakat diwujudkan dalam bentuk memborong masker. Bahkan, para pedagang ada yang sampai hati menaikkan harga masker.
Saya amat khawatir dengan situasi masyarakat kita yang terbagi dalam kelompok-kelompok yang belum bersedia berdialog dengan baik serta menyusun kekuatan bersama. Jika Covid-19 datang, kita bukannya melawan penyakit itu, melainkan saling menyalahkan. Bukan tak mungkin akan ada yang memborong kebutuhan pokok karena punya banyak uang.
Jika jalur logistik kita terhambat, tentu yang akan menjadi korban adalah masyarakat bawah yang tak punya kemampuan. Ini dapat menjadikan masyarakat putus asa dan kita tidak hanya menghadapi Covid-19, tetapi juga gejolak sosial. Apakah belum waktunya kita sekarang bersama mempunyai sikap baru sebagai suatu bangsa bersatu melindungi bangsa kita dari serangan Covid-19 yang amat mudah menular ini?
Kita dapat belajar dari China, percepatan penanganan kasus di Wuhan hanya dapat diwujudkan melalui pemerintah yang kuat, dipercaya masyarakat, mempunyai program yang jelas, dan melaksanakannya dengan tegas. Mohon pendapat Dokter.
M di J
Melihat bahaya Covid-19 dari aspek yang lebih luas, saya sebagai dokter mungkin membatasi diri dari aspek kesehatan. Saya menyadari benar bahwa upaya kesehatan tak mungkin berjalan sendiri, bahkan upaya kesehatan sering tak berhasil karena masalah di luar kewenangan kesehatan.
Nah, sebagai petugas kesehatan, kami sudah mendapat petunjuk dari Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pemerintah tentu sudah membentuk tim nasional untuk menanggulangi ancaman Covid-19. Tokoh-tokoh masyarakat memang perlu dilibatkan karena tenaga kesehatan saja tak cukup dan tak akan mampu menanggulangi Covid-19.
Dalam bidang kesehatan, kita telah mampu menunjukkan berbagai prestasi yang patut kita syukuri. Cacar (variola) telah lenyap di negeri kita sejak 1970. Polio, seperti Anda katakan, sudah tak ada kasus baru dalam delapan tahun ini, kecuali pernah ada kasus yang kemungkinan penularan dari Papua Niugini. Tetanus pada neonatal dan ibu juga sudah tak ditemukan lagi.
Ini menunjukkan bahwa jika kita sebagai suatu bangsa mau bersama menghadapi Covid-19, kita mampu menghadapinya. Kita belum tahu seberapa besar masalah yang akan timbul di negeri kita, tetapi kita harus siap menghadapinya. Berbagai perhimpunan profesi kesehatan telah mendalami apa yang terjadi di China dan di luar China.
Mereka bersiap sekiranya Covid-19 masuk dan menjalar di negeri kita, apa peran yang dapat mereka kerjakan. Rumah sakit mulai menata dan menghitung kapasitas tempat tidur, terutama tempat tidur untuk merawat jika ada kasus berat yang harus dirawat di ICU. Sekarang perawatan kasus terduga dilaksanakan di beberapa rumah sakit yang ditunjuk, tetapi negeri kita amat luas.
Covid-19 bisa saja mulai jauh dari Jakarta. Jadi, rumah sakit daerah juga harus siap. Ini berarti siap dari segi SDM, tempat tidur, peralatan kedokteran, dan obat. Masalah yang sering menjadi pertanyaan adalah dana. Harus jelas dana yang digunakan dari mana karena dana tersebut harus mudah dicairkan agar pasien yang sakit dapat ditolong cepat.
Bagaimana dengan BPJS, apakah akan menanggung kasus Covid-19? Keluarga yang anggotanya tertular harus memahami apa yang harus dilakukan.
Mereka mungkin akan menjalani pemeriksaan. Sebaliknya, mereka juga harus bersedia menerima pasien yang dinyatakan sudah aman untuk pulang ke rumah. Pengalaman penolakan kasus AIDS jangan sampai terulang.
Peran penyuluhan dan pencegahan harus diutamakan dan harus dilaksanakan mulai sekarang secara teratur dan berencana. Bagaimana kita dapat memberikan informasi yang benar di tengah lautan informasi di media sosial. Teman-teman yang bekerja di media dapat membantu menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat luas sehingga dapat dicegah kepanikan dan ketakutan.
Kita harus siap untuk menerima kenyataan jika Covid-19 menjalar di Indonesia. Kita tak perlu menyalahkan siapa pun karena negara yang hebat, seperti Amerika Serikat, sekalipun ternyata berhasil dimasuki Covid-19. Kita menghadapi kenyataan tersebut dengan kepala dingin dan melaksanakan apa yang seharusnya dilaksanakan.
Kita harus siap lebih banyak di dalam rumah. Jika bepergian, harus sering diperiksa suhunya dengan thermo scanner atau cara lain. Jika dicurigai, bersedia diperiksa laboratorium, jika perlu masuk karantina. Memang tidak nyaman, tetapi semua hal tersebut diperlukan untuk menghentikan penularan.
Belum lagi dampak ekonomi dari upaya pencegahan ini. Akan banyak kegiatan ekonomi yang terganggu. Pendapatan akan menurun, bahkan sebagian saudara kita yang menjadi buruh harian mungkin tak punya penghasilan sama sekali. Bagaimana kita dapat membantu mereka agar keluarga mereka tetap dapat hidup.
Banyak pertemuan penting yang mungkin akan tertunda. Begitu juga dengan rencana perjalanan ke luar atau dalam negeri. Semua pihak harus berkorban. Aturan dan larangan yang ada jangan dianggap untuk menyusahkan kita, tetapi demi mencegah penularan Covid-19. Marilah kita berusaha dan berdoa agar masyarakat kita terhindar dari penularan Covid-19.
Semoga kasus yang sudah ditemukan di Indonesia dapat dibatasi dan dipadamkan. Kita juga berdoa agar Covid-19 ini dapat menjadi faktor yang mempersatukan bangsa kita. Semoga.