Menimbang Bentuk ”Berhasil Di-” yang Tidak Gramatikal
Penggunaan bentuk berhasil di- merupakan “penyimpangan” terhadap gramatika bahasa Indonesia, tetapi dalam perkembangannya dapat digunakan.
Oleh
Nanik Dwiastuti/Nur Adji
·4 menit baca
Ragam bahasa jurnalistik mempunyai karakter tersendiri yang berbeda dengan ragam bahasa lain. Susunan kalimat yang murni gramatikal kadang tidak cocok digunakan dalam ragam bahasa ini. Dalam Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita, AM Dewabrata menyatakan kalimat jurnalistik perlu memperhitungkan kapan pedoman gramatikal dapat dipakai sepenuhnya dan kapan disimpangi. Namun, kejernihan pesan yang disampaikan tetap harus diperhatikan.
Lazim kita temukan dalam bahasa kita penggunaan bentuk berhasil di-. Tidak hanya dalam tulisan ber-ragam semiformal seperti ragam jurnalistik, bentuk demikian dapat juga kita jumpai dalam ragam formal, seperti dalam tulisan tesis, disertasi, bahkan pidato-pidato kenegaraan. Padahal, dalam ragam formal seharusnya digunakan bahasa baku, yang tecermin dari pemilihan kosakata dan tata bahasanya.
Perhatikan contoh berikut, yang diambil dari beberapa media massa.
Ratusan warga sipil berhasil dievakuasi oleh pasukan perdamaian dari Horms.
Jika Arsenal berhasil ditaklukkan Liverpool, Manchester City dan Chelsea berpeluang menggeser ”The Gunners”.
Api yang menghanguskan Blok III Pasar Senen, Jakarta, berhasil dipadamkan petugas pemadam kebakaran, Sabtu siang.
Kata berhasil yang mengandung pengertian aktif bersanding dengan kata berawalan di- (dievakuasi, ditaklukkan, dipadamkan) yang merupakan verba pasif, dan menduduki fungsi predikat. Bentuk demikian, seperti sering kita temukan dalam kelas-kelas bahasa, dianggap tidak gramatikal karena kalimat yang mengandung berhasil mestinya diikuti kata kerja aktif berimbuhan me-. Yang berhasil seharusnya subyek kalimat (pasukan perdamaian, Liverpool, petugas pemadam kebakaran), bukan obyek kalimat (warga sipil, Arsenal, api).
Dari beberapa contoh di atas, apakah kalimat dengan bentuk berhasil di- merupakan bentuk menyimpang dari susunan gramatika yang murni seperti diungkapkan Dewabrata? Tidak adakah peluang kalimat tersebut berterima mengingat kata berhasil dalam kalimat pasif juga mengindikasikan perluasan kelas kata dari verba (kata kerja) menjadi adverbia (kata keterangan)?
Fakta
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menggolongkan kata berhasil sebagai verba. Arti pertama adalah ’mendatangkan hasil’ (Usahanya berhasil baik tahun ini). Arti kedua adalah ’beroleh (mendapat) hasil, ada hasilnya’ (Segala usahanya berhasil. Saya mencoba mendamaikan mereka, tetapi tidak berhasil).
Mengacu pada contoh KBBI, berhasil merupakan verba intransitif, yang tidak memerlukan obyek. Karena itu, semestinya tidak ada kalimat pasif dengan predikat berhasil, seperti terlihat pada tiga contoh kalimat di atas. Ketiga kalimat tersebut seharusnya hadir dalam bentuk aktif.
Pasukan perdamaian berhasil mengevakuasi ratusan warga sipil dari Horms.
Jika Liverpool berhasilmenaklukkan Arsenal, Manchester City dan Chelsea berpeluang menggeser ”The Gunners”.
Petugas pemadam kebakaran berhasil memadamkan api yang menghanguskan Blok III Pasar Senen, Jakarta, Sabtu siang.
Dalam bahasa Inggris bentuk berhasil bisa kita bandingkan dengan succeed, yang juga merupakan kata kerja intransitif.
Our plan succeeded.
Scientists claim they have succeeded in finding a cure for cancer.
Very few people succeed in losing weight and keeping it off.
Dua contoh di atas menunjukkan kata succeed selalu diikuti dengan preposisi (kata depan) dan verba berakhiran -ing atau biasa disebut gerund. Verba -ing sendiri bukan sebagai verba, melainkan nomina.
Penggunaan berhasil dan succeed dalam kalimat aktif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris bisa dikatakan sama. Jadi, kalimat ”Pasukan perdamaian berhasil mengevakuasi ratusan warga sipil dari Horms” berarti ”Pasukan perdamaian berhasil dalam mengevakuasi ratusan warga sipil dari Horms”. Seharusnya ada preposisi dalam di antara kata berhasil dan mengevakuasi. Hanya saja, preposisi dalam umumnya dilesapkan, khususnya dalam ragam jurnalistik, demi ekonomi kata dan keluwesan. Demikian juga dua contoh kalimat lainnya.
Kata berhasil dalam contoh kalimat di atas tidak mengalami perubahan bentuk, baik dalam kalimat aktif maupun pasif. Yang berubah adalah mengevakuasi dalam kalimat aktif menjadi dievakuasi dalam kalimat pasif. Demikian juga menaklukkan dan memadamkan menjadi ditaklukkan dan dipadamkan.
Perubahan kategori
Dari pola itu terlihat bahwa berhasil menjadi kata yang menerangkan verba. Kata ini mengalami perubahan kelas kata dari verba transitif menjadi adverbia (kata yang menerangkan kata kerja, kata sifat, nomina predikatif, atau kalimat). Adverbia bisa muncul dalam kalimat aktif dan kalimat pasif. Adverbia lain yang bisa menggantikan berhasil dalam contoh di atas adalah bisa atau dapat.
Jika dibandingkan dengan bahasa Inggris, ada adverbia successfully yang juga berarti ’berhasil’. Successfully bisa digunakan dalam kalimat aktif dan kalimat pasif.
He successfully completed a master’s degree.
The team returned to the site on Thursday afternoon and it (the bomb) was successfully detonated.
Namun, dalam bahasa Indonesia, bentuk berhasil di- rentan memunculkan ketidakjernihan makna terkait siapa atau apa yang berhasil. Dalam contoh ”Ratusan warga sipil berhasil dievakuasi oleh pasukan perdamaian dari Horms”, muncul kesan bahwa yang berhasil adalah “ratusan warga sipil” (warga sipil berusaha agar dievakuasi). Padahal, yang melakukan pekerjaan dan berhasil adalah “pasukan perdamaian”, sedangkan warga sipil adalah pihak yang dikenai pekerjaan.
Kerancuan terjadi karena berhasil dan dievakuasi dilihat secara terpisah. Seharusnya, jika berhasil dilihat sebagai adverbia, frasa berhasil dievakuasi merupakan satu kesatuan. Kata berhasil menerangkan dievakuasi, bukan mengacu kepada “ratusan warga sipil”.
Dengan demikian, jika kita mengacu kepada KBBI, yang mengategorikan berhasil sebagai verba, kata berhasil hanya bisa digunakan dalam kalimat aktif. Karena itu, bentuk berhasil di- dalam kalimat pasif tidak berterima karena merupakan “penyimpangan” terhadap gramatika bahasa Indonesia.
Meskipun demikian, dalam perkembangannya, yang faktanya banyak sekali kita temukan dalam penggunaan bahasa, kata berhasil yang verba itu mengalami perluasan kategori menjadi adverbia. Pola perluasan kategori seperti ini sudah lazim dalam bahasa Indonesia, seperti nomina, misalnya, menjadi verba (Ia cangkul sawahnya agar bisa ditanami padi). Nomina cangkul menjadi verba setelah fungsinya menjadi predikat dalam kalimat tersebut.
Maka, sah-sah saja menggunakan berhasil sebagai adverbia dalam kalimat aktif dan kalimat pasif karena kata berhasil berfungsi menerangkan kata kerja yang mengikutinya. Namun, kata berhasil dalam kasus ini harus dilihat sebagai satu kesatuan dengan verba yang diterangkan. Jika tidak, bentuk berhasil di- dalam kalimat pasif bisa menimbulkan ketidakjernihan makna atau kerancuan.
Bagaimanapun, bahasa terus berkembang dan kita tidak dapat menafikan perkembangan tersebut.
(Nanik Dwiastuti/Nur Adji, Penyelaras Bahasa Kompas)