Hampir 1 juta orang mengungsi ke perbatasan Turki-Suriah akibat pertempuran hebat di Idlib, Suriah. Mereka terusir dari kampung halamannya.
Pertempuran hebat di Idlib berlangsung antara pasukan Pemerintah Suriah yang didukung militer Rusia melawan milisi pemberontak yang didukung Turki. Pemerintah Suriah menyerang wilayah itu karena ingin menghancurkan basis terakhir kelompok pemberontak. Puluhan anggota militer Turki pun meninggal akibat gempuran tentara Suriah. Situasi ini membuat relasi Turki-Rusia memanas.
Adapun Turki mendukung milisi pemberontak karena berkepentingan untuk menancapkan pengaruh di perbatasan Suriah utara. Turki tidak ingin wilayahnya diganggu milisi asing yang datang dari negara tetangganya.
Di tengah tekanan akibat gempuran militer tersebut, Pemerintah Turki menghadapi pula tekanan pengungsi. Hampir 1 juta warga Suriah meninggalkan Suriah dan berupaya mengungsi ke Turki. Padahal, saat ini pun Turki sudah menampung 3,7 juta pengungsi asal Suriah.
Di tengah kenyataan bahwa Turki memerlukan bantuan guna mengurangi gempuran militer terhadap pemberontak yang didukungnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan tidak lagi mencegah pengungsi pergi ke wilayah Uni Eropa. Sejak itulah, pengungsi mulai memasuki Yunani.
Tidak dapat dihindari, ketegangan terjadi karena aparat Yunani berupaya keras menghalangi pengungsi memasuki negara tersebut. Seperti diberitakan harian ini pada Jumat kemarin, sejak Turki membuka perbatasan, Yunani sudah mencegah 34.778 pengungsi yang berusaha masuk ke negara itu secara ilegal. Adapun ratusan pengungsi yang sudah berhasil masuk ke Yunani akan dideportasi. Tercatat ribuan pengungsi berada di Yunani sejak Turki memperbolehkan pengungsi Suriah masuk ke wilayah Uni Eropa.
Krisis kemanusiaan tampaknya sulit dihindari. Ribuan orang, termasuk anak-anak, tanpa makanan dan sandang, berupaya melintasi perbatasan Turki-Yunani. Udara dingin menghampiri mereka tanpa ampun pada malam hari di pinggir jalan. Kelaparan, sakit, dan putus asa dialami pengungsi.
Gencatan senjata memang akhirnya disepakati oleh Turki dan Rusia. Keduanya sepakat pula untuk menggelar patroli bersama dan membentuk zona penyangga guna mengurangi potensi konflik senjata antara tentara Suriah dan pemberontak. Kesepakatan serupa pernah dibuat di antara mereka beberapa tahun lalu.
Dengan kata lain, gencatan senjata terakhir Rusia-Turki sesungguhnya cukup rapuh. Ada kemungkinan besar pertempuran meletus lagi antara pasukan Suriah yang didukung Rusia melawan pemberontak yang dibantu Turki. Jika konflik bersenjata pecah lagi, warga sipil paling dirugikan. Mereka akan berusaha mencari tempat aman. Problem pengungsi Suriah pun tidak pernah teratasi. Hanya perdamaian sejati di Suriah yang bisa mengakhiri krisis kemanusiaan pengungsi.