Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman terus mengonsolidasi kekuatan untuk memuluskan jalan menggantikan Raja Salman bin Abdulaziz. Atas perintah Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), keluarga kerajaan, yaitu Pangeran Ahmed bin Abdulaziz, Mohammed bin Nayef, dan Nawaf bin Nayef, ditangkap otoritas Arab Saudi, Jumat (6/3/2020).
Pangeran Ahmed bin Abdulaziz adalah adik termuda Raja Salman. Mohammed dan Nawaf bin Nayef adalah keponakan Raja Salman (84). MBS terus mengonsolidasikan kekuasaan sejak ditunjuk menjadi Putra Mahkota menggantikan sepupunya, Mohammed bin Nayef, Juni 2017. Pada 2017, atas nama raja, Pangeran MBS (35), yang ditunjuk menjadi Ketua Komisi Antikorupsi baru, menangkap 11 pangeran serta 30 menteri dan mantan menteri Arab Saudi.
Dari tangan MBS, Arab Saudi bergerak melakukan reformasi sosial, termasuk di bidang agama, menjadi lebih moderat, tidak seketat ajaran Wahabi yang selama ini menjadi pegangan kerajaan. Perempuan diizinkan mengemudikan kendaraan dan menonton pertunjukan di stadion, yang selama ini dilarang. Namun, dia dikritik karena tindakan kerasnya terhadap warga Arab Saudi yang mengkritiknya.
Penangkapan tiga anggota keluarga kerajaan itu mencerminkan jalan MBS menuju puncak kekuasaan belum bisa dibilang mulus. Pangeran Ahmed sejak awal tidak setuju penunjukan MBS. Sejak akhir 2018, dia memutuskan akan tinggal di pengasingan menyusul unjuk rasa di luar kediamannya di London yang mengkritik Raja Salman.
Kepada para pengunjuk rasa yang kebanyakan berasal dari Bahrain dan Yaman itu, Pangeran Ahmed mengatakan, ”Raja dan Putra Mahkota yang harus disalahkan atas kesengsaraan di kawasan itu (Yaman).” Penahanan anggota keluarga kerajaan menimbulkan pertanyaan, apakah Putra Mahkota takut melawan keluarga kerajaan sehingga harus memotong sedikit demi sedikit anggota keluarga yang berpengaruh.
Atau, MBS berusaha menutup celah bagi lawan potensial saat bersiap mengambil kekuasaan penuh dari raja yang sudah tua. ”Sepertinya MBS ingin menyingkirkan semua saingan, termasuk dengan menangkap dua anggota senior keluarga kerajaan ini. Masalahnya, setelah pembunuhan terhadap Jamal Khashoggi, kepercayaan terhadapnya cukup rendah,” kata Michael Stephens, pengamat dari Royal United Services Institute.
Para pengamat menyatakan, keluarga besar Al-Saud tidak mungkin menentang MBS saat Raja Salman masih hidup dan Raja pun tidak mungkin berbalik menentang keputusan putra kesayangannya itu. Kalau benar ada kekhawatiran MBS akan gerakan kudeta, hal itu sulit diterima karena hampir seluruh keluarga kerajaan kini hidup sangat terkekang. Kematian Khashoggi menjadi pelajaran berarti bagi siapa pun warga Arab Saudi, termasuk keluarga kerajaan, untuk tidak bergerak menentang MBS.