Pernahkah Anda merasa rumah Anda sangat berantakan hingga tidak nyaman ditinggali? Lalu, Anda mulai berbenah, dan ternyata aktivitas itu amat melelahkan dan memerlukan waktu sangat lama.
Oleh
KRISTI POERWANDARI
·4 menit baca
Pernahkah Anda merasa rumah Anda sangat berantakan hingga tidak nyaman ditinggali? Lalu, Anda mulai berbenah, dan ternyata aktivitas itu amat melelahkan dan memerlukan waktu sangat lama. Lalu, Anda frustrasi, kelelahan, atau sudah harus mengerjakan tugas lain, dan meninggalkan kegiatan berbenah sebelum semuanya selesai. Alhasil rumah menjadi lebih berantakan lagi dari sebelumnya....
Saya sering mengalaminya. Setelah banjir 1 Januari 2020, dan air masuk rumah lagi menjelang akhir Februari 2020, saya bertekad untuk sungguh-sungguh berbenah agar rumah nyaman ditinggali dan lantai atas tidak sekadar menjadi tempat menyimpan buku ataupun gudang, tetapi menjadi area yang bersih, nyaman, dan enak dipandang untuk tidur dan beraktivitas.
Saya sudah menyingkirkan banyak sekali barang, dan itu sudah membuat rumah dan batin saya lebih lega. Akan tetapi, kondisi berantakan masih di sana-sini. Di tengah aktivitas berbenah saya menemukan buku yang ditulis Marie Kondo (2016) berjudul Spark Joy, An Illustrated Master Class on The Art of Organizing and Tidying Up.
Buku ini sangat sederhana sekaligus menarik. Hal yang tidak terpikirkan sebelumnya adalah bahwa aktivitas berbenah juga akan memengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis, bahkan arah hidup kita.
Prinsip berbenah
Kondo menjelaskan aturan dasar dalam berbenah, yakni dari awal sudah harus berkomitmen untuk melakukannya. Kemudian, daripada langsung berbenah, sebaiknya kita membayangkan dulu gaya hidup dan tempat tinggal yang kita anggap ideal. Hal sangat penting: selesaikanlah dulu kegiatan menyingkir-nyingkirkan barang.
Ini karena kita baru dapat merencanakan akan menaruh barang di mana ketika sudah memutuskan apa yang akan dipertahankan dan apa yang disingkirkan. Umumnya kita berbenah ruang demi ruang. Itu tidak efisien karena sering akhirnya kita hanya memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Kata Kondo, sebaiknya kita berbenah berbasis kategori.
Urutannya adalah dari pakaian, buku, kertas, berbagai macam barang lain, terakhir adalah barang-barang yang punya muatan sentimental. Kita dapat mengeluarkan pakaian dari berbagai tempat menyimpan sebelumnya, mengggelarnya dan mulai menyortir.
Bagaimana menyortirnya? Kata Kondo: ”Ask yourself if it sparks joy.” Tidak sekadar melihat pakaian itu, tetapi menyentuhnya; kalau perlu, memeluk dan menciumnya, atau mencobanya kembali. Apakah menghadirkan rasa nyaman di tubuh dan kegembiraan, atau menghadirkan rasa berat dan tidak nyaman?
Apabila akan pindah rumah, kapan menyortir barang? Sebaiknya sebelum pindah agar yang kita bawa hanya sungguh yang membuat kita nyaman dan ringan melangkah. Jadi, jikapun rumah sekarang adalah sementara (misalnya masih mengontrak), membereskan tempat tinggal yang sekarang dengan baik akan membantu kita menemukan rumah tinggal permanen yang nyaman.
Kondo mengingatkan, ”beres-beres” itu berbeda dengan ”bersih-bersih”. Rumah akan berantakan ketika kita tidak mengatur perilaku diri sendiri membeli, menumpuk, atau menaruh sembarangan. Sementara itu, bersih-bersih terkait bagaimana kita membuang debu dan kotoran, yang harus dilakukan berkala. Kita sulit membersihkan rumah secara maksimal jika tak lebih dulu mengelola perilaku terkait barang.
Kebahagiaan dan keterarahan
Mungkin ada yang sangat sulit untuk kita singkirkan meskipun barang itu tidak menghadirkan kegembiraan khusus. Ada pula barang yang dekat di hati karena pengalaman yang menyertai barang itu (misal peninggalan orangtua atau barang yang menemani dalam perjuangan kita berkarier). Jika demikian, kita harus memastikan semua barang yang kita pertahankan kita rawat dengan baik.
Menarik bagaimana Kondo menjelaskan dengan contoh-contoh nyata. Bahwa kegiatan membereskan rumah itu tujuannya tidak sekadar menyingkirkan barang, tetapi juga memastikan bahwa kita akan dikelilingi hanya oleh barang-barang yang kita sukai dan membuat kita nyaman. Beres-beres rumah membantu kita lebih mengenali diri sendiri, sekaligus menghadirkan kebahagiaan dan arah hidup yang lebih jelas.
Ia bercerita mengenai kliennya yang sedang ragu apakah harus mempertahankan hubungan yang sudah berlangsung beberapa tahun dengan pacarnya karena sepertinya arah hidup tidak sejalan. Dalam proses berbenah, mereka mulai saling berkomunikasi tentang barang yang disukai dan tidak disukai, barang kenangan yang mengandung afeksi mendalam, hingga akhirnya merasa sesungguhnya arah hidup mereka sama. Akhirnya setelah berbenah selesai, mereka menikah.
Demikian pula ada yang merasa sangat kewalahan dengan hidup dan aktivitas kerjanya sehingga tidak mampu mengurus rumah dengan baik dan sedang berencana apakah sebaiknya mencari pekerjaan lain saja. Berbenah rumah memungkinkannya merenung dan memperoleh pemahaman mengenai bidang yang cocok untuk ditekuni, apakah akan bertahan atau mencari aktivitas baru.
Sebenarnya berbenah juga menghadirkan kreativitas baru. Yang sebelumnya gudang dapat disulap menjadi ruang yang nyaman untuk istirahat. Pernak-pernik yang sayang untuk disingkirkan dapat menjadi dekorasi yang memperindah ruangan. Jangan lupa, kesediaan untuk menyumbangkan barang-barang yang masih baik tetapi tidak kita perlukan lagi juga menguatkan perilaku berbagi dan solidaritas dengan sesama.
Pesan Kondo: Sesuai filosofi Jepang, perlakukan barang dengan baik, dan ucapkanlah penghargaan dan ”terima kasih” pada semua barang, termasuk barang yang akan kita singkirkan. Apabila dalam keluarga ada anggota yang sangat sulit diajak berbenah dan bersih-bersih, stay calm, tetap tenang, tidak perlu memaksa, dan tetaplah berbenah. Benahilah ruang bersama, dan bukan ruang pribadinya. Semoga akhirnya ia terbawa untuk bersih-bersih karena berbenah itu menular. Selamat berbenah.