Rehat sejenak dari perjuangan kita menangani virus korona jenis baru. Kita ingin bersyukur melihat wajah berseri-seri tiga pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh.
Oleh
·2 menit baca
Kita berbesar hati mendengar kesan yang disampaikan oleh pasien yang telah sembuh agar masyarakat tak perlu panik menghadapi coronavirus disease2019 atau Covid-19 karena penyakit itu dapat diatasi dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan pola hidup sehat. Pasien yang diberi simbol Kasus 1, 2, dan 3 dinyatakan positif terjangkit Covid-19 pada awal bulan ini. Hal ini berarti ketiganya telah menjalani perawatan selama dua minggu lebih di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta.
Kita bisa melihat mereka sembuh dan meninggalkan rumah sakit dengan wajah bahagia. Ini membuktikan bahwa mereka telah mendapatkan perawatan yang baik di rumah sakit. Untuk itu pula, kita sampaikan penghargaan tinggi kepada RSPI Sulianti Saroso, para dokter, perawat, dan semua pihak yang turut serta membaktikan diri untuk tugas kemanusiaan yang penuh risiko, tetapi mulia ini.
Namun, kita tidak menafikan fakta bahwa penyakit yang sudah menyebar di lebih dari 140 negara, menjangkiti lebih dari 160.000 orang, dan membuat lebih dari 6.400 orang meninggal, dan dinyatakan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini masih menjadi tantangan besar kemanusiaan. Negara yang menjadi episentrum wabah, China, sudah berhasil menanggulangi wabah, dan kita sebaliknya justru mendengar banyak negara lain yang mengumumkan darurat nasional Covid-19, dan sebagian menyatakan mengarantina diri, atau menerapkan kebijakan lockdown (penutupan), seperti Italia.
Kita paham, penerapan kebijakan penutupan memunculkan konsekuensi ekonomi amat besar karena karantina wilayah semacam ini memacetkan pergerakan manusia, dan seiring dengan itu memacetkan perekonomian. Pasokan dan pengiriman terganggu, transaksi terganggu, dan masih banyak dampak rentetan lainnya.
Boleh jadi menimbang konsekuensi yang berat itu pula, hingga awal pekan ini Pemerintah Indonesia sebagaimana dinyatakan Presiden Joko Widodo belum memikirkannya. Sebaliknya, kita bisa membayangkan, sudah begitu daruratnya situasi yang dihadapi oleh negara seperti Italia yang memutuskan penutupan.
Di Indonesia, sejak awal pekan ini, yang kita tegakkan adalah kebijakan social distancing (pembatasan sosial), yang diwujudkan antara lain dengan menjauhi kerumunan, bekerja dari rumah, dan menjaga jarak dengan orang lain. Sebagian punya kesan, kebijakan pemerintah masih bersifat lunak, sedangkan bahaya yang mengintai sangat besar. Di sinilah kita ingin menggarisbawahi pesan Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo agar semua pihak bersatu mengatasi pandemi ini.
Kajian ilmiah menunjukkan, pembatasan sosial efektif berkontribusi terhadap peredaman penularan penyakit. Jika ini efektif, berarti beban rumah sakit dan lembaga pengujian sampel bisa dikurangi. Kita lega karena sejumlah pasien sembuh, tetapi perjuangan masih terjal dan panjang.