”Sebanyak 69 persen generasi milenial Indonesia tidak memiliki strategi investasi.” Temuan survei yang dilakukan oleh David Low, seorang General Manager Asia Tenggara perusahaan Bitcoin Luno, bekerja sama dengan Dalia Research, pada pertengahan tahun 2019 meski samar- samar sudah diketahui tetap saja mengejutkan. Bagaimana mungkin seseorang menanamkan dananya pada instrumen investasi, tetapi tidak memiliki cara jitu dalam mencapai keuntungan?
Keterkejutan juga makin bertambah setelah membaca lebih dalam hasil survei yang bertajuk The Future of Money itu. Bagaimana tidak. Dari jumlah 69 persen tersebut, 44 persen di antaranya hanya berinvestasi satu kali dalam satu atau dua tahun. Bahkan, 20 persen di antaranya tidak berinvestasi sama sekali.
Memiliki rencana keuangan untuk masa yang akan datang memang terdengar tidak gampang. Godaan demi godaan datang silih berganti, mulai dari terpaan flash sale, diskon, hingga cuci gudang. Segera setelah dipengaruhi oleh iklan tersebut, penyesalan menghampiri. Generasi milenial dianggap sebagai generasi yang masih sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Padahal, jika mereka sadar perbedaan keduanya, penghasilan yang dimiliki pasti lebih mudah dikelola dan direncanakan.
Indonesia akan mengalami bonus demografi pada tahun 2020-2030, yakni akan terdapat 70 persen usia produktif angkatan kerja (15-64 tahun). Itu artinya, generasi milenial akan terlibat dalam proses memajukan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, penting bagi generasi ini untuk mulai sadar mengenai manfaat dari berinvestasi dan memiliki strategi.
Memang, memantapkan diri untuk mulai berinvestasi tidak mudah. Apalagi jika kita sering dibuat bingung oleh banyaknya jenis investasi saat ini. Namun, bagi milenial yang ingin mulai mencoba untuk berinvestasi, ada baiknya diawali dengan mengidentifikasi profil risiko yang cocok dengan diri sendiri terlebih dahulu. Jika sudah, cobalah untuk mempelajari tipe atau instrumen investasi apa yang tepat.
Oleh karena milenial adalah generasi yang diasosiasikan ingin mendapatkan sesuatu dengan instan, disarankan untuk tidak mencoba berinvestasi pada instrumen yang memaksa upaya keluar secara berlebih. Sebab, investasi tidak hanya berbicara tentang bagaimana mendapat return sebesar mungkin, tapi juga berbicara mengenai risiko yang ditimbulkan. Jangan sampai karena salah memilih alat investasi, dana yang ada hilang begitu saja. Berikut investasi untuk milenial yang harus dihindari:
Tanah
Seiring dengan berjalannya waktu, investasi imbal hasil dari investasi tanah semakin menggiurkan. Return besar dari hasil jual tanah terkadang tak normal angkanya jika dibandingkan dengan modal awal. Namun, di balik kelebihan itu, milenial kurang pas berinvestasi di sini karena tingkat spekulasinya tinggi. Selain itu, tanah adalah investasi yang tidak likuid. Butuh waktu lama untuk menjualnya.
Properti
Akhir-akhir ini, popularitas investasi properti semakin melonjak tinggi. Sama halnya investasi tanah, properti juga mampu mendatangkan imbal hasil yang bagus. Namun, tentu saja, Anda pun harus siap merogoh kocek lebih dalam untuk memperoleh satu properti yang ingin diinvestasikan.
Beban perawatan pada alat investasi ini juga tidak boleh dipandang sebelah mata. Bagi Anda yang ingin pemasukan sewa atau harga jual yang tinggi, properti Anda harus dalam kondisi yang baik. Sebagai pemilik, Anda harus mengeluarkan biaya perawatan untuk menjaga kualitas properti Anda. Belum lagi Anda harus memperhatikan biaya penyusutan bangunan. Selain itu, investasi properti juga memiliki risiko yang cukup tinggi. Saat terjadi bencana alam, misalnya, properti bisa saja rusak.
Forex
Benar adanya bahwa forex merupakan salah satu alat investasi yang dapat menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi. Apalagi forex tidak hanya dapat diinvestasikan secara tradisional saja, tetapi juga telah merambah ke cara yang lebih modern, yaitu dengan online trading forex.
Di balik fleksibilitasnya, trading forex ternyata memiliki risiko yang tinggi dibandingkan dengan alat investasi lainnya. Bagi milenial yang baru ingin mencoba untuk berinvestasi, forex bukan pilihan yang tepat. Sebab, pergerakan naik turun mata uang bisa terjadi dengan cepat. Dalam satu hari saja, harga mata uang mampu melonjak tinggi sekaligus mampu merosot sangat tajam. Diperlukan intuisi tinggi untuk berinvestasi forex.
Tiga instrumen investasi di atas adalah contoh investasi yang memang dapat mendatangkan keuntungan yang sangat besar. Namun ingat, di balik keuntungan yang besar, ada risiko yang juga besar. Kenali risiko investasi dan sesuaikan dengan profilmu.