Sedikitnya 500 juta orang di seluruh dunia kini tinggal di rumah dan melakukan pembatasan sosial dalam rangka menekan penularan Covid-19.
Oleh
·2 menit baca
Akibat pandemi Covid-19, semakin banyak orang di seluruh dunia yang bekerja dari rumah. Hal itu dilakukan untuk menekan penularan Covid-19.
Semua kalangan setuju bahwa cara paling efektif untuk mengakhiri pandemi Covid-19 ialah melakukan pembatasan sosial (social distancing) semaksimal mungkin. Orang tidak berkerumun, tidak melakukan perjalanan, dan bekerja sebisa mungkin dari rumah. Langkah ini berfungsi memotong mata rantai penularan.
Sejumlah negara bahkan tak cukup mengimbau, tetapi juga menerapkan langkah ”represif” untuk mencegah warga meninggalkan kediaman. Tentara dan polisi berjaga-jaga di kota yang dinyatakan ditutup. Warga yang hendak pergi diminta mengisi formulir yang menjelaskan alasan serta tujuan kepergian. Bukan tak mungkin, petugas menolak alasan itu dan menyuruh warga untuk pulang ke rumah.
Seperti ditulis harian ini pada Sabtu silam, sedikitnya 500 juta orang di seluruh dunia kini tinggal di rumah dan melakukan pembatasan sosial atas permintaan pemerintah. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penularan virus korona baru yang merupakan penyebab Covid-19. Masalahnya, tak semua orang bisa bekerja di rumah karena tuntutan pekerjaan yang berbeda-beda.
Sedikitnya 500 juta orang di seluruh dunia kini tinggal di rumah dan melakukan pembatasan sosial atas permintaan pemerintah.
Problem pendapatan yang terganggu akibat pembatasan sosial coba diatasi sejumlah negara dengan mengalokasikan dana yang khusus diperuntukkan bagi mereka yang terdampak secara ekonomi. Tentu tidak 100 persen menggantikan pendapatan yang hilang, tetapi setidaknya meringankan beban kelompok masyarakat terbawah yang terpukul akibat pembatasan sosial.
Kelompok warga yang lain, meski mungkin pendapatan mereka tidak terganggu dengan pembatasan sosial, tetap menghadapi masalah. Mereka terancam gangguan kejiwaan ringan, seperti stres yang dimulai dengan rasa bosan atau jenuh.
Seorang warga Italia mengaku merasa seperti menjalani tahanan rumah selama pembatasan sosial ketat diterapkan di negara tersebut. Sebelum ada pembatasan sosial, ia hampir setiap hari pergi ke kantor dan bebas bertemu banyak orang. Kegiatan hariannya seperti berolahraga sebelum pergi ke kantor dan berkumpul bersama rekan-rekan di pub untuk sementara tak dapat dilakukan.
Ahli psikologi mengakui bahwa pada prinsipnya memang tidak mudah bagi seseorang untuk menjalani pembatasan sosial, mengingat manusia adalah makhluk sosial.
Namun, dalam situasi sekarang, tak ada pilihan selain mengurangi aktivitas sosial sedrastis mungkin. Hanya dengan cara ini, penularan dapat ditekan, lonjakan kasus dicegah, beban rumah sakit berkurang, dan pandemi diakhiri.
Bekerja dari rumah, tidak berkumpul, atau menghindari perjalanan harus dilakukan. Tanamkan baik-baik dalam kesadaran kita bersama bahwa kemenangan umat manusia atas Covid-19 ditentukan oleh setiap orang, termasuk diri kita.