Pandemi Covid-19 telah mengubah sementara kebiasaan kita, tetapi di sisi lain membuka peluang baru dalam pembelajaran jarak jauh. Anak-anak saya mengerjakan tugas selama tinggal di rumah, bagian dari upaya menjaga jarak untuk memutus rantai penularan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahkan ada wacana untuk bekerja sama dengan Netflix. Idenya adalah kolaborasi antara guru dan bimbingan belajar daring (online), siswa, dan orangtua siswa. Untuk proyek percontohan, sekolah dapat membuat nota kesepahaman (MOU) dengan bimbingan belajar daring, sekaligus bertanggung jawab membuat konten seluruh materi belajar siswa berbentuk video dokumenter yang menarik.
Orangtua siswa menyediakan prasarana di rumah: Wi-Fi, TV Android/gawai, dan mengunduh aplikasi bimbingan belajar daring (sebagai contoh: Ruang Guru) sesuai MOU dengan sekolah, dan membayar biaya berlangganan. Guru berfungsi memandu via aplikasi (misal via WA) soal materi ajar yang harus diikuti siswa sesuai jadwal.
Siswa cukup belajar secara daring di rumah dari Senin sampai Rabu. Kamis-Jumat ke sekolah untuk kegiatan ekskul, keagamaan, atau sosial. Materi pelajaran sudah mengandung tugas yang harus dikerjakan siswa dan dikirim kembali ke guru via aplikasi pada jam tertentu.
Keunggulan metode ini adalah efisiensi luar biasa dalam hal waktu, tenaga, dan biaya bagi seluruh pemangku kepentingan. Biaya transportasi siswa dan guru, energi siswa dan guru untuk belajar-mengajar di sekolah, dan lain lain. Menurut hemat saya, hanya dengan metode ini bimbingan belajar daring bisa berfungsi optimal.
Jika tidak, siswa akan terlalu lelah membuka aplikasi bimbingan belajar pada sore hari setelah mereka pulang sekolah. Apalagi ada persaingan luar biasa dengan godaan hiburan di internet: media sosial, gim, Youtube, dan sebagainya. Bimbingan belajar daring tidak akan punya peluang apabila metode belum diubah.
Setelah beberapa hari belajar daring di rumah dengan panduan guru via aplikasi, saya melihat anak-anak saya lebih segar dan ceria, tidak kelelahan seperti biasanya. Saya berharap sistem belajar daring bisa dipertimbangkan para pemegang kebijakan ke depan.
Franciscus Suropati, ST MT
Perum Kayu Manis Residence, Bandar Lampung
Krisis Air Bersih
Jayapura terancam kelangkaan air bersih. Pulau Batam krisis air. Entah daerah mana lagi menyusul mengalami nasib yang sama. Menjelang musim kemarau, diperkirakan Mei hingga Oktober 2020, kerusakan lingkungan akibat ulah manusia makin nyata. Sementara Kesadaran menjaga hutan lindung cagar alam Cycloop di Jayapura belum tampak.
Kawasan hutan lindung bahkan cagar alam adalah kawasan yang sangat efektif menyimpan air. Hutan dengan pohon berdaun jarum mampu membuat 60 persen air hujan terserap tanah, hutan dengan pohon berdaun lebar menyerap 80 persen hujan.
Makin rapat pohon dan makin berlapis strata tajuknya, makin banyak pula air hujan yang terserap ke dalam tanah. Bisa dibayangkan jika kawasan hutan lindung atau cagar alam seperti Cycloop di Jayapura dibuka untuk perkebunan. Fungsi resapan untuk air hujan tinggal 20 persen. Akibatnya, mata air yang menjadi sumber air bersih akan menurun tajam debitnya.
Oleh karena itu, hutan lindung dan cagar alam wajib dijaga dan dipertahankan tutupan hutannya. Tidak boleh ada aktivitas manusia berkebun atau berladang di situ. Jika melanggar, penegakan hukum konsekuensinya.
Jika kawasan hutan lindung rusak, tidak boleh sembarangan ditanami karena bisa mengubah kekhasan dan keasliannya. Yang boleh hanya suksesi alami dan itu memakan waktu sangat lama. Oleh karena itu, pencegahan harus menjadi prioritas.
PRAMONO DWI SUSETYO
Pensiunan KLHK, Vila
Bogor Indah, Ciparigi, Bogor