Dalam keadaan kita masih menghadapi wabah korona, kita diminta untuk tinggal di rumah. Saya pegawai negeri dan memiliki tiga anak. Di rumah saya ada istri, anak pertama 15 tahun, kedua 12 tahun, dan yang bungsu 9 tahun.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Dalam keadaan kita masih menghadapi wabah korona, kita diminta untuk tinggal di rumah. Saya pegawai negeri dan memiliki tiga anak. Di rumah saya ada istri, anak pertama 15 tahun, kedua 12 tahun, dan yang bungsu 9 tahun. Kami mempunyai seorang asisten rumah tangga perempuan yang berumur 50 tahun.
Dari kantor, saya mendapat bantuan tenaga sopir yang datang pagi dan pulang sore hari. Rumah saya sederhana, luas 108 meter persegi dengan bangunan 120 meter persegi karena bertingkat. Ruang keluarga dan ruang makan tidak luas. Anak-anak lebih banyak tinggal di kamar mereka selama tidak bersekolah.
Saya menggunakan ruang keluarga untuk menyelesaikan tugas-tugas kantor. Saya menerapkan tinggal di rumah untuk keluarga saya. Saya hanya mengizinkan anggota keluarga keluar rumah jika perlu sekali, seperti berbelanja bahan pokok, obat, atau keperluan lain. Istri saya sebagai guru kadang-kadang masih harus ke sekolah menyelesaikan tugasnya. Namun, kami punya banyak waktu untuk bercengkerama bersama anak-anak.
Pada siang hari anak-anak sibuk mengerjakan tugas sekolah. Namun, malam hari kami gunakan untuk berkumpul dan bercengkerama. Karena ruang keluarga kecil, kami tidak dapat melaksanakan pengaturan jarak dengan baik. Oleh karena itu, saya menganjurkan semua memakai masker. Saya juga memberi masker untuk asisten rumah tangga dan tempat cuci tangan cukup banyak tersedia di sudut rumah.
Sejak minggu lalu atas anjuran teman, saya juga mewajibkan sopir kami untuk memakai masker. Namun, istri saya atau asisten rumah tangga masih kontak dengan tukang sayur atau tukang roti yang tidak menggunakan masker. Saya menganjurkan mereka untuk memakainya, tetapi saya mengerti sekarang ini harga masker cukup mahal dan susah didapat.
Pertanyaan saya adalah dalam keadaan kami berkumpul bersama di rumah, adakah risiko penularan penyakit di luar korona? Penyakit apa saja yang dapat menular di antara penghuni rumah? Bagaimana cara pencegahannya? Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Saya senang membaca bahwa Anda sekeluarga telah menerapkan anjuran pemerintah untuk tinggal di rumah. Bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Tujuan anjuran tersebut adalah untuk memutus mata rantai penularan virus korona. Jika semua orang tertib tinggal di rumah, kesempatan untuk pertemuan orang yang membawa virus dengan orang lain akan menurun tajam. Dengan demikian, penularan virus korona dapat ditekan.
Jika penurunan tajam, sebenarnya pemerintah akan mulai memulihkan kegiatan secara bertahap. Namun, jika penularan masih sering terjadi yang dapat dilihat dari banyaknya kasus baru yang positif, anjuran tinggal di rumah akan diperpanjang. Jika semua anggota keluarga Anda termasuk asisten rumah tangga dan sopir dalam keadaan sehat dan tidak mengidap penyakit yang dapat ditularkan kepada orang lain, tentulah tidak akan terjadi penularan penyakit selama di rumah.
Penularan penyakit di rumah pada umumnya melalui udara dan melalui makanan dan minuman. Penyakit yang menular melalui udara misalnya adalah cacar air, gondongan, campak, TBC, sedangkan yang melalui makanan dan minuman contohnya adalah hepatitis A, demam tifoid, dan juga polio. Nah, bagaimana kita menjaga agar kita tidak tertular penyakit-penyakit tersebut? Sudah tentu dengan menjalankan gaya hidup sehat dan bersih.
Untunglah sebagian penyakit menular juga sudah ada vaksinnya sehingga kita dapat menurunkan risiko penularan penyakit tersebut dengan menjalani imunisasi. Kita tahu bahwa cacar air (varisela), gondongan (mumps), dan campak (morbili) sudah ada vaksinnya. Untuk TBC, pada waktu kecil kita disuntik BCG, tetapi kita masih berisiko tertular jika kita kontak dengan penderita TBC yang masih mengeluarkan kuman dari butiran ludahnya ketika bicara atau bernapas.
Karena itulah, pemerintah mencoba menemukan penderita TBC dan, jika ditemukan, diobati agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang sekitarnya. Mereka yang batuk lebih dari dua minggu diminta untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan terdekat.
Lalu bagaimana dengan virus korona? Belakangan ini kita sering mendengar istilah ODP (orang dalam pemantauan), yaitu orang yang mempunyai riwayat kontak dengan orang yang positif korona. Jika mereka tidak ada keluhan, mereka diminta mengisolasi diri dan tidak kontak dengan orang lain, termasuk keluarga. Artinya, dia tinggal di kamar, memakai masker, makan juga di kamar, boleh membaca, menonton TV, atau berhubungan melalui media sosial, tetapi tidak boleh bertemu langsung dengan orang lain untuk mencegah penularan.
Adapun PDP (pasien dalam pengawasan), jika ada keluhan misalnya batuk dan sesak, biasanya dirawat di rumah sakit. Keduanya, baik ODP maupun PDP, akan diperiksa laboratorium apakah terinfeksi virus korona. ODP yang negatif tentu dapat bergaul kembali dan PDP yang negatif, jika gejalanya sembuh, juga boleh pulang.
Nah, bagaimana jika ada keluarga datang dan menginap di rumah kita, padahal dia datang dari daerah yang banyak virus korona (disebut juga zona merah)? Dia dianjurkan melapor ke layanan kesehatan setempat dan dokter akan memberi nasihat, salah satu kemungkinan adalah dia harus mengisolasi diri.
Menjelang lebaran ini sudah menjadi kebiasaan kita berkumpul dengan keluarga dan pulang ke kampung halaman. Dalam masa penularan virus korona dewasa ini kebiasaan mudik berpotensi mempermudah penularan virus korona. Seseorang dari zona merah berpotensi membawa virus korona ke kampungnya dan menularkan pada keluarga yang dicintainya.
Jika yang terinfeksi merupakan orang dewasa sehat, mungkin gejala penyakitnya ringan atau tanpa gejala. Namun, jika yang terinfeksi orang berusia lanjut, ia berisiko untuk jatuh sakit berat. Kita tentu mencintai orang tua kita dan tidak ingin menulari mereka. Karena itulah, kita perlu mematuhi anjuran pemerintah untuk tidak mudik.
Bagaimana dengan penularan cacar air? Jika salah seorang anggota keluarga kita terkena cacar air, dia juga berisiko untuk menjadi sumber penularan bagi anggota keluarga lain. Penularan cacar air terjadi melalui droplet (butiran ludah) di udara. Karena itu, cacar air mudah sekali menular. Untunglah sebagian besar kita sudah punya kekebalan terhadap cacar air karena sudah pernah diimunisasi. Meski demikian, sebaiknya anggota keluarga kita yang terkena cacar air juga diisolasi agar tidak berisiko menularkan kepada anggota keluarga lainnya.
Saya senang Anda memperhatikan asisten rumah tangga dan sopir Anda. Jika mereka sakit, mereka dapat menularkan penyakitnya kepada keluarga Anda. Karena itulah, kita harus peduli pada kesehatan asisten rumah tangga, sopir, dan orang lain yang erat kontaknya dengan keluarga kita.
Kita berharap wabah korona akan cepat dapat dikendalikan dan kehidupan masyarakat Indonesia dapat pulih kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama. Semoga Anda sekeluarga tetap sehat dan bahagia.