Pada Ramadhan kali ini, buka puasa bersama di setiap petang bakal tidak ada. Bahkan, shalat Id pada 1 Syawal 1441 H juga tampaknya tidak akan ada. Ramadhan 1441 H, ibadah masa prihatin.
Oleh
·2 menit baca
Bulan Ramadhan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Bulan yang biasanya diisi dengan silaturahmi kini harus dijalani dengan perenggangan sosial.
Buka puasa bersama dengan menikmati takjil nikmat selepas mendengar azan maghrib berganti dengan suasana yang tetap lengang. Tatkala aturan pembatasan transportasi diterapkan, pukul enam sore, adalah justru saat terakhir untuk mendapatkan angkutan pulang.
Menahan haus dan lapar karena puasa Ramadhan, itu sudah setiap tahun kita jalani, dan bahkan saat itu ditunggu dengan sukacita. Terbayang di depan mata ampunan Allah SWT, berkah Ramadhan yang berlimpah, dan kegembiraan bisa berbuka puasa bersama dengan kerabat.
Kita percaya saudara-saudari kaum muslimin akan tetap menunaikan ibadah di bulan suci ini dengan tabah dan besar hati.
Akan tetapi, itu tidak untuk kali ini, pada Ramadhan 1441 Hijriah. Buka puasa bersama di setiap petang juga tidak akan ada. Bahkan, shalat Id pada 1 Syawal 1441 H juga tampaknya tidak akan ada. Pemerintah bahkan mengeluarkan kebijakan pelarangan mudik Lebaran.
Kita tahu, semua itu disebabkan oleh merebaknya penyakit Covid-19 yang menular dengan cepat, dan sudah menelan banyak korban meninggal. Tidak apa-apa, kita percaya saudara-saudari kaum muslimin akan tetap menunaikan ibadah di bulan suci ini dengan tabah dan besar hati.
Jika bisa mengambil analogi zaman, silaturahmi dan tausiah Ramadhan bisa kita jalankan dengan konferensi video. Teknologi telah tersedia untuk mengobati rindu bertemu saudara, rekan sekantor, dan penyelenggaraan pendidikan. Meminjam istilah zaman now, kita telah memasuki zaman normal baru (new normal), bahwa rapat atau silaturahmi atau ceramah agama secara virtual di era korona sesuatu yang normal.
Virus korona ”jahat” menurut ukuran kemanusiaan. Tak jelas asalnya, mendadak mengguncangkan dunia, merontokkan perekonomian, dan mengancam keamanan sosial, bahkan bisa politik. Namun, ada hikmah dan kearifan yang dipetik. Antara lain bagaimana sesama warga bisa lebih mengembangkan sifat peduli, empati, dan semangat pengorbanan. Ia menguji kesabaran, mulai dari siswa, karyawan, pemimpin perusahaan, birokrat, hingga presiden. Sekadar contoh, diam di rumah, yang di hari sibuk amat diidamkan, kini di era PSBB tak sedikit memunculkan suntuk dan kejenuhan.
Kita yakin, manusia dan tantangan—atau daulat—alam seperti virus korona akan berlangsung abadi. Jika orang percaya teori evolusi, boleh jadi ini bagian dari ujian terhadap spesies Homo sapiens apakah ia benar-benar makhluk yang unggul. Di masa lalu, ketidaktahuan akan duduk perkara pandemi acapkali dialihkan penyebabnya ke hal gaib, atau di luar bumi (ekstraterestrial).
Kemajuan ilmu pengetahuan membuat manusia berhasil menaklukkan biang keladi pandemi. Dan, di bulan Ramadhan yang mulia, Allah SWT menurunkan dengan wahyu pertama Al Quran adalah Iqra’ (Bacalah), kita bisa memetik hikmah untuk belajar lagi tentang alam, khususnya menyangkut mikrokosmos. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan.