China dan Australia bersitegang setelah Canberra mendorong penyelidikan terhadap penyebaran serta asal muasal virus korona baru penyebab Covid-19.
Oleh
Editor
·2 menit baca
China dan Australia bersitegang setelah Canberra mendorong penyelidikan terhadap penyebaran serta asal muasal virus korona baru penyebab Covid-19.
Virus korona baru (novel coronavirus) pertama kali dilaporkan muncul di Wuhan, China, akhir tahun lalu. Setelah itu, penyakit Covid-19 yang dipicu virus tersebut mendera Wuhan serta provinsi yang melingkupinya, yakni Hubei.
Selama lebih kurang dua bulan, Hubei, termasuk Wuhan, ditutup. Warga dilarang meninggalkan kediaman mereka. Saat terpaan Covid-19 mereda di China, penyakit tersebut sekarang merebak di ratusan negara di dunia. Menurut worldometers.info pada 28 April, sekitar tiga juta orang telah terjangkit Covid-19 dengan lebih dari 210.000 korban meninggal.
Di tengah pandemi yang masih berlangsung dan diperkirakan hanya akan tuntas setelah vaksinnya ditemukan, Australia menggalang dukungan internasional bagi penyelidikan penyebaran dan asal muasal virus korona baru. Usulan ini diperkirakan bakal dibahas dalam pertemuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bulan depan. Jika disetujui, usulan tersebut tentu saja berujung pada rencana pengiriman tim penyelidik ke China. Apa yang diserukan oleh Australia menyusul apa yang dilakukan Amerika Serikat sebelumnya, yakni mengkritik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan membekukan pendanaan untuknya karena dinilai terlalu condong ke China dalam menangani masalah Covid-19.
Guna memperoleh kejelasan penyebaran virus korona baru, PM Australia Scott Morrison pada pekan lalu menyebut, WHO perlu diperkuat dengan wewenang seperti yang dimiliki tim internasional pemeriksa senjata, yakni berhak mendatangi sebuah negara serta melakukan investigasi. Menurut dia, negara-negara anggota WHO sudah sepantasnya diwajibkan membuka pintu lebar-lebar bagi inspektur penyelidik wabah virus di wilayah mereka. Hal ini tak bisa dihindari dalam rangka mencegah terjadinya pandemi pada masa mendatang.
WHO perlu diperkuat dengan wewenang seperti yang dimiliki tim internasional pemeriksa senjata.
Gagasan Australia ini memicu respons cukup keras dari China. Kedutaan Besar China di Australia mengingatkan bahwa bisa jadi para orangtua di China akan memikirkan ulang rencana mengirim anak-anak mereka mengambil studi di Australia. Selain itu, Dubes China Cheng Jingye menyatakan, warga di China mungkin bakal berpikiran mengapa mereka harus minum anggur dan menikmati daging Australia.
Sepanjang perjalanan manusia, pandemi memang bukan hal baru dan pada masa mendatang, pandemi-pandemi lainnya sangat mungkin terjadi lagi. Karena itu, gagasan untuk membangun sistem tangguh pencegahan pandemi tentu sangat bisa dipahami serta diterima.
Meski demikian, seperti disampaikan Inggris dan Perancis, hal yang paling dibutuhkan sekarang adalah memerangi habis-habisan Covid-19, bukan melempar kesalahan. Selain itu, perlu disadari bahwa ”ketegangan” Australia dan China terjadi di tengah berlangsungnya persaingan dua negara besar di dunia.