Memaknai Masa Pandemi
Menjalani situasi pandemi saat ini, meskipun kita paham pentingnya menjaga kebersihan, jarak fisik, dan tinggal di rumah, setiap orang dapat memiliki persepsi, reaksi, dan pengalaman diri yang berbeda-beda.
Menjalani situasi pandemi saat ini, meskipun kita paham pentingnya menjaga kebersihan, jarak fisik, dan tinggal di rumah, setiap orang dapat memiliki persepsi, reaksi, dan pengalaman diri yang berbeda-beda.
Ada yang tidak percaya bahwa ini benar terjadi dan terus mempertanyakan berbagai hal. Ada yang berusaha fokus pada bagaimana bertahan ”hidup”. Ada yang langsung membawa semua tugas sekolah dan pekerjaan ke rumah serta berpegang pada satu aspek kehidupan yang membuat diri tetap merasa ”normal”.
Ada yang terus frustrasi, marah, dan menyalahkan berbagai pihak. Ada yang segera mencari peluang baru untuk berbisnis. Ada yang intensif berefleksi dan merenung. Ada yang merasa tenang saja karena terbiasa banyak di rumah sebelumnya. Ada yang berpikir negatif, mudah tersinggung, dan masih banyak lagi.
Perbedaan ini memang sahih dan sah saja. Saya pun setuju dengan pandangan yang mengatakan bahwa ”saat ini kita tidak berada di kapal yang sama melewati masa pandemi ini, yang pasti kita tengah menghadapi badai yang sama”. Meski berbeda, tenggang rasa dan saling menghargai tetap perlu dilakukan, tetap ada berbagai hal yang dapat kita maknai.
Azadeh Aalai (2020) mengatakan, kita semua berada dalam kebersamaan, meski saat ini secara fisik saling terpisah. Dalam berjarak sosial ini, kita memang menjalani kesendirian secara bersama. Ia mengingatkan bahwa jarak sosial ini bersifat sementara dan jika melakukannya dengan benar, akan memungkinkan kita untuk menyelamatkan nyawa dan akhirnya berhubungan kembali dengan semua orang yang kita cintai dan rindukan saat ini.
Menurut Michelle Marks (2020), beberapa kiat dari pendekatan Psikologi Positif dapat membantu kita mengatasi masalah jarak sosial dengan menemukan makna dari hal-hal yang kita lakukan. Seperti diketahui, pendekatan ini lebih berfokus pada bagaimana meningkatkan kesejahteraan mental seseorang, menggali potensi yang belum muncul, melihat aspek positif dari segala peristiwa yang ditemui. Istilah sehari-harinya, bagaimana menemukan hikmah di balik musibah, menemukan makna di balik derita. Hal ini dapat juga diartikan dengan senantiasa punya harapan dan mensyukuri berbagai peristiwa yang kita alami. Kuncinya adalah melakukan apa yang kita bisa, agar lebih merasa menjadi diri sendiri.
Berikut adalah rangkuman pandangan ahli (Allison Abrams, 2020; Michelle Marks, 2020), dan juga dari pengalaman pribadi beberapa rekan sejawat, mengenai bagaimana memaknai hidup semasa pandemi ini. Saya membaginya ke dalam beberapa ranah.
Relasi dengan lingkungan
Manusia adalah makhluk sosial dan, ketika terisolasi, bisa menjadi kesepian dan tertekan. Maka, sedapat mungkin perlu untuk tetap terhubung dengan orang- orang yang kita butuhkan. Lebih sering menelepon orangtua atau anak yang tinggal jauh terpisah, menghubungi siapa saja yang mungkin diketahui rentan kondisinya, atau tinggal sendirian. Dengan mengajak mereka mengobrol, ternyata ada kepuasan setelahnya, ada rasa lebih nyaman dan berarti pada diri kita.
Termasuk di sini bermain dan mengurus hewan peliharaan, seperti anjing, kucing, burung, ikan, atau merawat tanaman di rumah merupakan kegiatan yang menyalurkan rasa kasih sayang, senang, dan nikmat dari seseorang pada makhluk lain.
Bagi penduduk kota besar, kesempatan menjalin relasi bersama dalam keluarga, lebih banyak berbincang serius ataupun santai dengan pasangan, anak, orangtua di rumah, akan meningkatkan keakraban dan saling pengertian yang mendalam antaranggota keluarga.
Pada saat seperti ini, media sosial bisa dimanfaatkan untuk membantu koneksi dengan orang lain. Membagikan lelucon, kisah menarik, dan kalimat yang memotivasi, mengunggah foto hewan peliharaan atau bayi Anda, adalah hal yang bisa menjadi penghibur diri. Namun, harap berhenti bertengkar di media sosial. Kita perlu menyadari bahwa kita semua tengah menghadapi musuh bersama, bukan dari kelompok ini atau itu, dia tidak terlihat, tetapi berbahaya dan tidak peduli siapa pun kita.
Kegiatan harian
Ternyata seseorang yang tadinya sangat aktif bekerja di luar rumah sekarang justru menikmati kegiatan memasak bagi keluarganya. Setiap hari, anak-anaknya tetap menanti dan memuji bahwa masakan ibunya sangat enak.
Membereskan beragam tugas rumah tangga yang telah tertunda cukup lama, seperti membersihkan dan menata isi lemari dan laci, menjahit kancing baju suami yang lepas, menyedot debu di belakang kulkas dan sofa, menyortir pakaian, sepatu, tas, dan memberikan yang tidak terpakai kepada yang membutuhkan. Semua ini menimbulkan kelegaan dan rasa pemenuhan diri.
Bisa menjalankan proses mengajar secara daring setelah mempelajari penggunaan berbagai aplikasi dalam waktu singkat, berhasil mempertahankan pembeli barang setelah mengalihkan tugas penjualan melalui daring, ternyata menimbulkan rasa mampu/berhasil dan meningkatkan kepercayaan diri pada yang menjalani.
Perawatan diri
Ada kebiasaan sehat yang acapkali jadi sempat dilakukan oleh sebagian orang di pagi hari, yaitu berjemur di bawah sinar matahari, berjalan, atau berolahraga.
Kegiatan menikmati alam dan udara segar memberi dampak terhadap peningkatan kesehatan fisik maupun mental bagi kita. Ini termasuk praktik dan latihan pernapasan untuk meregulasi sistem saraf serta memperkuat sistem kekebalan tubuh, maupun mindfulness atau meditasi untuk membantu mengatasi rasa kewalahan.
Sejak merasa punya banyak waktu di rumah, beberapa teman menggunakannya untuk meningkatkan perawatan tubuh dan dirinya, seperti luluran, merawat muka yang berjerawat, bahkan ada yang lebih berhasil berdiet menurunkan berat badan. Sementara rekan lain justru menyadari bahwa dengan tidak memakai make up wajah lengkap setiap hari, ia justru merasa lebih menarik dan sehat kulitnya.
Pengisian waktu luang
Mempelajari sesuatu dalam era pendidikan daring ini membuat kita merasa kagum dengan keberhasilan bisa belajar berbagai hal, bahkan secara gratis. Ada pula berbagai situs daring untuk berolahraga, permainan, atau penelaahan aspek keagamaan. Berbagai pertunjukan gratis kelas dunia secara daring di bidang musik, tari balet, drama yang sebelumnya sulit didapat, saat ini mudah ditonton, hal yang dapat menimbulkan rasa syukur.
Melakukan hobi baru dan hal-hal yang disukai, seperti membaca buku, bernyanyi, menari, main musik, belajar bahasa, melukis, dapat mengeksplorasi berbagai kekuatan kita dan mengembangkan rasa bahwa kita mampu.
Welas kasih
Ada banyak peluang bagi tiap orang, walaupun bukan seorang profesional medis, untuk membantu orang lain yang lebih rentan. Banyak rekan sejak awal pandemi sangat antusias mengumpulkan dana dan terlibat dalam berbagai kegiatan kemanusiaan, seperti membuat masker, pelindung wajah, paket sembako, vitamin, dan sebagainya untuk disalurkan kepada pihak yang membutuhkan.
Pengasahan rasa welas asih ini memberikan makna tersendiri bagi yang melakukannya. Bahkan sekadar membantu berbelanja bagi tetangga yang lansia atau melayani saudara yang sakit. Psikologi Positif berpendapat bahwa menunjukkan kebaikan pada orang lain, melayani, dan menjadi sukarelawan bagi mereka yang membutuhkan, akan memberi manfaat balik bagi kita sebanyak bantuan yang diberikan.
Salam bahagia dan hidup bermakna.