logo Kompas.id
OpiniMemori Mei
Iklan

Memori Mei

Melalui revolusi Mei 1998, wajah Indonesia berubah. Dari model pemerintahan otokrasi Presiden Soeharto menjadi pemerintahan yang lebih terbuka. Namun, dalam perjalanannya, semangat revolusi Mei 1998 memudar.

Oleh
BUDIMAN TANUREDJO
· 5 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/iikWF2aCmevwM3wzUY9UCsfkjuA=/1024x1089/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F01%2F20190117iam-BDM-sketsa_1547721036-e1587791301253.jpg
KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Budiman Tanuredjo

Bulan Mei tinggal sehari lagi. Sayang kalau bulan penting dalam sejarah politik kontemporer Indonesia lewat begitu saja. Melalui revolusi Mei 1998, wajah Indonesia berubah. Dari model pemerintahan otokrasi Presiden Soeharto menjadi pemerintahan yang lebih terbuka. Transisi demokrasi pun terjadi. Apakah demokrasi sudah terkonsolidasi itu pertanyaan lain.

Revolusi Mei 1998 memakan korban. Sebanyak 13 aktivis mahasiswa masih hilang. Mereka harus dikonstruksikan hilang karena tak diketahui keberadaan dan statusnya. Entah masih hidup atau meninggal. Kalau sudah meninggal, di mana makamnya pun tak diketahui. Dalam terminologi hak asasi manusia itu disebut continuing violence (kekerasan yang terus-menerus). Kerusuhan sosial melanda Jakarta pada Mei 1998 menyusul ditembaknya mahasiswa Trisakti pada 12 Mei 1998.

Editor:
Antonius Ponco Anggoro
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000