Membangun dan Merawat Sistem Pemberdayaan Masyarakat
Untuk mencegah penularan Covid-19, warga di setiap kampung harus diberdayakan untuk membangun sistem yang dapat mengurangi pergerakan orang keluar dan masuk kampung.
Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Fadil Imran mengaku lebih percaya kepada sistem daripada ucapan “tergantung orangnya” dalam menyelesaikan satu masalah, atau merancang masa depan yang lebih baik.
“Kalau kita mampu membangun dan merawat sistem, maka orang orang yang bermasalah pun bisa berubah menjadi orang orang yang mampu ikut menyelesaikan masalah. Sistemlah yang memaksa mereka. Jadi bukan, ‘Tergantung orangnya’. Itu pernyataan sumir,” tuturnya, Minggu (31/5/2020).
Berbeda bila kita mengandalkan individu. Satu kesebelasan bola yang dijejali individu berkualitas bintang, bisa kalah bertanding dengan satu kesebelasan yang hanya memiliki individu berkualitas biasa, tetapi memiliki sistem permainan, dan kerja sama tim yang lebih kuat dari lawannya.
“Sistem dibangun berdasarkan aturan main. Jangan merusak aturan main dengan pengecualian pengecualian dan hak istimewa orang tertentu. Itu akan merusak dan melemahkan sistem. Hukuman dan ganjaran harus berlaku untuk semua. Sistem dirawat oleh sejumlah orang yang berkompeten, berdisiplin kuat, dilengkapi dengan perangkat dan fasilitas kerja yang memadai,” tutur Fadil.
Berbekal prinsip tersebut, ia berhasil mengaramkan “kampung” Narkoba di Kampung Ambon, Cengkareng, Jakarta Barat (Jakbar), pada Maret 2013. Genderang perang menumpas pasar Narkoba di sana mulai ditabuh pada Mei 2012. Setelah Kampung Ambon dibersihkan (represif), diterapkan pola pencegahan (preventif), dan pola menyuluh (preemtif).
Ia kemudian membangun sistem pengamanan di satu pemukiman kelas menengah atas di kawasan Kebon Jeruk, Jakbar, dengan mengandalkan sistem aplikasi sebagai basis membangun komunitas penghuni di sana. Sistem ini ia beri nama, Sigahtan (sistem pencegahan kejahatan). Dari satu pemukiman, Sigahtan kemudian meluas, menghubungkan seluruh pemukiman di jajaran Polsek di wilayah hukum Polres Metro Jakbar.
Aplikasi ini memiliki fitur pengaduan dan panic button. Pengguna bisa berinteraksi langsung dengan petugas untuk menyampaikan kejadian apapun di tempat mereka. Warga yang menyaksikan kejahatan, tinggal menekan tombol panic button. Notifikasi pemberitahuan pun menyala dengan tanda khusus di setiap smartphone anggota terdekat dengan lokasi kejadian. Kala itu Fadil masih Kapolres Metro Jakbar.
Kampung Tangguh
Sejak pertengahan Maret 2020, Jawa Timur (Jatim) menggeser posisi Jakarta dan Jawa Barat, di peringkat pertama dalam soal pertambahan jumlah penderita Covid – 19. Penambahan pasien per hari mencapai 502 orang. Tanggal 23 Mei 2020, jumlah kasus di Jatim bertambah 466 kasus, sementara DKI 115 kasus, Sulsel 59 kasus, dan Papua 57 kasus, Jateng 54 kasus, dan Jabar 34 kasus.
Ada tiga dugaan penyebarluasan kasus ini, yaitu lewat hiruk pikuk berbelanja menyambut Lebaran, ibadah bersama dalam jumlah jamaah sangat banyak, dan kegiatan mudik. Dari ketiga kemungkinan tersebut, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menduga, kegiatan mudik yang menjadi sumber terbesar penyebaran Covid – 19 di Jatim.
“Sejak 16 Maret sampai 22 Mei, ada 460.000 pemudik masuk Jatim. Mereka berpotensi menjadi orang tanpa gejala (terjangkit Covid-19),” tegas Khofifah. Pada 18-20 Mei 2020, dari 973 kasus seIndonesia, Jatim menyumbang 502 kasus. Tanggal 30 Mei, total pasien Covid-19 di Jatim mencapai 4.600 orang. Jumlah pasien terbanyak ada di Malang, menyusul Surabaya.
Melihat perkembangan yang tidak diinginkan ini, Fadil membangun satu sistem untuk menekan penularan Covid 19 dan dampak negatif sosial-ekonomi, akibat Covid – 19 sebagai upaya kuratif berbasis komunitas. Sasarannya adalah warga desa atau kelurahan di seluruh Jatim.
Fadil menamakan sistem yang ia bangun ini, Kampung Tangguh. Bagi masyarakat Jatim, Kampung Tangguh bukan hal baru. Kampung Tangguh bersumber dari Undang Undang nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.
Bersih, Tertib, Kreatif, Berswasembada
Kapolres Bondowoso, Jatim, AKBP Erick Frendriz yang dihubungi terpisah menjelaskan pelaksanaan Kampung Tangguh, di lapangan. Peran jajaran Polres, Kodim, dan Pemkab dalam proyek Kampung Tangguh ini, mendampingi warga membangun, memerbaiki, dan merawat sistem.
Kegiatan diawali pemetaan masalah, data penduduk, dan wilayah. Selanjutnya dianalisa. Hasil analisa menjadi bahan perumusan strategi yang akan dibuat meliputi struktur, standar prosedur operasional, penyiapan ruang antara lain ruang isolasi, posko di setiap RW, ruang konseling, dan lumbung pangan. Warga yang memiliki keterampilan kesehatan, dilibatkan sebagai relawan.
“Dengan pendampingan ‘tiga pilar’ (Polri, TNI, Pemkab), warga membuat sendiri sistem ini sesuai tradisi dan kondisi desa dan kelurahan masing-masing, berbasis kearifan lokal,” tutur Erick. Target setiap kampung adalah, tangguh menghadapi pandemi Covid-19, dan mampu menangkal dampak negatif sosial ekonomi yang disebabkan Covid-19.
Ia kemudian memberi contoh Desa Cindogo, Kecamatan Tapen. Desa ini selain bersih, dan tertib, mempunyai kampung bibit. Warga berswasembada ekonomi sekaligus memenuhi kebutuhan harian mereka dengan menanam sayur, buah, cabai, memelihara ikan, dan ternak lainnya, selain membuka toko-toko kecil. Dengan demikian, warga tak perlu keluar masuk terlalu jauh. Mereka pun bisa membatasi akses ke luar masuk warga di luar kampungnya.
“Tugas Pemkab melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi swasembada pangan. Tugas kami, juga Pemkab, tinggal mendampingi mereka membangun sistem pencegahan penularan Covid-19 berbasis tatanan masyarakat yang lebih tertib, teratur, dan bersih,” ujar Erick.
Contoh lain adalah Desa Mengen, di Kecamatan Tamanan. Desa ini dikenal sebagai desa digital yang mampu menyediakan data lengkap mengenai kondisi terakhir desa tersebut. “Tugas kami mendampingi mereka membangun sistem, memang lebih banyak, tetapi dengan fasilitas digital mereka, pekerjaan menjadi lebih ringan,” tutur Erick.
Ia berniat menghubungkan desa digital ini dengan satu aplikasi untuk seluruh desa di Bondowoso. Dari soal data bantuan sosial yang diterima berapa, disalurkan kemana, buat siapa saja, sampai sirkulasi usaha swasembada, ada diaplikasi tersebut.
Bersama dengan TNI, dan Pemkab Bondowoso, Erick berniat memadukan kemampuan Desa Cindogo dan Desa Mengen untuk contoh setiap kampung di Bondowoso. “Saya menginginkan paduan keunggulan kedua desa ini menjadi role model bagi desa dan kelurahan lainnya, di Bondowoso,” jelas Erick.
Saat ini, sudah ada 25 Kampung Tangguh di Bondowoso, dari total desa atau kelurahan sebanyak 219. Ke-219 desa dan kelurahan ini berasal dari 23 kecamatan. Sampai saat ini, Bondowoso masih dikenal sebagai kawasan desa tertinggal. “Saya optimis, bencana Covid-19 ini akan berubah menjadi berkah bagi warga Bondowoso bila role model Desa Tapen dan Desa Mengen bisa terealisir,” tutur Erick.
Yang masih menjadi pertanyaan pembaca mungkin, “Jika sistem sudah terbangun, mampukah sistem ini terus berkesinambungan di tengah pergantian pemimpin dan personil ‘tiga pilar’ ? Mampukah warga merawat sistem yang sudah terbangun tanpa bergantung lagi pada ‘tiga pilar’ ?”
(Windoro Adi, Wartawan Kompas 1991-2019)