Masa depan relasi Australia dan China ditentukan oleh bagaimana kedua negara merumuskan secara tepat kepentingan mereka masing-masing di tengah dinamika geopolitik sekarang.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Hubungan antara China dan Australia sedang berada dalam situasi yang tak menggembirakan. Keduanya menempati posisi yang saling berseberangan.
Belum lama ini, berada satu kubu dengan Amerika Serikat, pemerintah Australia ikut menyerukan agar diadakan penyelidikan mengenai kemunculan virus korona baru di China. Dorongan terhadap digelarnya penyelidikan ini cukup membuat Beijing bereaksi keras karena dinilai bertujuan memosisikan China sebagai kambing hitam dalam bencana pandemi Covid-19. Negara itu dituding tak cukup berusaha untuk mencegah penyebaran virus korona baru.
Beberapa tahun sebelumnya, relasi tak menggembirakan juga terjadi antara China-Australia. Saat itu, hubungan keduanya tegang setelah pemerintahan Australia yang dipimpin PM Malcolm Turnbull mengajukan amendemen Undang-Undang Anti-intervensi Asing, yang dinilai menyasar China.
Pemerintah Australia ikut menyerukan agar diadakan penyelidikan mengenai kemunculan virus korona baru di China.
Padahal, kedua negara memiliki hubungan perdagangan yang krusial. Ekspor daging sapi dan biji-bijian ke China menyumbang hampir 40 persen dari total nilai ekspor Australia tiap tahun. Selain itu, menurut media China, Global Times, yang mengutip Departemen Pendidikan, Keterampilan dan Ketenagakerjaan Australia, pada tahun lalu, warga China mencapai 37,3 persen dari 442.209 mahasiswa internasional di Australia. Hal ini membuat China sebagai sumber mahasiswa internasional terbesar di Australia. Bagi Australia, sektor pendidikan menjadi andalan karena salah satu penyumbang terbesar bagi perekonomiannya. Sumbangan pendidikan mencapai 37 juta dollar Australia, atau Rp 360 miliar.
Ketika relasi kedua negara sedang tidak ideal akibat isu Covid-19, Beijing beberapa hari lalu memperingatkan mahasiswa dan calon mahasiswa asal China yang akan dan sedang melanjutkan studi di Australia agar berhati-hati terhadap rasialisme di Australia. Warga China diingatkan pula tidak berwisata ke Australia dengan alasan serupa. China juga menangguhkan impor daging sapi dan menerapkan bea masuk yang tinggi atas jelai Australia.
Bagi Australia, sektor pendidikan menjadi andalan karena salah satu penyumbang terbesar bagi perekonomiannya.
Persaingan dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat dan China, ternyata berdampak pada relasi Beijing-Canberra. Dalam sebuah artikelnya, Global Times pun melihat Australia perlu mengembangkan politik luar negeri yang lebih independen sehingga hubungan panas AS-China tidak perlu sampai berdampak pada Australia.
Di sisi lain, media Australia, ABC, mengingatkan pemerintah negara itu bahwa China tak lagi melihat Australia sebagai sumber bahan makanan serta material mentah lainnya, tetapi semata-mata sebagai pihak yang ”bandel”. Hal ini perlu direspons dengan perubahan kebijakan luar negeri oleh pemerintah Australia.
Negara-negara di kawasan mencermati perkembangan hubungan China dan Australia. Masa depan relasi keduanya ditentukan oleh bagaimana China dan Australia merumuskan secara tepat kepentingan mereka masing-masing di tengah dinamika geopolitik sekarang.