Selama hampir dua bulan tinggal di rumah, saya—seorang ibu yang juga pegawai bank—sekarang bekerja dari rumah. Dua anak saya yang masih remaja mengajak memasak.
Oleh
DR SAMSURIDJAL DJAUZI
·6 menit baca
Selama hampir dua bulan tinggal di rumah, saya—seorang ibu yang juga pegawai bank—sekarang bekerja dari rumah. Dua anak saya yang masih remaja mengajak memasak. Terus terang saya sejak kecil jarang memasak, tetapi kami mencoba menyediakan masakan untuk keluarga. Tampaknya tim kami kurang beruntung sehingga sekarang kami lebih banyak memesan makanan dari luar. Mula-mula kami pesan makanan jadi, kemudian kami beralih ke makanan beku karena lebih hemat dan lebih praktis, dapat disimpan dalam jumlah yang banyak.
Anak saya yang pertama seminggu lalu mengalami diare. Saya khawatir dia tertular penyakit melalui makanan. Untunglah dengan upaya banyak minum air dan obat penghilang gejala, diarenya sembuh. Kebiasaan membeli makanan tampaknya akan terus kami lakukan. Oleh karena itu, sebagai ibu rumah tangga, saya ingin memahami bagaimana caranya membeli atau menyediakan makanan yang aman. Apakah dalam era Covid-19 ini ada kemungkinan penularan Covid melalui makanan?
Selama PSBB banyak mal dan toko makanan yang tutup. Listrik dimatikan hampir dua bulan. Saya membayangkan jika kemudian mal atau toko makanan buka kembali, banyak makanan yang akan rusak, seperti susu dan cokelat, karena alat pendingin tidak bekerja. Apakah badan pengawasan obat dan makanan kita sudah mengantisipasi keadaan ini.
Kami sebagai konsumen amat khawatir jika bahan yang dijual tidak memenuhi standar kesehatan. Meski belum kedaluwarsa, sudah tak layak dikonsumsi. Apakah sebaiknya pihak berwenang mengeluarkan standar penyimpanan, pengolahan, dan penyajian makanan?
Saya sering melihat restoran atau warung makan yang pegawainya tidak memakai masker serta menyajikan makanan tidak menggunakan sarung tangan. Belum lagi cara mencuci piring dan alat makan hanya menggunakan air secukupnya sehingga tidak bersih. Alat makan menjadi berpotensi tercemar kuman. Saya percaya restoran besar dan ternama sudah mampu menerapkan penyediaan, pengolahan, dan penyajian makanan yang sehat, tetapi bagaimana dengan warung kecil di pinggir jalan?
Industri kuliner kita sedang tumbuh, tetapi hendaknya pertumbuhannya didukung dengan kepedulian terhadap keselamatan dan kesehatan konsumen. Apakah dinas kesehatan dapat mendukung dan mengawasi pemilik warung kecil yang jumlahnya amat banyak dan tersebar di seluruh Indonesia? Mohon pendapat Dokter. Terima kasih.
S di J
Ya, kebiasaan kita banyak berubah, dipaksa oleh Covid-19. Kita sekarang harus tinggal di rumah. Banyak ibu yang biasa bekerja di kantor sekarang bekerja dari rumah. Restoran banyak yang tutup. Jika buka, hanya melayani layanan bawa pulang. Sebagian ibu rumah tangga memilih memasak karena merasa lebih terjamin kebersihannya serta lebih hemat.
Namun, jika di rumah tangga tidak ada yang berkesempatan memasak, biasanya keluarga memesan makanan dari luar. Sekarang hal itu dapat dilakukan dengan mudah karena tersedia berbagai jasa pengantaran makanan pesanan. Namun, Anda benar, salah satu yang kita perlu perhatikan adalah kebersihan makanan agar makanan tidak tercemar kuman yang dapat menimbulkan penyakit.
Penyakit yang ditularkan melalui makanan masih merupakan masalah kesehatan di negeri kita, seperti demam tifoid, hepatitis A, dan diare yang disebabkan oleh parasit. Kita pernah mengalami kejadian luar biasa hepatitis A, baik di sekolah, di kampus, maupun di tempat kerja.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) Republik Indonesia bertugas untuk melindungi masyarakat dari makanan yang merugikan kesehatan masyarakat. Kita sering menyaksikan Badan POM melakukan razia di pasar untuk mendeteksi makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti boraks dan formalin. Badan POM juga mengawasi produksi makanan yang akan dijual kepada masyarakat luas sehingga pada produk makanan dapat kita lihat izin Badan POM.
Namun, industri makanan di negeri kita amatlah banyak. Ratusan ribu mungkin jutaan jumlahnya. Jadi, tak mungkin semuanya akan teratasi oleh suatu badan. Kita semua harus peduli pada kesehatan kita dan sebagai anggota masyarakat ikut mengawasi serta menjaga agar anggota keluarga kita tidak tertular penyakit dari makanan yang kita beli.
Dinas kesehatan setempat juga mengawasi keamanan makanan terutama dari pencemaran kuman yang dapat menimbulkan penyakit. Dinas kesehatan akan mengawasi kebersihan, air yang dipakai, cara pengolahan yang sehat, dan biasanya warung yang sudah diteliti akan diberi tanda sudah memenuhi syarat kesehatan. Memang belum banyak warung yang memperoleh tanda tersebut karena tenaga pembina dinas kesehatan juga terbatas. Dinas kesehatan biasanya juga akan turun ke lapangan jika terjadi kejadian luar biasa seperti penyakit yang ditularkan melalui makanan.
Nah, para pemilik warung juga harus menyadari bahwa jika warungnya bersih, makanannya enak dan sehat, pelanggannya akan banyak. Jika konsumen melihat warung dikelola secara tidak bersih, tentu banyak konsumen akan berpindah mencari warung yang lebih bersih.
Di samping penampilan warung yang bersih, para pekerja hendaknya berpakaian bersih, menyajikan makanan dengan memakai sarung tangan, mengambil makanan tidak dengan tangan, sedapat mungkin dengan alat sehingga jarang bersentuhan dengan tangan. Pada era Covid-19 ini pada umumnya konsumen akan memperhatikan, apakah penjual menggunakan masker atau tidak.
Jika penjual atau penyaji tidak memakai masker, kemungkinan makanan atau pembungkus makanan untuk terkontaminasi virus Covid-19 jadi lebih besar. Sudah tentu konsumen akan menjauh.
Jika Anda bisa memesan makanan yang dibekukan, hendaknya makanan tersebut disimpan dalam lemari pendingin yang memadai. Perhatikan juga masa kedaluwarsanya. Makanan yang dibekukan ada yang dalam bentuk mentah, setengah matang, atau sudah matang. Sebaiknya semuanya dipanaskan kembali sebelum dikonsumsi.
Bagaimana cara kita membeli makanan langsung di restoran atau warung pada era Covid-19 ini? Kalau kita keluar rumah, kita harus memperhatikan protokol kesehatan untuk keluar rumah, yaitu kita harus menghindari orang berkerumun. Jika ada orang berkerumun membeli makanan, Anda tak usah ikut berkerumun. Carilah penjual yang memungkinkan Anda melakukan pengaturan jarak. Anda harus menggunakan masker jika keluar rumah.
Perhatikan apakah penjual juga menggunakan masker. Perhatikan juga pembungkus yang aman. Jangan membungkus makanan panas dengan plastik. Sampai di rumah, cucilah tangan Anda dan juga lepas baju, sepatu, dan lain-lain yang dipakai keluar rumah.
Bagaimana risiko penularan Covid-19 melalui makanan? Kita harus menjaga agar tangan kita selalu bersih. Setiap selesai menyentuh sesuatu yang mungkin pernah disentuh orang lain, kita sebaiknya mencuci tangan dengan sabun atau penyanitasi tangan. Jika tangan kita tercemar dan kita memegang muka, terutama hidung, mata, dan mulut, dikhawatirkan virus Covid-19 dapat masuk melalui selaput lendir mata dan hidung kita.
Sampai saat ini para pakar kesehatan menyatakan, cara penularan Covid-19 adalah melalui droplet (percikan cairan dari saluran napas saat batuk dan bersin) serta kontak langsung. Risiko penularan Covid-19 melalui makanan tampaknya kecil meski ada juga penelitian yang menunjukkan bahwa tidak hanya saluran napas, tetapi saluran cerna kita juga mungkin mempunyai reseptor (pintu) terhadap virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.