Lonjakan kasus positif baru Covid-19 sewaktu-waktu bisa terjadi di tengah pelonggaran. Maka, seyogianya tiap negara mampu untuk setiap saat menerapkan kembali pembatasan atau karantina wilayah.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Sebagian wilayah Beijing dikarantina akibat penularan baru Covid-19. Hal ini membuktikan bahwa, selama masa pandemi, siapa pun tidak boleh lengah.
China dinilai berhasil mengatasi penularan Covid-19. Langkah tegas dan konsisten ditempuhnya, antara lain mengarantina total (lockdown) Wuhan dan kota-kota lain di Provinsi Hubei selama lebih dari dua bulan. Hasilnya, penyebaran virus korona penyebab Covid-19 dapat dikendalikan. Sempat muncul lonjakan kasus beberapa waktu lalu di Shulan, China timur laut, tetapi akhirnya dapat pula dikendalikan.
Seiring perjalanan waktu, Sabtu lalu, lonjakan jumlah kasus baru terjadi lagi di negara China, yakni 57 kasus positif. Perinciannya, 38 adalah kasus lokal, sedangkan 19 merupakan kasus positif pada warga asing yang baru tiba di China.
Dari 38 kasus lokal, sebanyak 36 terjadi di Beijing, sementara dua kasus lainnya ditemukan di Provinsi Liaoning. Berdasarkan hasil penyelidikan tim epidemiologi China, seluruh 38 kasus lokal itu terkait langsung serta tidak langsung dengan Pasar Xinfadi, Beijing. Tindakan tegas segera ditempuh otoritas Beijing, yakni menutup Pasar Xinfadi dan sejumlah area permukiman di dekatnya. Penulusuran yang dilakukan berujung pada temuan bahwa ada virus korona baru di talenan (alas untuk memotong) ikan salmon impor di sebuah toko.
Bisa dibayangkan, apa yang terjadi seandainya pelacakan tidak berlangsung dengan baik di China, khususnya di Beijing. Sumber penularan tidak diketahui. Warga yang tertular juga tak terlacak. Penyebaran Covid-19 secara masif kemungkinan besar akan kembali terjadi di China.
Ceritanya menjadi berbeda karena sumber penularan dapat diketahui dengan baik. Mereka yang tertular juga terlacak dengan memadai. Meski demikian, tetap muncul peringatan kewaspadaan dari ahli penyakit menular Zeng Guang, seperti dikutip media negara itu, Global Times, bahwa apa yang terjadi di Beijing bisa saja memicu gelombang kedua wabah Covdi-19 di China. Bagaimanapun, ia tetap menilai, keberhasilan Beijing menemukan kasus di Pasar Xinfadi dan kemampuan otoritas meresponsnya dengan cepat merupakan sebuah keuntungan.
Kasus di Beijing memperlihatkan, pertama, betapa penting peran pelacakan dan pengujian Covid-19 untuk mengendalikan penyebaran penyakit yang sangat mudah menular itu. Pengujian membantu ditemukannya kasus, sedangkan pelacakan membuat peta dan sumber penularan jelas. Kebijakan yang tepat pun dapat diambil dengan segera.
Hal kedua, otoritas—pemerintah lokal atau pusat—harus mengembangkan sistem kebijakan pembatasan yang bersifat fleksibel. Dengan kata lain, saat terjadi lonjakan jumlah kasus, jangan ragu kembali memberlakukan pembatasan sosial atau karantina. ”Harga” yang dibayar jika wabah kembali meledak jauh lebih besar ketimbang dampak dari pembatasan atau karantina. Hanya dengan cara itu, sebuah negara dapat bertahan di tengah ”paksaan” untuk hidup berdampingan bersama Covid-19.