Beberapa berita di media mengabarkan tentang masyarakat dan pedagang pasar yang menolak, bahkan mengusir, petugas medis yang akan mengadakan rapid test atau uji cepat. Padahal, para petugas datang membawa surat tugas dan bertujuan mulia: keselamatan rakyat.
Pedagang pasar dan masyarakat tentu tidak buta huruf. Mereka tentu dapat bersikap lebih bertanggung jawab dengan menulis nama-nama mereka yang menolak, menandatanganinya, dan menyebutkan alasan mengapa menolak uji cepat. Jadi bukan dengan teriakan.
Ini negara yang berdaulat berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945, bukan negara hasil teriakan. Wahai bangsaku, mari kita belajar hidup sopan, menghargai orang lain, dan memahami ilmu pengetahuan secara benar.
Tindakan yang tepat akan membantu kita semua segera keluar dari situasi pandemi ini.
Titi Supratignyo
Stonen RT 003 RW 004 Bendan Ngisor, Kota Semarang
Trotoar Jalan Jaksa
Sia-sia saja Pemerintah DKI Jakarta memperlebar dan memperbaiki trotoar jika hasilnya disalahgunakan. Bukan pejalan kaki yang menikmati.
Di Jalan Jaksa, Jakarta Pusat, hampir di sepanjang trotoar tersebut kini menjadi tempat parkir mobil. Selain bisa merusak, trotoar menjadi tidak berfungsi bagi warga dan khususnya turis asing yang gemar berjalan kaki.
Jika di lokasi yang berada tidak jauh dari Kantor DPRD dan Balai Kota DKI Jakarta saja tidak terkontrol, bagaimana tempat yang jauh.
Saatnya petugas satuan polisi pamong praja bertindak. Demikian pula mobil derek dinas perhubungan, jangan terlalu lama dibiarkan menganggur. Segera tertibkan penyalah guna trotoar di Jalan Jaksa!
A RISTANTO
Jatimakmur, Pondok Gede, Kota Bekasi
SARS-COV-2
Sangat menarik mengikuti ulasan Prof Zeily Nurachman, Guru Besar Biokimia FMIPA ITB, di Kompas (Kamis, 4/6/2020), berjudul ”SARS-COV-2, Lemah tetapi Cerdas”.
Dengan gaya bahasa populer, membuat pembaca awam seperti saya mudah mengikuti nalar yang disampaikan. Pemahaman tentang virus ini jadi bertambah. Hats-off untuk Prof Zeily!
Di paragraf enam disebutkan ada dua kelompok protein SARS, yaitu NSP dan SP berikut fungsinya. Namun, pada ulasan akhir disebutkan ”ibarat tentara tubuh menang atas tentara virus (protein NSP dan NS)”. Bisakah ini dijelaskan lebih lanjut? Terima kasih.
ADI REKSOPRODJO
Pembaca Setia Kompas
Bintaro, Tangerang Selatan
Catatan Zeily Nurachman:
Terima kasih sudah membaca opini saya dan memberikan tanggapannya. Lebih lanjut saya tambahkan penjelasan di bawah ini.
Kelompok protein virus ada dua. Pertama, protein NSP (nonstructural protein). Ini adalah kelompok protein fungsional yang bekerja sebagai enzim. Jumlah NSP ada 16, dilabel sebagai NSP1, NSP2, dan seterusnya sampai NSP16.
Kedua, protein NS (structural protein). Ini adalah kelompok protein pembangun struktur dan protein aksesori.
Protein pembangun struktur ada empat macam, protein S (spike), untuk menancapkan virus ke reseptor, protein N- (nucleocapsid), untuk membungkus dan melindungi RNA virus, protein M (membrane) dari struktur membran virus, dan protein E (envelope), yang terdapat di permukaan cangkang (amplop) virus.
Semoga bisa memperjelas.
Balkan atau Baltik?
Dalam artikel berjudul ”Gelembung Wisata, antara Potensi dan Ancaman” (Kompas, 20/6/2020, halaman 4), antara lain, ada kalimat berbunyi, ”Pada 15 Mei 2020, misalnya, tiga negara Balkan, yaitu Latvia, Lituania, dan Estonia, membuka perbatasan mereka dan menciptakan gelembung pariwisata pertama di Uni Eropa”.
Saya cek di peta Eropa, Balkan itu berada di kawasan Eropa tenggara, sedangkan tiga negara dalam artikel itu terletak di Eropa timur laut, dikenal dengan kawasan Baltik.
Jadi yang benar adalah ”tiga negara Baltik”, bukan ”tiga negara Balkan”.
BUDIAWAN
Celeban Baru UH 3, Yogyakarta
Catatan Redaksi:
Kami mohon maaf dan berterima kasih atas koreksi yang telah disampaikan.