Keluarga merupakan satuan sosial terkecil dalam masyarakat. Secara teoretis, tanpa keluarga tak ada negara. Indonesia merayakan Hari Keluarga Nasional setiap 29 Juni.
Oleh
Editor
·3 menit baca
Keluarga merupakan satuan sosial terkecil dalam masyarakat. Secara teoretis, tanpa keluarga tak ada negara. Indonesia merayakan Hari Keluarga Nasional setiap 29 Juni.
Keluarga terdiri dari individu yang saling mengikatkan diri. Satuan sosial dalam masyarakat terbentuk melalui interaksi, saling percaya, saling melengkapi, dengan peran masing-masing. Kalau salah satu mata rantai satuan sosial itu rusak, bisa jadi rusaklah seluruh kelompok sosial itu.
Dalam peringatan Hari Keluarga Nasional Ke-25, yang dipusatkan di Manado, Sulawesi Utara, dua tahun lalu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (saat itu) menegaskan, keluarga adalah lingkungan pertama dan utama untuk membentuk kepribadian anak. Persemaian nilai agama, kemanusiaan, kebangsaan, keadilan sosial, dan moral berproses dalam keluarga. Keluarga menjadi basis dari pembangunan karakter bangsa. Keluarga yang sehat berkontribusi pada kemajuan bangsa (Kompas.id, 8/7/2018).
Kontribusi keluarga terhadap ketahanan bangsa kian nyata dalam masa pandemi seperti saat ini. Oleh karena itu, nyaris seluruh negara di dunia ini memberikan bantuan kepada keluarga yang rentan terdampak penyebaran Covid-19, yang tak hanya mengoyak kesehatan masyarakat, tetapi juga daya tahan sebuah bangsa, khususnya di bidang perekonomian. Jika kelu- arga itu bisa selamat dari pandemi, bangsa akan bertahan.
Presiden Joko Widodo berulang kali mengingatkan arti penting keluarga dalam keberhasilan menekan penyebaran virus korona baru. Pemerintah membuat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), yang bertumpu pada pembatasan aktivitas warga sehingga mereka bisa belajar dari rumah dan bekerja dari rumah. Rumah merupakan simbol keluarga.
Senin (29/6/2020), bertepatan dengan Hari Keluarga Nasional Ke-27, Presiden mengingatkan lagi peran penting keluarga dalam keberhasilan menekan penyebaran Covid-19. Dalam rapat terbatas percepatan penanganan pandemi, Presiden minta tak ada lagi peristiwa merebut jenazah korban Covid-19 oleh keluarganya. Tidak boleh ada lagi. Apalagi, kejadian ini dapat memunculkan kluster baru positif Covid-19.
Kompas pun mencatat, seperti yang dilaporkan dalam Jajak Pendapat, Senin (23/3/2020), solidaritas publik menjadi kekuatan yang tak bisa dianggap sepele dalam menanggulangi pandemi Covid-19. Kekuatan komunal menjadi kunci keberhasilan, saat mampu mengubah kekhawatiran menjadi energi untuk tolong-menolong dalam masyarakat. Prakarsa aksi ini muncul dari satuan terkecil di masyarakat, yaitu keluarga.
Harus diakui, pandemi Covid-19 juga merongrong fondasi keluarga. Dalam situasi penuh tekanan, tak sedikit keluarga yang tak mampu melewatinya, terguncang, dan patah. Namun, banyak keluarga yang bisa menerima, menghadapinya dengan baik, dan mengubah ketakutan pada pandemi menjadi perekat yang menguatkan keluarga, keluarga lain, dan masyarakat.
Pujangga Inggris, William Shakespeare (1564-1616), menuliskan, ”Things done well and with care exempt themselves from fear.” Kembali pada keluarga, dengan melakukan segala hal dengan baik dan hati-hati, maka tak perlu takut pada pandemi.