Saat pandemi flu babi berlangsung 2009-2010, berkisar 700 juta-1,4 miliar orang terjangkit di seluruh dunia. Sebanyak 18.036 orang di antaranya meninggal.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Saat korban pandemi Covid-19 masih berjatuhan, sudah muncul kabar yang mengkhawatirkan: flu babi yang berpotensi mengancam sebagai pandemi baru.
Kabar tersebut berawal dari hasil penelitian Universitas Pertanian China bekerja sama dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China dan Universitas Nottingham, Inggris. Mereka mengidentifikasi strain baru virus flu babi yang kemudian dinamai G4.
G4 merupakan rekombinasi H1N1, strain virus yang menularkan flu babi. G4 mudah menular pada manusia, terbukti dari peningkatan kadar virus pada para pekerja kawasan peternakan yang menjadi obyek penelitian. Hasil surveilans serologi menunjukkan, pada 338 pekerja, ada 10,4 persen yang positif terinfeksi G4 EA H1N1 virus. Peningkatan penularan mencapai 20,5 persen pada responden berusia 18-35 tahun (Euronews, 30/6/2020).
Kondisi itu menunjukkan potensi adaptasi virus pada manusia sehingga memicu kekhawatiran akan munculnya pandemi baru. Apalagi, vaksin influenza yang ada saat ini belum didesain membangun kekebalan melawan G4.
Mereka mengidentifikasi strain baru virus flu babi yang kemudian dinamai G4.
Perlu dipahami bahwa virus flu babi masih merupakan penyakit zoonosis yang menular dari hewan ke manusia, sementara penularan dari manusia ke manusia masih sedikit. Meski demikian, kita tidak boleh lengah. Ada yang harus disepakati bersama: jangan mengendurkan kewaspadaan.
Sejarah menunjukkan, pada abad ke-21 ini ada tiga kasus pandemi yang terjadi. SARS (severe acute respiratory syndrome) pada 2003, H1N1 flu babi pada 2009, dan Covid-19 yang sedang berlangsung. Dalam rentang waktu itu, dunia mengalami epidemi regional berkali-kali, seperti Nipah (1998), West Nile fever (2002), H5N1 flu burung (2003), Middle East respiratory syndrome atau MERS (2012), ebola (2014), zika (2015), dan Rift Valley fever, 2016 (Kompas, 18/6/2020).
Saat pandemi flu babi berlangsung 2009-2010, berkisar 700 juta-1,4 miliar orang terjangkit di seluruh dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 18.036 orang meninggal saat itu. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyebut angka kematian lebih tinggi: 151.700-575.400, mengingat tidak semua kasus terdeteksi.
Sampai hari ini, kasus flu babi masih terjadi. Namun, tidak seperti Covid-19 yang belum ketemu obat yang pas, sejumlah obat antivirus manjur mengatasi flu babi. Selain itu, mengingat penyakit ini masih bersifat zoonosis, berbagai upaya preventif (seharusnya) lebih mudah dilakukan.
Banyak negara membuat pelbagai legislasi untuk mengendalikan peluang penyebaran penyakit ini, berbasis pada pemahaman korelasi hewan, manusia, dan lingkungan. Kita berharap Indonesia dan negara berkembang lainnya juga membuat penelitian, kebijakan, dan kemudian diimplementasikan dalam program yang sejalan. Sebab, hanya dengan kerja sama global dan kedisiplinan menjalankan aturan, potensi G4 menjadi pandemi baru dapat kita cegah.