Keluarga saya mulai berlangganan Kompas tahun 1974, saat saya berusia delapan tahun. Kini, saya berusia 54 tahun dan masih berlangganan Kompas. Walau sudah ada Kompas daring, saya masih berlangganan Kompas cetak dengan harga Rp 100.000 per bulan.
Saya dulu sering bertugas ke luar kota, sebulan bisa 2-3 kali dengan durasi 2-3 hari. Tidak semua hotel menyediakan Kompas. Jika ada pun, hanya tersedia di lobi, yang pasti saya baca saat malam hari.
Meski demikian, saya selalu berpesan kepada istri agar selama saya di luar kota, Kompas disimpan. Setelah kembali dari luar kota, saya akan membaca Kompas yang sudah ”lewat waktu alias basi”. Saat di luar kota, saya memang membaca koran lokal, tetapi saya merasa belum pas jika belum membaca Kompas.
Saya pernah diundang menjadi salah satu peserta diskusi Kompas di Hotel Santika, sekitar 10 tahun lalu. Selama seharian sekitar 10 orang berdiskusi tentang tampilan Kompas, dari sisi isi, tata letak, dan lain-lain.
Bagi warga senior seperti saya yang memiliki ikatan historis, Kompas akan tetap menjadi bagian dari perjalanan kehidupan. Tepat benar dengan salah satu slogan ”Tanpa Kompas Serasa Belum Pas”. Selamat ulang tahun ke-55 Kompas, sukses selalu. Selisih satu tahun dengan saya.
Timoteus Talip Chase Plaza, Lantai 8, Jalan Jenderal Sudirman Kav 21, Jakarta 12920
”Kompas” di Mata Saya
Hari Minggu (28/6/2020), harian Kompas berulang tahun yang ke-55. Usia cukup panjang bagi sebuah harian umum di tengah persaingan media yang semakin keras di era disrupsi saat ini.
Menurut saya, Kompas cukup tangguh menghadapinya sehingga mampu bertahan dari masa ke masa. Saya mengenal Kompas sejak kelas I SMP, tahun 1972. Dibelikan almarhum ayah, katanya, ”Biar cepet pinter!"
Memang benar. Kompas menyajikan sesuatu yang tidak saya dapatkan di harian lain. Ada nilai-nilai yang mencerdaskan, baik dari sisi konsep, konten, gagasan, maupun bahasanya. Kompas ikut berkontribusi memajukan bangsa ini, terutama dalam literasi berbangsa dan bernegara. Ini saya rasakan selama bersama Kompas hingga sekarang.
Selamat berulang tahun. Kompas harus menjadi pengawal setia bangsa ini, mewujudkan cita-cita luhur nan mulia para pendiri republik ini.
Budi Sartono Soetiardjo Cilame, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat
Selamat, ”Kompas”
Harian Kompas telah berdiri tegak menjadi saksi bagian terbesar perjalanan bangsa, lebih dari setengah abad.
Kompas tidak hanya mencatat, menyimpan, dan memberitakan peristiwa-peristiwa tersebut, tetapi juga menyuarakan hati nurani kami pembacanya terhadap gejolak berbagai peristiwa itu.
Harian Kompas tidak dilahirkan hanya untuk tumbuh besar dan menjadi matang seperti sekarang, tetapi juga untuk mewujudkan keinginan dan impian rakyat. Selamat ulang tahun, Kompas.
Iwan KamahJalan Poncol Jaya, Kuningan Barat, Jakarta 12710
Rubrik Argumentasi
Saya ingin bertanya mengenai rubrik Argumentasi pada halaman Kompas Kampus. Belakangan ini, saya sudah tidak dapat menemukan rubrik tersebut. Apakah memang ditiadakan atau bagaimana?
Semoga saya mendapat jawabannya. Sukses Kompas.
Defina Putri Mahasiswa Beasiswa Unggulan Kemendikbud, Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
Catatan Redaksi:
Kami mohon maaf. Saat ini kondisi halaman belum memungkinkan rubrik itu hadir. Semoga kami bisa segera mengupayakan kehadirannya.