Pandemi tak akan hilang dalam waktu dekat, tetapi kedisiplinan warga mematuhi protokol kesehatan serta keseriusan otoritas menjalankan tes massal dan pelacakan menjadi kunci untuk menjaga perekonomian.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Di tengah pandemi, China mencatat pertumbuhan 3,2 persen pada triwulan II-2020 secara tahunan. Hal ini merupakan kabar yang menggembirakan.
Semua negara di dunia sedang bergulat dengan pandemi Covid-19. Selain menjadi ancaman di sektor kesehatan, pandemi meluluhlantakkan perekonomian. Berdasarkan Laporan Bank Dunia, ekonomi global 2020 diperkirakan terkontraksi 5,2 persen. Angka proyeksi ini lebih rendah ketimbang laporan sebelumnya yang terbit pada Januari lalu. Perekonomian negara maju akan terkontraksi 7 persen, sementara ekonomi negara berkembang mengalami kontraksi 2,5 persen.
Semua itu bisa terjadi karena pandemi membuat sejumlah negara melakukan pembatasan. Orang pun mengurangi belanja, perjalanan, dan aktivitas lainnya. Pembatasan serta pengurangan kegiatan ditempuh untuk mencegah penularan.
Selama beberapa minggu terakhir, negara-negara mengurangi pembatasan itu. Berbagai aktivitas mulai diizinkan, termasuk kegiatan bersama di tempat ibadah, sementara restoran diperbolehkan beroperasi dengan jumlah pengunjung dibatasi. Pelonggaran pembatasan sosial harus diambil karena jika dilanjutkan, ekonomi semakin remuk. Kini, seiring pengurangan pembatasan sosial, dilaporkan terjadi kenaikan jumlah kasus baru Covid-19 di beberapa negara.
China yang menerapkan karantina total terhadap puluhan juta warga di Provinsi Hubei pada awal pandemi dinilai cukup berhasil mengatasi penyebaran penyakit. Beberapa waktu lalu, dilaporkan kembali terjadi penambahan kasus yang mencemaskan di Beijing. Karantina lokal segera dilakukan. Tes massal dan pelacakan menjadi kunci penanganannya.
Apa yang terjadi di Beijing akhirnya tak berkembang jadi ledakan wabah. Media China, Global Times, pun menyebut negara itu mengembangkan mekanisme efektif yang menggabungkan pemulihan ekonomi dan pencegahan penyakit: memastikan aktivitas ekonomi tak memicu ledakan wabah.
Tes massal dan pelacakan menjadi kunci penanganannya.
Pertumbuhan positif China pada triwulan II-2020 tentu belum bisa dijadikan patokan bahwa ekonomi kembali normal. Pertumbuhan masih didorong oleh peningkatan investasi infrastruktur yang dimotori pemerintah, bukan konsumsi domestik. Padahal, konsumsi dalam negeri sangat krusial untuk ditingkatkan karena di tengah pandemi, permintaan produk China di pasar global menurun cukup tajam. Di sisi lain, konsumsi dalam negeri sedang melemah. Orang mengurangi belanja dan kebanyakan memilih untuk membeli barang-barang yang betul-betul esensial.
Meskipun demikian, pertumbuhan positif China pada triwulan II-2020 tetap menggembirakan. Pandemi memang tak akan hilang dalam waktu dekat, tetapi kedisiplinan warga mematuhi protokol kesehatan, ketegasan pemerintah menjatuhkan sanksi bagi pelanggar protokol, serta keseriusan otoritas menjalankan tes massal dan pelacakan menjadi kunci untuk menjaga perekonomian.