Jumlah orang miskin bertambah 1,63 juta orang per Maret 2020. Perlu langkah cepat dan terkoordinasi untuk mencegah memburuknya kemiskinan.
Oleh
Editor
·3 menit baca
Jumlah orang miskin bertambah 1,63 juta orang per Maret 2020. Perlu langkah cepat dan terkoordinasi untuk mencegah memburuknya kemiskinan.
Menurut Badan Pusat Statistik, per Maret 2020, jumlah orang miskin menjadi 26,42 juta orang (9,78 persen), meningkat 1,63 juta orang atau 0,56 persen dibandingkan pada September 2019. Sementara koefisien gini yang menunjukkan ketimpangan kesejahteraan hanya naik 0,001 menjadi 0,381.
Bertambahnya orang miskin telah diantisipasi ketika Indonesia mulai dilanda pandemi Covid-19. Kita perlu mewaspadai kenaikan ini karena laporan BPS adalah untuk periode Oktober 2019-Maret 2020. Pada periode ini belum diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Kita perlu mengantisipasi jumlah orang miskin akan terus bertambah ketika sejak April 2020 PSBB mulai diterapkan. Di beberapa wilayah, PSBB diperpanjang karena jumlah kasus baru infeksi SARS CoV-2 belum melandai.
Pemerintah telah membuat respons cepat menghadapi dampak pandemi. Fokus utama adalah penanganan kesehatan disusul menambah perlindungan sosial untuk menjaga kehidupan warga yang tidak dapat bekerja karena PSBB. Pemerintah juga merelaksasi pengembalian pinjaman UMKM ke perbankan dan lembaga keuangan beserta bunganya disusul memberi stimulus modal kerja UMKM dan korporasi.
Walakin, keberhasilan respons pemerintah mencegah memburuknya kemiskinan sangat tergantung dari kemampuan mencapai sasaran dengan tepat. Memahami kebutuhan orang miskin menjadi penting.
Dua dari tiga penerima Nobel Ekonomi 2019, Abhijit V Banerjee dan Esther Duflo, yang meneliti kemiskinan dan salah satunya di Indonesia, mengingatkan, orang miskin tidak memiliki kemampuan membeli cukup bahan makanan yang penting bagi kualitas manusia, tidak berinvestasi pada pendidikan, hanya separuh yang memiliki aset, seperti tanah.
Belanja buku pelajaran, alas kaki, dan baju seragam menjadi disinsentif orangtua menyekolahkan anaknya.
Karena itu, sangat penting memastikan mereka yang membutuhkan dapat mengakses pangan dalam jumlah dan waktu yang tepat. Belanja buku pelajaran, alas kaki, dan baju seragam menjadi disinsentif orangtua menyekolahkan anaknya.
Peran kelembagaan sangat penting untuk memastikan dana perlindungan sosial tersalur dengan cepat dan tepat. Semua harus bekerja terintegrasi, meninggalkan ego sektoral, dari pusat hingga daerah, didukung akurasi data penerima.
Sektor yang diprioritaskan yang dapat bergerak cepat karena permintaan masih tinggi adalah seperti kesehatan, transportasi, pendidikan, energi, pangan, dan industri yang menyerap banyak tenaga kerja. Tarikan ke hulu dan hilir sektor-sektor tersebut perlu diintegrasikan. Orang miskin sering kali hanya membutuhkan bantuan kecil untuk dapat bangkit, seperti pengalaman Grameen Bank di Bangladesh atau pembiayaan ultramikro UMi di Indonesia.
Pendiri Grameen Bank, Muhammad Yunus, menyebut, ada banyak kemiskinan di dunia adalah karena kita tidak mengatasi masalah dengan benar. Kemiskinan tercipta akibat kita gagal menciptakan kerangka kerja teoretis, lembaga-lembaga, dan kebijakan untuk mendukung kemampuan manusia.