Selandia Baru tidak bisa bekerja sendiri dan harus berkolaborasi dengan negara tetangga, seperti Indonesia, untuk menapaki pertumbuhan ekonomi hijau yang meminimalkan dampak kerusakan terhadap lingkungan.
Oleh
JONATHAN AUSTIN
·5 menit baca
Disrupsi yang diakibatkan Covid-19 membuka cakrawala baru dalam meninjau pola pertumbuhan ekonomi. Di tengah upaya para pemimpin dunia mencari solusi terbaik untuk menggerakkan roda perekonomian, kita memiliki peluang untuk tidak hanya sekadar memperbaiki perekonomian, tetapi juga mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak cucu kita, bukan bumi yang porak-poranda akibat ulah tangan kita. Kita bisa memilih untuk memajukan pertumbuhan ekonomi tanpa merusak bumi. Gagasan ini belakangan dikenal dengan ”pertumbuhan ekonomi hijau”.
Sektor energi adalah titik awal yang baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau. Dengan meningkatkan produksi listrik dari sumber energi terbarukan, kita bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan memperbaiki kualitas udara, khususnya di daerah perkotaan, sekaligus menghindari kerusakan lingkungan dari kegiatan pertambangan dan pengeboran. Lebih jauh lagi, penggunaan energi terbarukan lebih hemat biaya serta mendorong efisiensi jangka panjang.
Sektor energi adalah titik awal yang baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hijau.
Dengan kekayaan alamnya yang melimpah, Indonesia memiliki potensi dan peluang strategis untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan—sinar matahari yang melimpah sebagai sumber pembangkit tenaga solar, sungai-sungai besar sumber pembangkit tenaga air, dan potensi tenaga panas bumi yang sangat besar.
Komitmen Pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kontribusi energi terbarukan 23 persen dari total bauran energi nasional pada 2025 serta upaya mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2029 perlu didukung sepenuhnya.
Sebagai negara tetangga dan sahabat, Selandia Baru telah lama menjadi rekan Indonesia untuk membantu meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan. Dukungan tersebut telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun.
Pada era 1980-an, Selandia Baru berkontribusi dalam mendukung pembiayaan dan pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertama Indonesia di Kamojang, Jawa Barat. Hubungan Selandia Baru dan Indonesia di bidang energi semakin dikuatkan dengan komitmen 20 juta dollar AS yang akan disalurkan selama tiga tahun ke depan untuk program eksplorasi, pelatihan tenaga ahli, dan pengembangan energi terbarukan di Indonesia bagian timur.
Panas bumi merupakan energi terbarukan yang luar biasa, tidak terbatas, dan sangat bisa diandalkan. Indonesia sendiri amat kaya dengan cadangan panas bumi walau hingga saat ini hanya 2,13 gigawatt dari total 23,9 gigawatt potensi panas bumi di Indonesia yang telah dimanfaatkan. Tentunya Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan dan menggunakan energi panas bumi.
Panas bumi merupakan energi terbarukan yang luar biasa, tidak terbatas, dan sangat bisa diandalkan.
Sementara itu, Selandia Baru memiliki keterampilan yang telah diakui secara global dalam bidang energi panas bumi. Ratusan ahli panas bumi Indonesia dilatih di Selandia Baru dan sejumlah perusahaan Selandia Baru yang bergerak di sektor panas bumi telah berkolaborasi dengan mitra di Indonesia untuk menjamin produksi energi panas bumi yang efisien dan berkelanjutan hingga generasi yang akan datang.
Selandia Baru akan terus menjadi rekan Indonesia dalam mengembangkan energi terbarukan. Dengan potensi energi yang mirip dengan Indonesia, Selandia Baru telah menjadi pemimpin dunia di bidang energi terbarukan: sekitar 80 persen tenaga listrik di Selandia Baru berasal dari energi terbarukan dan porsi energi bersih akan terus ditingkatkan hingga mencapai 100 persen pada 2035. Bahkan, Selandia Baru memiliki target yang cukup ambisius untuk menjadi ekonomi nol karbon pada 2050.
Reformasi subsidi bahan bakar fosil
Alokasi anggaran untuk subsidi bahan bakar fosil telah lama menjadi paradoks dalam upaya mengurangi gas rumah kaca serta upaya meningkatkan pemanfaatan energi alternatif dan terbarukan. Subsidi untuk kegiatan produksi batubara dan bahan bakar minyak telah terbukti menjadi penghalang bagi sebuah negara untuk mencapai target-target mitigasi perubahan iklimnya.
Subsidi dapat disalurkan dalam berbagai bentuk: subsidi secara langsung melalui pengaturan harga yang lebih murah untuk produk bahan bakar fosil ataupun subsidi secara tidak langsung dalam bentuk pemberian insentif finansial atau kredit murah bagi produsen energi yang tidak ramah lingkungan.
Di saat bersamaan, negara-negara yang bergantung pada impor bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dalam negeri menghadapi risiko membahayakan neraca perdagangan dan ketahanan energi nasional. Dengan subsidi bahan bakar fosil, kelas menengah bawah yang menggunakan bahan bakar lebih sedikit berpotensi untuk dirugikan dibandingkan dengan kelompok kelas menengah atas yang tingkat konsumsi energinya lebih tinggi.
Indonesia telah mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi subsidi bahan bakar fosil. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan agar tercipta kondisi yang memungkinkan sumber energi terbarukan untuk bersaing secara adil dan seimbang.
Memperbaiki iklim investasi
Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah melakukan banyak terobosan untuk mempermudah investasi. Undang-Undang Cipta Kerja yang baru saja diresmikan adalah langkah terbaru pemerintah dalam upaya memperbaiki iklim investasi di Indonesia. Akan tetapi, hal yang tak kalah penting adalah memastikan adanya jaminan perlindungan lingkungan dan mendorong investasi yang ramah lingkungan.
Akan tetapi, hal yang tak kalah penting adalah memastikan adanya jaminan perlindungan lingkungan dan mendorong investasi yang ramah lingkungan.
Mendukung keterlibatan sektor swasta merupakan salah satu langkah strategis dalam memulai pertumbuhan hijau. Sektor swasta berperan mengidentifikasi peluang, menyalurkan dana untuk realisasi program, dan mendistribusikan energi bersih yang dapat diandalkan.
Melalui berbagai upaya perubahan, diharapkan Indonesia dapat membangun sistem regulasi yang lebih baik yang dapat mendorong lebih banyak investasi swasta ke sektor energi terbarukan. Sejumlah langkah harus terus ditempuh dalam rangka meningkatkan transparansi dan daya saing tarif energi terbarukan dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Hal ini penting untuk menurunkan risiko pada tahap awal investasi seraya menjamin pelestarian lingkungan.
Di masa mendatang, Selandia Baru akan terus bekerja sama dengan Indonesia untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi hijau melalui energi terbarukan. Kami akan melanjutkan program dukungan tanpa syarat yang memberatkan Pemerintah Indonesia. Kami sadar bahwa untuk menghadapi krisis iklim, Selandia Baru tidak bisa bekerja sendiri dan harus berkolaborasi dengan negara tetangga seperti Indonesia untuk menapaki pertumbuhan ekonomi hijau yang meminimalkan dampak kerusakan terhadap lingkungan.
Pandemi Covid-19 membuka peluang dalam mengatur ulang pendekatan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Kini, bukan lagi saatnya sekadar menempatkan pertumbuhan ekonomi di atas upaya pelestarian lingkungan.
Kita bisa bersama-sama mengembangkan energi yang bersih dan andal yang memungkinkan terciptanya udara bersih, menurunkan kerusakan akibat aktivitas pertambangan, memperkuat ketahanan energi, dan memberikan masa depan yang lebih baik bagi anak cucu kita. Kita hanya memiliki satu planet dan karena itu menjadi tugas kita bersama untuk menyelamatkannya.