Selamat Datang Kembali Amerika
Berbeda dengan Trump, Biden yang berasal dari Partai Demokrat akan lebih banyak mengangkat isu hak asasi manusia dan lingkungan hidup. Isu ini menjadi platform Partai Demokrat.
Joe Biden sudah dapat dipastikan memenangi tiket untuk menjadi presiden ke-46 Amerika Serikat berdasarkan hasil pemilihan umum AS dengan suara elektoral sebanyak 290.
Banyak sejarah yang dicatat dalam kemenangan Joe Biden ini. Pertama, kemenangan Biden mencatat pemilih terbanyak yang memilihnya dalam sejarah pemilihan presiden AS, yaitu 74.446.452. Kedua, dengan kemenangan ini, sejarah AS mencatat Kamala Harris sebagai perempuan pertama yang menduduki jabatan sebagai wakil presiden. Ketiga, Kamala Harris tercatat juga sebagai individu berkulit hitam pertama yang menduduki jabatan wakil presiden.
Baca juga: Amerika di Bawah Biden, dan Asia Tenggara
Tidak seperti biasanya, Presiden Donald Trump belum memberikan ucapan selamat kepada Joe Biden. Trump bersikeras bahwa pemilihan umum yang baru saja usai diwarnai banyak kecurangan dan korupsi, yang berujung pada tercurinya suara Trump. Oleh karena itu, saat ini ia melakukan perlawanan dengan mengutus para pengacaranya menggugat hasil pemilu ke pengadilan sejumlah negara bagian.
Banyak sejarah yang dicatat dalam kemenangan Joe Biden ini.
Dalam negeri
Terlepas dari upaya Trump, apabila akhirnya Joe Biden dinyatakan sebagai presiden, sejumlah tantangan yang mahaberat harus diselesaikan.
Di dalam negeri, Biden diharapkan dapat mempersatukan rakyat Amerika Serikat yang selama empat tahun belakangan terpecah dan pasca-pemilu perpecahan semakin tajam. Banyak pendukung Trump tidak terima dengan hasil pemilu. Di beberapa tempat, bentrokan fisik antarpendukung terjadi.
Di samping itu, Biden diharapkan dapat mengendalikan penyebaran Covid-19 di Amerika Serikat dan melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kematian. Ekonomi Amerika Serikat pun perlu mendapatkan prioritas penanganan serius, termasuk memberikan stimulus ekonomi kepada pemegang kepentingan. Biden tentu akan menangani masalah rasial, brutalitas polisi (police brutality), larangan memiliki senjata, keimigrasian, dan masalah sosial lain.
Baca juga: Reaksi Dunia atas Kemenangan Joe Biden-Kamala Harris
Berbagai tugas ini tentu tidak mudah diatasi. Terlebih lagi ekspektasi masyarakat di Amerika Serikat sangat tinggi dengan terpilihnya Biden dan Harris. Banyak dari mereka menginginkan perubahan yang cepat yang belum tentu dapat terlaksana.
Di sini pentingnya Biden dan Harris mengelola ekspektasi para pendukungnya. Bahkan, Biden dan Harris juga harus mengatasi kekecewaan para pendukung Trump. Mereka tidak dapat dibiarkan. Biden dan Harris harus menemukan formulasi agar perpecahan rakyat di Amerika Serikat segera berakhir.
Kebijakan luar negeri
Untuk kebijakan luar negeri, Biden diharapkan masyarakat dunia untuk mengembalikan Amerika Serikat menjadi Amerika Serikat sebelum Trump menjadi presiden. Amerika Serikat diminta menjadi inspirasi untuk demokrasi di sejumlah negara, penghormatan hak asasi manusia, kerja sama multilateral, bahkan mengambil posisi sebagai polisi dunia.
Untuk itu, ada empat hal penting yang harus dilakukan Biden. Pertama, Amerika Serikat harus mulai kembali memikirkan kemaslahatan dunia ketimbang dirinya sendiri.
Baca juga: Kemenangan Biden Beri Angin Segar bagi Para Pelaku Pasar Global
Sebelum Trump menjadi presiden, nilai yang dianut Amerika Serikat adalah menyejahterakan dunia agar Amerika Serikat sejahtera, menumbuhkan perekonomian dunia agar ekonomi Amerika Serikat tumbuh, mengamankan dunia agar keamanan Amerika Serikat terjaga, bahkan menyeimbangkan kekuatan yang ada di dunia agar Amerika Serikat menjadi pemimpin dunia.
Pada era Trump, nilai-nilai tersebut ditinggalkan. Trump lebih fokus membangun Amerika Serikat dengan mengabaikan dunia. Apabila perlu berkonflik secara head to head dengan sejumlah negara yang dianggap merugikan.
Trump membangun tembok raksasa yang berbatasan dengan Meksiko untuk mencegah pekerja Meksiko mengambil pekerjaan warga AS. Sementara dengan China, Trump mengenakan tarif yang tinggi atas produk-produk yang dibuat di negara tersebut. Perang dagang di antara kedua negara pun tak terelakkan.
Baca juga: Biden Bawa Harapan Penurunan Emisi Global Bisa Lebih Ambisius
Kedua, Amerika Serikat diharapkan tidak lagi membuat kejutan-kejutan (no more surprises) dalam kebijakan luar negeri. Di bawah Trump, banyak kebijakan luar negeri yang mengejutkan masyarakat internasional, terutama para sekutu Amerika Serikat.
Ada sejumlah contoh, misalnya Trump mengadakan pertemuan dengan Kim Jong Un. Trump menyatakan Amerika Serikat keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bahkan, Trump memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Jerusalem. Trump juga yang mengakhiri secara sepihak hasil perundingan Iran dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman terkait pengembangan nuklir Iran.
Trump lebih fokus membangun Amerika Serikat dengan mengabaikan dunia.
Ketiga, Biden diharapkan mendengarkan dan melaksanakan kebijakan- kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang telah dirancang secara lama dan rinci oleh para birokrat Amerika Serikat.
Dalam sistem pemerintahan Amerika Serikat, ada dua unsur penting pengelola kebijakan negara, yaitu politisi dan birokrasi. Politisi memegang keputusan akhir, sementara birokrasi yang merancang dan memastikan agar kebijakan AS dari waktu ke waktu terjaga.
Politisi secara alamiah akan keluar dan masuk (come and go) setiap empat tahun sekali. Tidak demikian dengan birokrasi. Birokrasi dapat dikatakan statis mengingat tongkat estafet kebijakan akan terus diturunkan kepada para penggantinya.
Di era Trump, dia kerap melakukan perlawanan terhadap kebijakan yang telah dirancang birokrasinya. Perlawanan dilakukan melalui cuitan (tweet) dan juga mengganti para birokrat yang tidak sejalan dengannya. Harapan dunia tentu Biden lebih banyak mendengar, memutus, dan menjalankan berbagai kebijakan yang telah dirancang secara rinci oleh birokrasi Amerika Serikat.
Baca juga: Biden-Harris Terpilih, PBB Berharap AS Kembali Jalin Kerja Sama Internasional
Terakhir, dunia berharap Amerika Serikat tidak lagi menjadi sumber inspirasi bagi elemen masyarakat di sejumlah negara untuk membangkitkan ekstrem kanan dan supremasi kulit putih (white supremacist). Amerika Serikat di bawah Biden diharapkan mengembalikan nilai-nilai untuk menghormati pluralisme, hak asasi manusia, dan tidak merendahkan suatu bangsa berikut peradabannya. Biden juga diharapkan membuat kebijakan agar AS kembali menjadi anggota WHO dan menjadi anggota Paris Climate Agreement.
Hubungan AS-Indonesia
Hubungan Amerika Serikat-Indonesia di bawah Joe Biden tidak akan mengalami perubahan secara signifikan. Bagi Indonesia, tentu harus bisa bekerja sama dengan siapa pun presiden yang terpilih di Amerika Serikat. Pilihan presiden merupakan kedaulatan Amerika Serikat dan hak rakyat Amerika Serikat.
Baca juga: Pompeo Bujuk Mitra AS di Asia untuk Membendung China
Kalaupun ada yang perlu disesuaikan, hal tersebut lebih terletak pada penekanan isu. Berbeda dengan Trump, Biden yang berasal dari Partai Demokrat akan lebih banyak mengusung isu HAM dan lingkungan hidup. Dua isu ini menjadi platform Partai Demokrat.
Terkait janji-janji Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo saat datang ke Indonesia dan Menteri Pertahanan AS Mark Esper saat menerima kunjungan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto tetap akan diimplementasikan oleh Amerika Serikat. Ini mengingat berbagai kebijakan tersebut dirancang para birokrat Amerika Serikat. Para birokrat Amerika Serikat melihat kedekatan Indonesia terhadap China akan membuat Indonesia ”jatuh” ke tangan China.
Dengan kemenangan Joe Biden, seolah Dunia berujar, Welcome Back America.
Hikmahanto Juwana, Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani.