Di lingkungan masyarakat beredar dua kata yang berhubungan dengan cinta, yaitu ”pecinta” dan ”pencinta”. Sesungguhnya ”pecinta” ataukah ”pencinta” yang mesti digunakan?
Oleh
Retmawati
·2 menit baca
Bagi para pelaku dan penyuka kegiatan luar ruang, tentu tidak asing dengan kumpulan pendaki gunung, penyuka hiking, atau sejenisnya.
Biasanya, dalam suatu pendakian, di beberapa pos kita akan bertemu dengan kelompok pendaki lain. Kadang kala, mereka adalah sekumpulan mahasiswa atau pelajar yang tergabung dalam sebuah klub di kampus atau sekolah. Menarik mengamati bagaimana mereka menyebut diri mereka atau saat mereka membentangkan spanduk bertuliskan nama kelompok.
Pecinta alam. Frasa atau istilah itu sering kita temui dan bertebaran dari mulai nama kelompok, misalnya mahasiswa pecinta alam atau kelompok pecinta alam, hingga dipakai oleh beberapa media, pun sudah lekat di masyarakat. Benarkah pemakaian kata pecinta dalam frasa tersebut?
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pecinta diartikan sebagai ’orang yang bercinta’. Sementara bercinta dalam KBBI diartikan sebagai ’menaruh (rasa) cinta’; ’bersanggama atau bersetubuh’. Dengan demikian, apakah penggunaan istilah pecinta alam bisa digunakan? Kita lihat lagi KBBI. Di dalam KBBI juga ditemukan kata pencinta, yang berarti ’orang yang sangat suka akan’.
Dari pengertian dua kata itu, kita bisa menarik kesimpulan bahwa yang lebih tepat adalah pencinta.
Masih bingung untuk membedakannya? Kalau begitu, kita tambahkan kata dengan dari pengertian pecinta menurut KBBI sehingga menjadi orang yang bercinta dengan. Nah, setelah itu tambahkan kata benda di belakangnya. Misalnya, pecinta buku. Apakah orang bercinta dengan buku? Tentu tidak. Hal yang sama bisa kita coba dengan istilah lain, misalnya pecinta kopi, pecinta tanaman, atau pecinta binatang.
Kesimpulannya, kita memakai pencinta buku, pencinta kopi, pencinta tanaman, pencinta alam, pencinta binatang, dan lain-lain. Jangan sampai salah, ya. Apalagi untuk nama suatu komunitas atau dipajang di spanduk.