Meluasnya pandemi Covid-19 di Jepang berkonsekuensi pembatalan Olimpiade Toyko. Dunia bakal tanpa pesta olahraga di masa pandemi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kemungkinan penundaan atau pembatalan Olimpiade Tokyo 2020, yang dijadwalkan 23 Juli hingga 8 Agustus 2021, dan sejatinya penundaan dari 2020, makin nyata setelah penetapan status darurat di Tokyo dan sejumlah wilayah lain guna menekan penularan Covid-19.
Muncul aspirasi warga Jepang agar negara tersebut kembali menunda, bahkan membatalkan Olimpiade. Jajak pendapat media NHK menggambarkan peningkatan desakan warga itu. Dalam survei NHK, akhir pekan lalu, hanya 16 persen responden mendukung olimpiade digelar.
Perkembangan terakhir, Menteri Reformasi Administrasi dan Regulasi Jepang Taro Kono mengatakan, ”Terkait situasi pandemi, segala sesuatu bisa terjadi.” Kono, dengan demikian, menjadi menteri pertama di kabinet Perdana Menteri Yoshihide Suga yang tidak menampik kemungkinan penundaan Olimpiade Tokyo, seiring keadaan darurat di sejumlah area.
Dunia olahraga menjadi salah satu yang terdampak pandemi sejak Maret 2020. Berbagai kejuaraan level dunia, kawasan, hingga nasional di semua negara praktis berhenti. Sejumlah kompetisi, mayoritas cabang tunggal (single event), lantas bergulir meski juga harus ditunda karena pandemi.
Liga Inggris, misalnya, yang seharusnya musim 2020/2021 berputar sejak 8 Agustus, baru bergulir 12 September, itupun tanpa penonton. Beberapa tahapan sebelum tendangan awal (kick off), disesuaikan dengan protokol kesehatan.
Namun, perhelatan cabang tunggal, apalagi sepak bola yang roda kompetisi bergulir setahun, sangat berbeda dengan multicabang (multi event). Terlebih, yang berskala internasional, seperti Olimpiade, dan bergulir hanya tiga pekan.
Pemusatan atlet, pelatih, tamu undangan, wasit, penonton, di satu lokasi dalam kurun waktu tertentu jelas berisiko menjadi sumber penularan Covid-19. Meski, kita memahami, Jepang pasti berjuang dan berusaha keras memastikan semuanya bisa terkendali.
Dari jumlah atlet, tercatat 11.238 atlet berlaga pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dan 10.768 atlet di Olimpiade London 2012. Jika ditambah perangkat pertandingan, ofisial kontingen, serta penonton, jumlahnya dipastikan lebih dari 15.000 pendatang. Itu belum termasuk warga Jepang sendiri yang datang dari Tokyo ataupun dari luar Tokyo.
Sejumlah kantor berita melaporkan, kontingen beberapa negara sudah bersiap menghadapi Olimpiade. Cabang bulu tangkis sudah menggelar kejuaraan pertama mereka di masa pandemi, dalam hal ini Thailand Terbuka. Para pebulu tangkis tentu menjadikan pergelaran sebelum olimpiade ini sebagai persiapan jelang acara terakbar itu.
Namun, di atas semua cita-cita Olimpiade untuk mempertandingkan para bintang olahraga sejagat, demi rekor-rekor baru sebagai penanda zaman, keselamatan sepatutnya tetap menjadi panglima. Penundaan atau pembatalan itu niscaya.