Investor dan ”trader” perlu mengetahui kinerjanya di pasar modal. Ada lima cara untuk mengukurnya.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
Untuk mengetahui apakah suatu pekerjaan berhasil atau tidak, tentu harus ada alat ukurnya. Di perusahaan, kinerja karyawan diukur dengan key performance indicator (KPI).
Jika tidak memenuhi KPI yang telah ditentukan, pekerjaan dianggap kurang memuaskan. Bukan tidak mungkin akan berbuntut dengan teguran untuk karyawan. Sebaliknya, jika pekerjaan sudah memenuhi KPI, bisa jadi ada bonus menanti.
Berinvestasi juga perlu diukur keberhasilannya. Investor dan trader di pasar modal sebaiknya mengetahui bagaimana kinerjanya dalam berinvestasi. Ada beberapa ukuran yang dapat digunakan.
1. Untuk pemula, tidak membukukan kerugian pada tahun pertama terjun ke bursa saham sudah merupakan sebuah prestasi. Tidak perlu terlalu tinggi memasang target keuntungan. Gunakanlah tahun pertama untuk mempelajari dinamika di pasar modal. Pada akhir tahun, kerugian dan keuntungan berimbang sudah dinilai bagus.
2. Mengimbangi tingkat inflasi. Salah satu tujuan berinvestasi adalah mengamankan aset agar tidak tergerus inflasi. Aset yang hanya disimpan di bawah bantal, daya belinya akan berkurang. Misalnya, 10 tahun lalu sepotong pisang goreng seharga Rp 100. Saat ini sudah Rp 2.000.
Jika uang hanya disimpan di bawah bantal, uang Rp 100 sudah tidak bisa digunakan lagi untuk membeli pisang goreng. Untung mengukur investasi, hitunglah tingkat inflasi pada tahun tersebut, lalu bandingkan dengan kinerja portofolio saham yang dibeli. Jika hasil investasi di atas inflasi, berarti kinerja sudah baik.
3. Bandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai IHSG juga dapat dijadikan patokan apakah kinerja saham yang kita beli lebih baik. Jika kenaikan nilai portofolio lebih tinggi dari kenaikan IHSG, kinerja investasi kita dapat dinilai baik.
4. Bandingkan dengan tingkat suku bunga tabungan atau deposito. Tabungan dan deposito merupakan produk perbankan yang dikenal masyarakat. Walaupun tingkat risikonya berbeda, membandingkan imbal hasil tabungan atau deposito dengan hasil dari bertransaksi saham dapat dilakukan.
Misalnya, trader pemula terkadang bingung kapan harus mengambil untung. Jika imbal hasil deposito sebesar 4 persen setahun, mengantongi keuntungan dari kenaikan harga saham sebesar 4 persen dalam satu pekan, tentu jauh lebih baik dari hasil tabungan atau deposito.
5. Bagaimana mengukur transaksi-transaksi tersebut? Setelah bertransaksi, buatlah jurnal perdagangan saham. Jurnal ini dapat dibuat pada akhir pekan atau akhir bulan. Isinya merupakan rekapan transaksi yang pernah dilakukan. Misalnya, saham apa saja yang dibeli dan berapa jumlahnya, berapa harga beli dan jual, serta posisi untung atau rugi.
Dengan membuat jurnal, investor dan trader dapat mengetahui apakah transaksinya lebih banyak untung atau merugi. Jurnal transaksi ini juga dapat dijadikan evaluasi ketika pasar saham tidak sejalan dengan skenario yang diharapkan.